Petani Berganti Profesi
Lahan Pertanian Kekeringan dan Tidak Bisa Ditanami
Temanggung, Kompas – Minimnya pasokan air di musim kemarau yang membuat lahan pertanian kering dan tidak bisa ditanami menyebabkan sejumlah petani di Kabupaten Temanggung dan Magelang, Jawa Tengah, berganti profesi. Mereka menjadi buruh tani dan buruh bangunan di kota.
Irfa’i, Sekretaris Desa Caruban, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (11/9), mengatakan, alih profesi terpaksa dilakukan agar mereka bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bersama keluarga.
Menurut dia, dari 85 hektar sawah di Desa Caruban sekitar 10 hektar sawah saat ini dibiarkan kosong tanpa tanaman apa pun. Yang ada hanya rumput liar dan tanah yang retak-retak. Kondisi ini sudah berlangsung empat bulan terakhir.
”Para petani pemilik lahan saat ini banyak yang beralih profesi dan bekerja di luar kota sebagai buruh bangunan. Yang masih tinggal di desa memilih menjadi perajin keranjang tembakau atau menjadi buruh tani di desa lain,” ujar Irfa’i.
Sebagian besar areal sawah di Desa Caruban merupakan lahan tadah hujan. Akibatnya, jika tidak ada hujan atau pasokan air sama sekali, sawah mengering dan retak-retak tidak bisa ditanami.
”Tidak hanya itu. Sejumlah petani yang putus asa karena tidak bisa bercocok tanam akhirnya memanfaatkan lahan untuk membuat batu bata. Bahkan, ada petani yang menjual atau menjadikan tanah untuk lokasi bangunan rumah,” kata Irfa’i.
Hal serupa terjadi di Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang. Bahroni (50), seorang petani, mengatakan, sekitar tiga bulan terakhir sebagian besar petani di Desa Deyangan, termasuk dirinya, tidak lagi bercocok tanam.
”Kami tidak ingin nekat menanam. Dalam kondisi sekarang ini, jenis tanaman apa pun berisiko tinggi gagal panen akibat kekeringan,” ujarnya. Sebagian besar areal sawah di Desa Deyangan juga termasuk lahan tadah hujan.
Menurut Bahroni, selama tidak bisa menjalankan aktivitas bercocok tanam, dirinya memilih bekerja di penggilingan padi. Sejumlah rekan petani lain memilih bekerja sebagai buruh bangunan, berdagang, atau menjadi buruh tani di desa lain yang masih berkecukupan air.
Di desa lain, Desa Sriwedari, Kecamatan Salaman, Magelang, Suratman (40), seorang petani, mengatakan, selama dua bulan terakhir pasokan air masih didapatkan dengan sistem bergilir. Namun, karena debit air semakin berkurang dan banyak petani yang butuh, dia terpaksa harus begadang hingga malam atau dini hari.
Wilayah Jateng, seperti di Kabupaten Brebes dan Kabupaten Tegal, juga mulai kekurangan air. Untuk menghemat ketersediaan air sumur, saat ini sejumlah warga mulai mencuci dengan menggunakan air sungai. Tak jarang air yang digunakan berwarna keruh.
Sumur Mengering
Akibat kemarau, tiga kecamatan di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, juga terancam krisis air bersih. Untuk itu, berbagai upaya dilakukan pemerintah setempat untuk menanggulanginya, termasuk penyiapan truk tangki yang akan mengirim air bersih secara rutin.
Sekretaris Daerah Kabupaten Madiun Soekardi mengatakan, daerah rawan krisis air bersih meliputi Kecamatan Pilangkenceng, Balerejo, Wonoasri, dan Saradan. Kondisi paling parah terjadi di Pilangkenceng.
”Penyebabnya adalah sumber air permukaan sumur warga mengering. Selain itu, di Pilangkenceng sejumlah masyarakat juga belum terjangkau pipa penyaluran air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM),” ujarnya.
Menurut Soekardi, empat kecamatan tersebut memang menjadi langganan krisis air setiap tahun. Oleh sebab itu, untuk menanggulangi ancaman krisis air, pihaknya melakukan koordinasi lintas sektor. Hasilnya adalah akan dilakukan pemetaan lokasi dan penentuan strategi untuk mengatasi krisis air yang terjadi.
Kebijakan yang disiapkan adalah selain menyiagakan truk tangki untuk mengirimkan air bersih ke rumah warga, juga menambah atau memperluas pemasangan jaringan distribusi air bersih oleh PDAM. Selain itu, juga akan diberikan bantuan mesin pompa untuk rumah tangga yang memiliki sumur tetapi sulit mengambil air secara manual karena letak sumber air terlalu dalam.
Sementara itu, sekitar 100 personel gabungan polisi dan TNI di Indramayu, Jawa Barat, berpatroli di sekitar basis anggota Serikat Tani Indonesia untuk menjaga situasi menyusul konflik lahan di Desa Loyang, Kecamatan Cikedung. Sebelumnya, warga yang didukung Serikat Tani Indonesia menolak rencana pembangunan Waduk Bubur Gadung. (EGI/NIK/WIE/REK)
Sumber: KOMPAS, Kamis, 12 September 2013.