Penerapan Teori Komunikasi dalam Organisasi Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI)

Apr 30, 2014 No Comments by

Bumi merupakan rumah bagi manusia, tempat dimana kehidupan tumbuh dan berlangsung selama sekian abad. Bumi dan segala unsurnya: Atmosfer, udara, air, tanah, dan lainnya dikondisikan baik adanya sesuai dengan kebutuhan manusia. Segala sesuatunya telah tercipta demi menjamin kelangsungan hidup manusia. Namun sayangnya, manusia tak mampu merawat dan menjaga lingkungan. Hasilnya adalah kerusakan lingkungan hidup yang berdampak pada manusia itu sendiri.

Selain manusia yang tak dapat merawat dan menjaga kesehatan lingkungannya, polusi turut berkontribusi dalam menambah kerusakan lingkungan. Kenaikan pengguna kendaraan bermotor yang tak terkendali tiap tahunnya menjadi salah satu penyebab makin tercemarnya udara lingkungan. Pada periode 2008-2012, terdapat peningkatan jumlah kendaraan bermotor cukup tinggi, yaitu: 11, 22 persen per tahun. Diakses pada Selain itu, banyaknya alat elektronik yang melepaskan gas CFC ke udara merupakan faktor terjadinya pemanasan global.

Semakin lama alam menjadi tidak bersahabat dengan manusia, banyak kebakaran hutan yang berakibat pada penyakit pernafasan, kenaikan suhu yang dipicu oleh efek rumah kaca, banjir yang menimbulkan banyak bibit penyakit dan kotor, mencairnya es di kutub yang berdampak pada tenggelamnya beberapa pulau yang memiliki letak yang rendah dalam relief bumi.

Seiring dengan semakin kompleksnya gejolak alam yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan, mulai banyak orang yang tergerak untuk turun tangan melakukan aksi peduli akan kelangsungan lingkungan. Aksi turun tangan ini kemudian menjadi daya tarik bagi orang yang juga peduli untuk turut serta, sehingga membentuk komunitas peduli lingkungan. Salah satunya adalah Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI). KOPHI memiliki beberapa cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, yaitu: KOPHI Aceh, KOPHI Sumut, KOPHI Bengkulu, KOPHI Bangka Belitung, KOPHI Sumsel, KOPHI Lampung, KOPHI Pusat (DKI Jakarta), KOPHI Jawa Barat, KOPHI Jawa Tengah, KOPHI Yogyakarta, KOPHI Jawa Timur, KOPHI Kalimantan Timur, KOPHI Kalimantan Tengah, KOPHI Sulawesi Selatan, KOPHI Sulawesi Tengah, KOPHI Papua.

KOPHI merupakan organisasi yang menjadi wadah bagi anak muda yang ingin menjadi bagian dari solusi masalah perubahan iklim sehingga mereka dapat bergerak untuk melakukan sebuah tindakan secara kolektif dan berkelanjutan demi terciptanya lingkungan Indonesia yang lestari Selain menjadi forum komunikasi antara pemuda-pemudi Indonesia yang mempunyai kepedulian terhadap perubahan iklim, KOPHI juga menjadi fasilitator dalam rangka pengembangan kapasitas anggota KOPHI melalui workshop, training, dan seminar yang bekerja sama dengan non government organisation (NGO) dan komunitas peduli lingkungan lainnya. KOPHI juga dapat membantu siapapun yang membutuhkan informasi terkait dengan isu perubahan iklim dan lingkungan hidup.

 

Penerapan teori komunikasi dalam organisasi Koalisi Pemuda Hijau Indonesia

Teori Disonansi Kognitif

Teori disonansi kognitif diperkenalkan oleh Leon Festinger pada 1957. Teori disonansi kognitif merupakan diskreparsi kesenjangan yang terjadi antara dua elemen kognitif yang tidak konsisten, menciptakan ketidaknyamanan psikologis. Festinger (1957). Disonansi kognitif adalah suatu kondisi tidak nyaman dari tekanan psikologis ketika seseorang memiliki dua atau lebih kognisi (sejumlah informasi) yang tidak konsisten atau tidak sesuai satu sama lain. Vaughan & Hogg (2005).

Dasar teori disonansi kognitif mengikuti prinsip yang sederhana, yaitu keadaan disonansi kognitif dikatakan keadaan ketidaknyamanan psikologis atau ketegangan yang memotivasi usaha untuk mencapai harmoni. Roger Brown (1965).

Teori disonansi kognitif, ketidaknyamanan yang ditimbulkan akan menstimulasi orang untuk mengambil tindakan untuk mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Teori disonansi kognitif adalah sebuah papararan bagaimana kepercayaan dan perilaku dapat mengubah kebiasaan. Fokus pada teori ini adalah pada ketidakpastian disekitar kognisi yang ada. Ada empat teori dasar yang dipaparkan dalam teori disonansi kognitif, yaitu:

  • Manusia menginginkan konsistensi dalam kepercayaan, tindakan, dan perilaku mereka: Pada dasarnya manusia tidak akan menyukai inkonsistensi, mereka akan berupaya untuk mencapai konsistensi dari pikiran mereka.
  • Disonansi diciptakan oleh ketidak konsistensian psikologi: Disonansi kognitif bukan merupakan konsistensi logis yang kaku, melainkan merujuk pada fakta bahwa kognisi harus tidak konsisten secara psikologis.
  • Disonansi merupakan keadaan yang tidak nyaman sehingga mendorong seseorang untuk mekukan tindakan yang dapat terukur efeknya: Disonansi kognitif akan medorong orang untuk mencapai posisi konsonan dan mengurangi disonan dalam dirinya. Karena kondisi disonan bukan merupakan kondisi yang nyaman.
  • Disonansi memotivasi usaha untuk mencapai konsonan dan usaha untuk mengurangi disonansi:

Disonansi menjadi alasan kuat seseorang mencari dan mencapai posisi konsonan. Sesesorang akan berusaha mengurangi konsistensi dan mencari iklim yang nyaman dengan jalan mencari konsistensi.

Dalam teori disonansi kognitif, dibedakan antara situasi yang menimbulkan banyak disonansi dan situasi yang menimbulkan sedikit disonansi. Dalam teori disonansi kognitif, terdapat dua macam hubungan antar elemen, yaitu: Festinger (dalam Shaw & Contanzo, 1982).

Hubungan Relevan
Hubungan terkait dimana satu elemen mempunyai dampak terhadap elemen lainnya. Hubungan ini terdiri dari:

  • Disonan: Jika kedua elemen kognitif, satu elemen disertai penyangkalan dari elemen lainnya. Contoh: Pengetahuan bahwa jatuh  itu sakit, namun suatu  ketika  seseorang  jatuh dan dia tidak mengalami rasa sakit.
  • Konsonan: Terjadi jika kedua elemen saling konsisten dan  tidak  disonan, kognisi antar kedua elemen selaras. Contoh: Pengetahuan bahwa jika demam  maka suhu badan  akan bertambah naik,dan kenyataan  juga demikian.

Hubungan Tidak Relevan
Antara dua elemen kognitif tidak memiliki hubungan sama sekali.
Contoh: Pengetahuan mengenai air putih merupakan air yang baik bagi kesehatan dengan Indonesia berpotensi untuk memperebutkan piala dunia dalam VIVA.

Analisis KOPHI berdasarkan Teori Disonansi Kognitif
Berkembang teori bahwa kita perlu merawat dan menjaga lingkungan kita, namun kerap kali kita mengacuhkan hal tersebut. Perlahan tapi pasti, dampak dari tindakan manusia yang tidak peduli pada lingkungannya mulai semakin terasa menimbulkan masalah sosial lingkungan yang baru. Dalam hal ini terjadi hubungan relevan dimana antara dua kognisi saling relevan. Oleh karena kebiasaan manusia yang tidak peduli pada lingkungannya sehingga berdampak pada kerusakan lingkungan, timbul masalah lingkungan yang tentunya mengganggu dan menghambat proses kehidupan. Hal ini yang disebut ketidaknyamanan yang ditimbulkan, oleh karena itu KOPHI sebagai organisasi peduli akan lingkungan, berusaha untuk mencari konsonan dan mengurangi disonan dalam masalah lingkungan ini. Lewat berbagai kegiatannya yang melibatkan banyak orang diseluruh Indonesia diharapkan KOPHI mampu merangkul banyak jiwa untuk ikut turut peduli dalam proses pelestarian lingkungan.

 

Teori Pengurangan Ketidakpastian (Uncertainity Reduction Theory)

Teori pengurangan ketidakpastian atau Uncertainitkay Reduction Theory pertama kali dikembangkan oleh Charles Berger dan Richard Calabrese pada tahun 1975. Tujuan dari teori ini adalah digunakan untuk mengurangi ketidakpastian diantara dua pihak dalam pertemuan pertama mereka. Pada pertemuan pertama, tiap individu cenderung akan meningkatkan proteksi dirinya terhadap orang lain yang asing. Teori pengurangan ketidakpastian membahas proses dasar bagaimana kita memperoleh pengetahuan mengenai orang lain melalui interaksi komunikasi. (Morissan, 2010: 86)

Tujuh aksioma ketidakpastian: (Berger & Calabrese)

  • Ketidakpastian tinggi, mendorong komunikasi verbal
  • Pernyataan non-verbal rendah, ketidakpastian tinggi
  • Ketidakpastian tinggi, mendorong pencarian informasi rendah
  • Ketidakpastian tinggi, keintiman komunikasi rendah
  • Ketidakpastian tinggi, resiprositas tinggi
  • Kesamaan mengurangi ketidakpastian
  • Ketidakpastian tinggi, kesukaan rendah

Namun, kemudian tujuh aksioma ketidakpastian itu berkembang menjadi delapan oleh Berger dan Gudykunst (1991), yaitu:

  • Ketidakpastian berhubungan negatif dengan jaringan sosial. Semakin banyak orang berinteraksi dengan teman dan anggota keluarga pasangan  relasi mereka, semakin sedikit ketidakpastian yang mereka alami. James Neuliep dan Erica Grohskopf (2000) menyarankan menambah aksioma menjadi sembilan berdasarkan penelitian mereka mengenai hubungan ketidakpuasan dan kepuasan komunikasi, yaitu:
  • Antara hubungan ketidakpastian dan kepuasan komunikasi terdapat hal negatif atau.
  • Tujuan teori pengurangan ketidakpastian adalah untuk bagaimana komunikasi berperan aktif untuk mengurangi rasa canggung diantara orang asing yang pertama bertemu, sehingga arus informasi dapat terjadi setelahnya.

Analisis KOPHI berdasarkan Teori Pengurangan Ketidakpastian
KOPHI merupakan organisasi mandiri hasil swasembada dan buah pikir mandiri anak muda. Eksistensi KOPHI perlu dipublikasikan untuk mengurangi pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat luas. Oleh karena itu, KOPHI melakukan publikasi melalui media internet via media sosial seperti twitter, facebook, dan juga via website.

Dengan publikasi di beberapa media, KOPHI memperkenalkan dirinya sebagai organisasi yang bergerak di bidang lingkungan, sehingga masyarakat mengenal mereka. Adanya pengenalan di kalangan masyarakat luas ini dapat membantu KOPHI mempromosikan aksi-aksi dan agenda-agenda peduli lingkungan dan efek diikuti oleh orang lain yang memiiki ketertarikan yang sama dalam bidang lingkungan hidup tanpa ada rasa curiga terhadap KOPHI.

Social Judgement Theory
Social Judgement Theory atau teori penelitian sosial merupakan buah pikir dari psikolog bernama Mazafer Sherif dari Universitas Oklahoma. Teori ini didasarkan pada penelitian para filsuf jaman dahulu, dimana orang diuji kemampuannya untuk menilai rangsangan fisik seperti berat suatu obntjek atau terangnya sebuah cahaya. Berdasarkan penelitian itu, Sherif menjadikannya sebagai analogi untuk merumuskan teori penilaiaan sosial dimana terdapat perbedaan ukuran dan pendapat terhadap objek yang diteliti.

Teori penilaian sosial merupakan teori yang mengkaji bagaimana individu menilai pesan-pesan yang disampaikan kepadanya dan merepresentasikannya. Hal ini menjadi menarik ketika seorang individu dihadapkan pada objek yang sama namun pendapat yang berbeda mengenai suatu hal. Inilah mengapa Sherif merumuskan teori penilaian sosial ini.

Proses pengkajian terhadap penilaian sosial dimuali saat seorang individu mendengar atau merespon suatu pesan, adanya stimulasi dari luar cenderung menyebabkan individu untuk merespon kembali apa yang telah dilemparkan kepadanya. Dalam teori ini, persepsi merupakan salah satu unsur yang penting karena bagaimana seseorang mengidentifikasikan pesan yang ada ditentukan oleh bagaimana persepsi orang tersebut akan objek yang dihadapkan. Selain persepsi, pengalaman pun memegang andil yang cukup kuat. Pengalaman merupakan faktor penting pembentuk persepsi seorang individu. Oleh karena itu, pengalaman seseorang memegang peranan kuat bagaimana orang tersebut menganalisis pesan yang dihadapkan padanya.

Sherif membagi tiga zona sikap dalam teori penilaian sosial ini, yaitu:

  • Penerimaan (Lattitude of acceptance): Penerimaan terhadap suatu objek atau pernyataan-pernyataan yang dapat disetujui.
  • Penolakan (Lattitude of  rejection): Dimana seseorang tidak sependapat terhadap suatu objek atau pernyataan-pernyataan tidak dapat kita terima.
  • Non-Komitmen (Lattitude of non commitment): Dimana seseorang memilih untuk diam dan tidak menentukan apapun. Tidak memberikan respon menolak ataupun menerima.

Dalam teori penilaian sosial, ego merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi dalam diri individu. Berdasarkan tiga zona sikap yang telah dipaparkan diatas, yaitu Penerimaan, penolakan, dan non komitmen. Maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa dasar yang menjadikan seseorang melakukan pilihan sikap atas apa yang diambilnya adalah unsur ego (ego involvement). Sherif berasumsi bahwa keterlibatan ego (Ego involvement) merupakan hal yang krusial terhadap suatu issue atau masalah yang dihadapi dalam kehidupan kita. Ego menjadi variabel kunci dalam penentuan rentang penerimaan dan rentang penolakan.

Sebagaimana dipaparkan diatas bahwa ego (Ego involvement) berperang dalam aktivitas seseorang mengambil asumsi atas objek yang dihadapkan padanya. Di sisi lain ternyata proses penilaian juga melibatkan distorsi. Pengaruh rentangan timbul jika seseorang menilai suatu pesan sebagai suatu yang lebih jauh dari sudut pandang mereka sendiri daripada sebenarnya, pengaruh asimilasi adalah ketika orang menilai pesan itu lebih dekat dengan sudut pandang mereka dari pada yang sebenarnya.

Dalam teori penilaian sosial juga dipaparkan adanya unsur perubahan sikap. Sherif membuat prediksi perubahan sikap berdasarkan rentang yang ada yakni, awalnya pesan yang diterima cenderung akan mempermudah perubahan sikap. Kedua jika suatu pesan yang diterima oleh seseorang kemudian ditolak oleh individu, maka perubahan sikap akan menjadi nihil. Dalam rentang ini disebut efek bumerang (Boomerang efect) di mana suatu pesan yang tidak sesuai sebenarnya memperkuat posisi seseorang terhadap suatu masalah. Ketiga dalam rentang penerimaan dan non komitmen semakin tidak sesuai suatu pesan dengan pendirian seseorang semakin besar kemungkinan untuk merubah sikapnya atau perilakunya.

Analisis KOPHI berdasarkan Teori Penilaian Sosial
KOPHI sebagai suatu organisasi dalam bidang lingkungan hidup pastinya memiliki kegiatan yang bertujuan mengajak masyarakat untuk peduli dan turun tangan terhadap kegiatan pelestarian lingkungan. Ada visi dan misi yang mendasari gerakan yang dilakukan oleh organisasi KOPHI ini, yakni merawat dan menjaga lingkungan hidup. Dalam  perkembangannya, tidak semua orang setuju pada visi dan misi ini. Ada yang pro dan ada pihak yang kontra, itulah bagaimana teori penilaian sosial berfungsi. Untuk mendasari perbedaan manusia yang pro dan kontra tersebut.

Referensi:

Sumber: Kompasiana, Sabtu 12 April 2014

Berita, Kabar

About the author

The author didnt add any Information to his profile yet
No Responses to “Penerapan Teori Komunikasi dalam Organisasi Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI)”

Leave a Reply