Presiden Lima Gunung

Agu 02, 2014 No Comments by

Karena tinggal di dekat Candi Mendut, di wilayah Mungkid, Magelang, Jawa Tengah, orang lebih mengenal Sutanto sebagai Tanto Mendut. Tapi dia juga punya julukan lain: Presiden Lima Gunung. Tanto menggagas Festival Lima Gunung, perhelatan seni oleh masyarakat di kaki Merapi, Merbabu, Sumbing, Andong, dan Menoreh. Ini

festival rakyat, yang pelakunya adalah rakyat, menampilkan seni tradisional yang menjadi kekayaan lokal. Dimulai sejak 2002, Festival Lima Gunung berlangsung rutin setiap tahun selama sepekan. Budayawan Garin Nugroho menyebut festival itu sebagai workshop kesenian. “Saya mungkin tidak bisa melakukannya. Tanto Mendut sudah memberdayakan masyarakat dengan gigih,” katanya. Tanto berhasil menumbuhkan kepercayaan masyarakat desa untuk berekspresi. Para seniman Lima Gunung yang umumnya berprofesi petani mampu tampil di panggung-panggung kesenian di berbagai daerah di Indonesia, bahkan pentas di luar negeri.

Yang tak kalah penting, masyarakat sekitar gunung menjadi lebih berdaya. Mereka menyuarakan masalah sosial melalui ekspresi seni. Festival tak jarang menjadi media melontarkan kritik. “Bersama komunitas ini mereka saling belajar mematangkan sikap, cara pandang, dan kejujuran,” kata Tanto.

Pilihan Tanto untuk berkarya di daerah memang buah dari tekadnya untuk berkesenian dengan jujur. Berbilang tahun sebelumnya, karier berkeseniannya sudah mendapat titik terang di Jakarta. Pada 1979, ketika berusia 24 tahun, Tanto ke Jakarta dan sering beraksi di Taman Ismail Marzuki. Selama di Jakarta, Tanto berhasil mencuri perhatian publik seni dengan aksi seninya yang nyeleneh.

Tiga tahun di Jakarta, Tanto pulang ke Magelang. Tak puas berkesenian sendiri, dia mengajak masyarakat di sekitarnya untuk berani berekspresi. Dia melakukannya dengan tekun hingga kini.

 

Nbox Dengan Sastro Gending 19 Tahun

Sastro, inilah zaman ketika segalanya ditautkan dengan Facebook, Twitter, Myspace, dan Youtube. Spirit zaman kontemporer ditalikan dengan polalintas random yang dipersatukan dengan hastag#, mention, Lini masa atau time line, dan inbox. Sastro, apa yang kalian bayangkan sebagai pemimpin ideal di masa depan? Nah, itu terserah “sastra gending kalian, apa yang menjadi semangat zamanmu. Aku tak tahu persis apa sastra gendingmu. Aku yang menjelang manula sungguh gagap bahasa literal dan gagu oral yang mutakhir! Aku bisa menyinggung sumber-sumber kuno seperti Socrates, Suryo Metaram, azas kepemimpinan hastobroto. Tapi, lagi-lagi sinisme darimu terumus dengan tepat: Ini urusan kok lebai dan alai. Oke, aku akan tetap tabah berpetuah. Meski komentarmu pasti seperti ini: “Oom Tanto, kok omong terus?” Dandu kakakmu sudah me-remove namaku di Facebook. Kamu masih mau membagi standard Jazz dari Youtube, judulnya: “Slow boat to China” Kau mau pemimpin seperti siapa, bagaimana? Jawabanmu dikaraoke: Superman is Dead!

Di luar jaringan maya digitalmu, keluar gamu mengalami keakraban dan persentuhan indra yang konkret dengan lereng Merbabu, Keringat sehat kuda lumping sumbing, tangan para pematung di Merapi,nasehat sederhana atau Pitutur madyo petani gunung, andong,dan juga pengasong di Bukit Menoreh, mereka yang belum sejahtera di kaki monumen warisan dunia yang surplus proyek elite ibu kota. Ohya,soal pemimpin masa depan, umumnya teman-teman ayah mudari lima gunung yang melingkari Borobudur, para pemimpin petani dusun, bayan, lurah, carik, kebanyakan kami tidak suka pemimpin.Pemimpin yang sekarang hampir tak bisa dijadikan idola, baik itu untuk bidang pendidikan, politik, ekonomi, budaya, seni, keilmuan, apalagihukum? Tapi mereka pasti dan bergairah terus berdiskusi panjang tentang masadepan anak-anak dan bangsanya. Sungguh!

Sambil konkrit berfestival sastra madyo kontemporer dan menabuh gending-gending caping gunung di kolase Free jazz, Shuffle kaki Melbourne, dan bangau putih guru Bre Redana danHaryadi SN, dan gladiator gunung yang membuka hari pertama pusat budaya Salihara Jakarta.

Kalian akan memfilter dengan sendirinya. Karena kalian generasi “Peradaban Harapan” yang tidak suka lebai, alai, dan narsis pencitraan. Kalian sangat luas tapi juga padat berisi.

Sumber: Surat Dari & Untuk Pemimpin, Penulis: Sutanto Mendut, Hal: 166-167.

Cerita Perubahan, Mengawal Perubahan

About the author

The author didnt add any Information to his profile yet
No Responses to “Presiden Lima Gunung”

Leave a Reply