Rehabilitasi Hutan Cegah Bencana

Agu 12, 2013 No Comments by

Buleleng, Kompas – Manfaat bambu tidak hanya untuk dijadikan barang kerajinan, tetapi juga sebagai penyimpan air tanah dan penahan erosi. Di Buleleng, Bali, masyarakat Desa Selat merehabilitasi hutan lindung menggunakan tanaman bambu di sekeliling kawasan.

Hutan lindung seluas 552 hektar itu berbatasan dengan enam dusun. Kementerian Kehutanan sejak 2010 menetapkannya dalam areal kerja hutan desa.

”Namun, izin untuk pemanfaatan hutan desa dari Menhut belum turun. Kami tak bisa leluasa memanfaatkan hutan,” kata I Made Suwartana, Kepala Desa Selat, Rabu (29/5), di Buleleng.

Hutan lindung itu digunduli tahun 1980. Warga setempat memanfaatkan kayu untuk pembuatan arang. Akibatnya, terjadi kekurangan air saat kemarau, yang akhirnya menyadarkan warga.

Rehabilitasi tidak maksimal karena tidak dapat dilakukan dalam kawasan. Warga baru menanami sekitar kawasan dengan bambu.

Pejabat Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Buleleng Hesti Sagiri mengatakan, izin pemanfaatan telah diajukan dua tahun lalu. ”Untuk sementara, penanaman dilakukan di pinggir dan lereng kawasan. Kami pilih bambu karena mencegah erosi dan batangnya bisa dimanfaatkan masyarakat,” kata dia.

Terpisah, pakar botani bambu dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Elizabeth A Widjaja, mengatakan, dari 1.500-2.000 spesies bambu di dunia, 160 spesies di antaranya ada di Indonesia (88 spesies endemis Nusantara).

Soal potensi bambu, di daerah pertambangan di India, penanaman bambu dapat menaikkan air tanah menjadi 6,3 meter hanya dalam empat tahun. Penelitian lain, hutan bambu meningkatkan penyerapan air hingga 240 persen lebih banyak dibandingkan dengan hutan pinus.

Bambu juga mampu menekan erosi tanah. Penelitian debit air di Gunung Semeru menunjukkan, 600-800 liter per detik pada musim kemarau dan 1.000 liter per detik saat musim hujan. Debit ini naik dari 350 liter per detik dibandingkan dengan sebelum terdapat hutan bambu seluas 14 hektar di Desa Sumber Delling.

 

Tak terkelola

Potensi positif bambu, saat ini tak diikuti pengelolaan yang baik. Pemenuhan kebutuhan industri pengolahan bambu masih bergantung pada ketersediaan di alam, tanpa sentuhan budidaya. Itu mengemuka saat pemberian Anugerah Bambu dari Komunitas Bambu Indonesia kepada Balthasar Kambuaya (Menteri Lingkungan Hidup), Sarwono Kusumatmadja (mantan menteri Lingkungan Hidup), dan Erna Witoelar (tokoh lingkungan), Sabtu lalu, di Rumah Bambu, Sentul City, Bogor.

Bambu bisa dikelola tanpa limbah. ”Namun, saat ini 30 persen hasil olahan bambu dibuang,” kata Erna Witoelar.

Pemanfaatan bambu bisa diefektifkan sehingga menghasilkan banyak produk bernilai. Selain itu, sumber bahan baku didorong dari budidaya, bukan ketersediaan di alam. (ICH)

Sumber: KOMPAS, Kamis, 30 Mei 2013.

Berita

About the author

lingkarLSM hadir untuk menemani pertumbuhan. Kami mengidamkan masyarakat sipil yang jujur dan punya harga diri. Kami membayangkan ribuan organisasi baru akan tumbuh dalam tahun-tahun perubahan ke depan. Inilah mimpi, tujuan dan pilihan peran kami. Paling tidak, kami sudah memberanikan diri memulai sebuah inisiatif; dan berharap langkah kecil ini akan mendorong perubahan besar.
No Responses to “Rehabilitasi Hutan Cegah Bencana”

Leave a Reply