Begawan Lingkungan Indonesia

Mar 08, 2014 No Comments by

Ia salah satu peletak dasar ekonomi Orde Baru. Memimpin empat kementerian sejak 1971 hingga 1993, ia dikenal sebagai menteri yang berani terbuka terhadap Soeharto. Demi pohon cemara, misalnya, ia pernah menolak pembangunan pembangkit listrik di Bedugul, Bali, kepada Soeharto.

Saat menduduki jabatannya sebagai Menteri Negara Urusan Penduduk dan Lingkungan Hidup pada 1978 ia beradu debat dengan Menteri Pertambangan dan Energi di depan Presiden Soeharto. Perkaranya ihwal pembangunan pembangkit listrik di Bedugul yang akan mengancam satu satunya plasma nutfah cemara pendek yang hanya hidup di Indonesia.

“Cemara pendek?” tanya Soeharto. “Apa tidak bisa dipindah ke tempat lain?” Emil pun memberi contoh tanaman salak pondoh dari Yogyakarta yang disukai Pak Harto, tapi tak berhasil ditanam di perkebunan Tapos miliknya. ”Kenapa itu terjadi? Jawabannya ekosistem, Pak,” kata Emil. Soeharto mengerti analogi tersebut. Ia pun membatalkan pembangunan pembangkit listrik itu.

Sejak itu Emil tak pernah ragu mendesakkan pentingnya menjaga lingkungan kendati negara tengah gencar membangun. Dia merancang peraturan Aturan Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) pertama di Indonesia demi menyelamatkan lingkungan dari kerusakan akibat proyek- proyek raksasa.

Selama Orde Baru, 22 tahun ia menjabat sebagai menteri. Pernah menjadi Ketua Bappenas, Menteri Negara Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara, serta Menteri Perhubungan, Emil paling lama, selama tiga periode, berurusan dengan lingkungan hidup. Emil diangkat sebagai Ketua Dewan Ekonomi Nasional di masa pemerintahan Gus Dur.

Emil juga aktif di Yayasan Kehati, yang fokus di bidang keanekaragaman hayati. Ia juga petarung ulung di meja konferensi perubahan iklim, menyuarakan kepentingan Indonesia dan negara-negara berkembang.

 

Kepada Generasi Usia 20-an!

Bung Karno lahir pada tahun 1901, menjadi Presiden pada 1945, usia 44 tahun. Pak Harto lahir pada tahun 1921, menjadi Presiden pada 1967, usia 46 tahun. Saya sendiri lahir pada tahun 1930, menjadi Menteri pada tahun 1971, usia 41 tahun. Tampaklah prestasi puncak tercapai pada usia empatpuluhan. Dan prestasi puncak sangat dipengaruhi oleh perjalanan hidup yang ditempuh dalam usia 20-an. Kau bisa raih prestasi puncak bila belajar, bekerja dan hidup dengan semangat juang habis-habisan. Ada waktu santai. Namun tak ada waktu berleha-leha memudarkan niatmu untuk belajar dan bekerja keras mengisi waktu hidup usia 20-an mencapai hasil perjuangan kelak.

Kini kau mahasiswa berusia duapuluhan. Bagaimana Indonesia jika kau capai usia 40-an? Kau sudah akan memasuki tahun 2032-2042, menjelang Indonesia merdeka 100 pada tahun 2045.

Para ahli meramalkan bahwa pada tahun 2045 ini, penduduk Indonesia akan naik dari 230 juta (2011) menjadi 316 juta jiwa. Pendapatan ekonomi per jiwa penduduk diramalkan naik dari 3.500 dolar AS (2011) menjadi 14.500 dolar AS (2045). Dan, ini semua berlangsung di Tanah Air Indonesia yang tidak bertambah besar dalam planet bumi yang sama.

Apabila sekarang kita sudah kewalahan bergelut dengan banjir di musim hujan dan kekeringan air di musim kemarau dan lalu lintas kota sesak padat. Bagaimanakah kelak pada tahun 2045 dengan penduduk bertambah?

Jelaslah, bahwa pola pembangunan perlu diubah dengan lebih banyak menggunakan otak, ilmu, dan teknologi, menaikkan nilai tambah sumber daya alam daratan dan lautan Indonesia ini. Bukan otot atau kekayaan materi yang kelak menentukan nasib bangsa, tetapi otak, sains, teknologi dan daya kreativitas sumber daya manusia menaikkan nilai setiap sumber daya alam di laut dan daratan Indonesia ini.

Ini berarti kau harus belajar mengembangkan otak dan daya kreativitas dirimu sekuat, sebanyak, dan sedalam mungkin. Belajar meraih prestasi tertinggi dalam tangga shedi-mu. Selama kau sempat hidup dalam usia 20-an ini. Untuk kelak bila tiba kesempatan berharga dalam masyarakat kau berbekal cukup membawa bangsa dan Tanah Air keluar dari lubang ketertinggalan, kekeringan, kebanjiran, dan duka derita anak bangsa. Ke arah Indonesia makmur ekonominya, adil sejahtera kehidupan sosialnya, dengan Tanah Air Indonesia yang hijau, bersih, dan lestari. Oh tahun 2045, seratus tahun merdeka jadikanlah program “Menjadi Indonesia” ini menggodok dirimu menjadi pejuang insan kamil bangsa masa depan. Selamat!

Sumber: Surat Dari & Untuk Pemimpin, Penulis: Emil Salim, Hal: 100-101.

Cerita Perubahan, Mengawal Perubahan

About the author

The author didnt add any Information to his profile yet
No Responses to “Begawan Lingkungan Indonesia”

Leave a Reply