Eksploitasi Jauhkan Target Penurunan Emisi

Feb 18, 2013 No Comments by

Jakarta, Kompas – Pengerukan masif mineral tambang batubara menjauhkan target penurunan emisi gas rumah kaca. Indonesia, salah satu negara kepulauan yang rentan dampak perubahan iklim, perlu mengerem penambangan bahan bakar fosil— salah satu penyumbang emisi dunia.

”Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerukan pada dunia penurunan emisi gas rumah kaca Indonesia 26-41 persen. Tapi, kebijakan dalam negeri mengeksploitasi batubara besar- besaran,” kata Arif Fiyanto, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Senin (4/2) di Jakarta. Hal itu dikatakan di sela pameran foto Sebuah Desakan dari Perubahan Iklim, yang digelar Greenpeace di Galeri Foto Antara, 29 Januari- 13 Februari 2013.

Beberapa bukti ketidakkonsistenan itu adalah program Master Plan Percepatan Pembangunan Indonesia (MP3EI). Energi terbarukan juga tak dioptimalkan.

Program MP3EI menjadikan Kalimantan sentra energi. Tahun 2020, sekitar 500 juta metrik ton batubara per tahun ditargetkan dikeruk. Saat ini, lebih dari 80 persen batubara diekspor, bukan untuk memenuhi dalam negeri.

”Sejak 2011, ekspor batubara Indonesia terbesar di dunia, mengalahkan Australia. Padahal, cadangan batubara hanya 3 persen. Ironisnya, elektrifikasi Indonesia termasuk rendah di ASEAN,” kata Arif.

Penurunan gas rumah kaca (GRK) dijanjikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pertemuan G-20 di Pittsburgh, Amerika Serikat, tahun 2009. Saat itu, Presiden menargetkan penurunan emisi 26 persen tanpa bantuan asing dan 41 persen dengan bantuan asing tahun 2020.

Sumbangan emisi

Data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, sektor energi menyumbang emisi GRK terbesar kedua setelah sektor berbasis lahan, yaitu pertanian, kehutanan, dan gambut.

Emisi total sektor energi tahun 2000 adalah 333.540.98 giga ton setara CO2 atau 23 persen total emisi Indonesia. Sebanyak 51,5 persen emisi itu bersumber dari bahan bakar dan kilang minyak, 18,2 persen transportasi, 12,2 persen listrik dan produksi pemanas, 7,4 persen rumah tangga, serta 5,9 persen industri, pabrik, dan konstruksi.

Dalam laporan Global Risk 2013 (World Economi Forum) di Davos, Swiss, diperingatkan bahwa kondisi suhu global berpotensi meningkat 3,6-4 derajat celsius. Peningkatan suhu global 2 derajat celsius membuat perubahan iklim sulit diatasi.

Kahar Al Bahri, Dinamisator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kalimantan, mengatakan, produksi batubara dari Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan tahun 2012 mencapai 261,7 juta ton.

”Ironisnya, listrik di Kalimantan kerap mati. Yang tersisa hanya kubang-kubang raksasa bekas galian tambang yang menyengsarakan masyarakat,” ucapnya.

Tahun 2009, lanjut Kahar, terdapat 1.180 izin usaha pertambangan dari pemkab/pemkot di Kalimantan seluas 3,08 juta hektar. Setelah heboh maraknya pertambangan, tahun 2011 jumlah izin berkurang menjadi 789 izin. Namun, luasan bertambah menjadi 3,91 juta hektar. (ICH)

Sumber: KOMPAS, Selasa, 05 Februari 2013.

Berita

About the author

lingkarLSM hadir untuk menemani pertumbuhan. Kami mengidamkan masyarakat sipil yang jujur dan punya harga diri. Kami membayangkan ribuan organisasi baru akan tumbuh dalam tahun-tahun perubahan ke depan. Inilah mimpi, tujuan dan pilihan peran kami. Paling tidak, kami sudah memberanikan diri memulai sebuah inisiatif; dan berharap langkah kecil ini akan mendorong perubahan besar.
No Responses to “Eksploitasi Jauhkan Target Penurunan Emisi”

Leave a Reply