Dari Investigasi hingga Nasi

Feb 15, 2014 No Comments by

Ia identik dengan jargon “Mak Nyus”. Jargon ini, yang ia kutip dari budayawan Umar Kayam (alm), untuk menunjukkan betapa enaknya sehidang makanan. Walau tak punya latar belakang pendidikan boga, Bondan termasuk salah satu pakar kuliner di Indonesia.

Dulu, bundanya menggadang Bondan jadi dokter atau insinyur. Masuklah ia ke Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Tapi, kuliahnya kandas. Ia lalu mengikuti berbagai kursus dan pelatihan di bidang periklanan, pemasaran, manajemen, keuangan, jurnalisme, penerbitan, dan produksi film di dalam maupun di luar negeri. Berbekal pengalaman mengikuti kursus dan pelatihan itu, Bondan jadi juru kamera Puspen Hankam, di Jakarta, hingga 1970.

Setelah itu, ia berpindah-pindah pekerjaan, tetapi tak lepas dari lingkup komunikasi massa dan menulis. Karir sebagai kuli tinta ditempuhnya di berbagai media, terakhir Bondan tercatat sebagai pemimpin redaksi Harian Umum Suara Pembaruan. Karya tulis investigatif Bondan yang “mak nyus” adalah bukunya yang berjudul Bre-X: Sebongkah Emas di Kaki Pelangi.

Bondan memiliki seabrek aktivitas. Di bidang kuliner, dia menjadi presenter acara televisi untuk kuliner Nusantara, mendirikan rumah makan Kopitiam Oey, serta memelopori Jalansutra, komunitas wisata boga yang terkenal di Indonesia.

Baginya, kuliner bagian sangat penting dari sebuah budaya. Misalnya, orang Tionghoa merayakan ulang tahun dengan mie, orang Amerika merayakan Thanksgiving dengan kalkun panggang, dan orang Jawa punya nasi tumpeng. Bondan berobesesi membuat masyarakat demam kuliner Nusantara. Bondan sedih melihat masih rendahnya tingkat kepedulian masyarakat hingga sejumlah warisan kuliner Nusantara punah.

Walau rajin makan enak, Bondan tak lupa menjaga kesehatan. Penggemar masakan Padang ini teratur memeriksakan diri ke dokter, serta berolahraga.

 

Surat untuk Calon Pemimpin

Be Your Best!

In matters of style, swim with the current.
In matters of principle, stand like a rock.
Thomas Jefferson

Judul ini merupakan adaptasi dari Janji Pandu (Scout Oath) yang ringkasnya berbunyi: On my honor, I will do my best. Demi kehormatanku, aku berjanji akan melakukan yang terbaik.

Janji yang begitu sederhana, tetapi sekaligus juga teramat dalam. Tidak heran bila setelah lebih dari 50 tahun yang lalu saya mengucapkannya untuk pertama kali, hingga kini janji itu masih menjadi obsesi saya. Setiap hari, setiap bangun tidur, yang pertama saya lakukan adalah bersyukur atas hari baru yang dianugerahkan kepada saya. Yang kedua, berjanji kepada diri sendiri untuk melakukan yang terbaik.

Tidak ada batasan untuk melakukan yang terbaik. Bila hari ini saya merencanakan akan menyirami rumput di halaman, saya harus melakukannya dengan sebaik-baiknya agar rerumputan itu subur hijau dan memberi kesegaran bagi siapapun yang memandangnya. Bila hari ini saya merencanakan akan bertemu dengan seseorang, saya pastikan bahwa saya tidak akan terlambat dan bersiap dengan topik bahasan yang sudah disepakati.

Hal-hal yang paling remeh pun, bila dikerjakan dengan sebaik-baiknya pastilah akan menjadi istimewa. Itu pula sebabnya saya tidak pernah memandang remeh seseorang, kecuali ia menyia-nyiakan hidupnya dengan melakukan pekerjaannya secara serampangan. Seorang tukang sapu yang berjanji untuk menjadi the best, pastilah akan punya peluang lebih baik untuk mendapat kesempatan pekerjaan yang lebih baik. Seorang pengemudi taksi yang serius mengembangkan dirinya untuk menjadi the best, pastilah akan memukau tamunya, dan bukan tidak mungkin akan mendapat tawaran pekerjaan yang lebih baik.

Bandingkan dengan tukang sapu yang bekerja malas-malasan, atau pengemudi taksi yang tidak tahu jalan. Mereka hanya akan menjadi sasaran kemarahan dan makian orang, dan mungkin akan sepanjang hidupnya “terhukum” dengan pekerjaan yang tidak pernah dilakukan mereka dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh.

Dalam persaingan yang semakin ketat di masa sekarang, hanya yang terbaiklah yang akan mendapat kesempatan. Setiap lowongan pekerjaan yang ada selalu diperebutkan oleh puluhan, ratusan, bahkan ribuan orang. Siapakah yang berhak mendapat pekerjaan yang ditawarkan itu? The best! And only the best! Hanya bila Anda merupakan primus inter pares (first among equals, unggulan di antara yang setara), maka Andalah yang berpeluang untuk mendapatkannya.

Sebagai kawula muda yang nantinya akan memimpin bangsa ini, Anda perlu memakai prinsip ini: Be Your Best! Anda tidak perlu berjanji kepada orang lain. Anda hanya perlu berjanji kepada diri sendiri. Anda bahkan tidak perlu membandingkannya dengan prestasi orang lain. Ukurannya adalah diri Anda sendiri. Bila Anda hari ini hanya mampu berlari 10 kilometer, apakah Anda benar-benar sudah melakukannya dengan sebaik-baiknya? Jangan-jangan Anda hanya melakukannya dengan setengah hati karena sebenarnya kemampuan Anda adalah berlari 20 kilometer tanpa jeda. Latihlah diri Anda sekeras-kerasnya agar Anda mencapai prestasi itu. Dan ketika prestasi itu tercapai, dan Anda tidak berhenti menempa diri Anda, niscaya Anda akan mampu mencapai lebih baik lagi.

Inti dari prinsip Be Your Best ini adalah: personal development alias pengembangan pribadi. Seorang teman saya, almarhum Cacuk Sudarijanto, menerapkan prinsip “Belajar Tiada Henti” yang sungguh tiada beda dengan prinsip personal development. Ia terus-menerus belajar, ia senantiasa mengembangkan dirinya, sehingga ia selalu mendapat pekerjaan yang terbaik pula dalam hidupnya. Dalam usia 40 tahun ia menjadi Direktur Utama PT Telkom. Dalam usia 52 tahun ia menjadi Menteri Muda Urusan Restrukturisasi Ekonomi Nasional di Kabinet Persatuan Nasional. Sayangnya, ia pergi terlalu cepat. Ia bekerja terlalu keras, sehingga alpa memperhatikan kesehatan dan ketahanan fisiknya.

Personal development tidak mengenal batas usia. Pada tahap mana pun dalam periode hidup Anda, selalu ada hal yang masih dapat dan perlu dipelajari untuk membuat diri Anda lebih baik dalam arti lebih bermanfaat bagi orang lain, dan lebih membahagiakan diri Anda sendiri. Setiap tahun, buatlah target baru untuk mengembangkan pribadi Anda. Kalau saat ini Anda “baru” bisa berbicara dalam 12 bahasa, masih ada sekitar 400 bahasa besar di dunia yang dapat Anda pelajari. Really, there is no journeys end in personal development.

Indonesia membutuhkan sangat banyak pemimpin. Jangan dulu mimpi menjadi presiden bila menjadi ketua kelas saja Anda tidak serius. Kita memerlukan jutaan ketua RT yang cakap dan berdedikasi melaksanakan tugasnya. Kita juga perlu ratusan ribu kepala desa yang dapat memakmurkan warganya. Kenapa hanya jabatan gubernur dan presiden yang diincar?

Dan, kelak, bila Anda berhasil menjadi pemimpin–dalam kapasitas apapun–cobalah berpegang pada amsal yang saya sematkan di awal tulisan ini. Ikuti perkembangan zaman, agar Anda selalu harmonis di dalam lingkungan di mana Anda berada. Tetapi, berpeganglah teguh pada hal-hal prinsip sebagaimana Anda meyakini agama Anda. Jangan korupsi! Jangan mendahulukan kepentingan pribadi di atas kepentingan bersama.

Ingatlah! Negeri kita tercinta ini belum berhasil mencapai status the best atau primus inter pares. Perjalanan bangsa ini untuk mencapai sasaran itu masih terbebani oleh kepentingan pribadi yang didasari ketamakan. Bila 230 juta warga bangsa ini masing-masing menjadi the best, otomatis bangsa inipun akan menjadi the best state ever. Mulailah dengan diri Anda sendiri. Jangan menunggu yang lain.

Be Your Best! Maka Anda akan layak menjadi seorang pemimpin yang disegani, sekaligus dicintai orang-orang yang Anda pimpin. Semoga rahmat dan berkat Allah senantiasa bersama Anda.

Sumber: Surat Dari & Untuk Pemimpin, Penulis: Bondan Haryo Winarno, Hal: 90-92.

Cerita Perubahan, Mengawal Perubahan

About the author

The author didnt add any Information to his profile yet
No Responses to “Dari Investigasi hingga Nasi”

Leave a Reply