Mangrovest 2012: Selamatkan Mangrove!
Tidak banyak orang menyadari, hutan mangrove Indonesia semakin menyusut, menghilang dari tahun ke tahun.
Dari diskusi konservasi mangrove yang diadakan di Banyuwangi, Jawa Timur, akhir Mei lalu, terungkap Indonesia kehilangan 5,58 juta hektar hutan mangrove sejak 1999 hingga 2005. Jika luas hutan yang terdata pada 1999 mencapai 8,6 juta hektar, berarti kini hanya tersisa hutan mangrove sekitar 3,02 juta hektar.
Kehilangan luar biasa itu tak hanya berdampak pada hilangnya berbagai biota laut, tetapi juga terkikisnya area pantai atau abrasi di berbagai tempat dan menggusur permukiman penduduk.
Beruntung kesadaran akan pentingnya keberadaan hutan mangrove tumbuh di lingkungan mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah. Para mahasiswa di kampus ini punya komunitas Kelompok Studi Ekosistem Mangrove Teluk Awur (Kesemat). Kelompok ini berusaha menumbuhkan dan meningkatkan rasa cinta terhadap mangrove di kalangan mahasiswa dan masyarakat.
Mereka juga mengembangkan penelitian tentang ekosistem mangrove di kalangan mahasiswa. Mereka berusaha mewujudkan dan mengembangkan kegiatan yang bersifat ilmiah serta mengarah pada konservasi ekosistem mangrove.
Sekitar 1.000 anggotanya tersebar dalam berbagai unit kegiatan terkait mangrove. Mereka menyebut diri ”mangrover”. ”Salam mangrover!” pun menjadi salam khas di antara mereka.
”Kesemat bermula saat kita menghijaukan lingkungan kampus kami di Teluk Awur, Jepara, yang saat itu gersang. Kini kawasan itu sudah dihijaukan. Mangrove bagi mahasiswa menjadi seperti mainan yang positif,” ujar Pembantu Dekan III FPIK Undip Ir Irwani, MPhil, saat memberi sambutan dalam acara Mangrovest 2012, Kamis (31/6).
Selama dua hari, 31 Mei-1 Juni 2012, Lapangan Widya Puraya dan sekitar kampus FPIK Undip, Tembalang, pun ”berwarna” mangrove dan pelestarian lingkungan pada umumnya. Acara yang didukung Kompas Kampus dan Tupperware ini dibuka Pembantu Rektor III Undip Drs Warsito, SU.
Hari pertama, Mangrovest 2012 penuh stan mengenai keberadaan dan berbagai fungsi mangrove untuk kehidupan manusia. Di antara gerai-gerai berbagai komunitas, ada pegiat atau kelompok mahasiswa dan masyarakat yang mengaitkan aktivitasnya dengan mangrove, dan ada pula berbagai kampanye mengenai mangrove.
Kesemat Mangrove Volunter (Kemangsteer) misalnya, menguraikan berbagai kegiatan para relawan yang peduli mangrove. Tidak hanya mahasiswa Undip, para relawan yang peduli mangrove juga tumbuh di berbagai kota, termasuk Jakarta.
Selain kegunaan mangrove sebagai penahan abrasi pantai, dalam kampanye itu juga dipresentasikan kegunaan mangrove untuk industri batik. Sejumlah warna-warni unik untuk melukis batik bisa dihasilkan dari mangrove. Bahkan, kawasan mangrove menjadi salah satu tujuan wisata.
”Tumbler” kendi
Salah satu acara unik dalam Mangrovest 2012 adalah pembagian kendi untuk tempat air minum. ”Kita mendesain khusus tempat air yang unik dan ramah lingkungan. Jadinya kendi ini,” ujar Ketua Mangrovest 2012 Kamto Wahyono.
Alhasil, sejumlah mahasiswa pun ke sana ke mari membawa kendi mungil berisi air minum. Hari itu sekitar 800 kendi habis dibagi-bagikan panitia. Panitia juga menyediakan air minum yang siap diisikan ke dalam kendi.
Selama dua hari acara berlangsung, keramaian relatif terjaga. Dekan FPIP Undip Prof Dr Ir Muhammad Zainuri, DEA menemani mahasiswa. Ia tak hanya hadir saat pembukaan, bahkan pada hari kedua pun ia ikut bersama sekitar 200 mahasiswa bersepeda ria keliling kampus.
Seperti acara Green Living n Youth Creativity di kampus lain, di sini ada pula workshop fotografi dan jurnalisme warga. Workshop fotografi diisi pewarta foto Kompas Ferganata Indra R, sedangkan sesi jurnalisme warga menampilkan pembicara wartawan Kompas Gesit Ariyanto. Tampil pula sebagai pengisi acara Dik Doank dan Shahnaz Haque dalam sesi ”Tupperware Green Living”.
Salah satu kegiatan yang akan menandai Mangrovest 2012 hingga waktu lama adalah penanaman 1.000 bibit mangrove asosiasi jenis ketapang (Terminalia cattapa) dan cemara laut. Tentu dengan satu catatan, tanaman itu tak hanya ditanam seperti kampanye penanaman pohon lainnya. Setelah ditanam, pohon-pohon itu perlu dipelihara, dipupuk, dan dijaga agar tumbuh hijau.(ush)
Sumber: KOMPAS, Selasa, 5 Juni 2012, Halaman: 35.