Jalan Terjal Atasi Krisis Air Bersih

Okt 16, 2013 No Comments by

Oleh: Frans Sarong

Lumrah saja menyebut Nusa Tenggara Timur sebagai provinsi gersang. Memang sebagian besar wilayah daratan pulau- pulau tersebut berbalut sabana. Penyebab utama adalah deraan kemarau panjang—sembilan bulan dalam setahun—hingga krisis air bersih sejak lama jadi jeritan meluas.

NTT yang didukung 22 kabupaten/kota kini berpenduduk sekitar 4,6 juta jiwa. Sejumlah catatan menyebutkan baru sekitar 30 persen di antaranya yang telah menikmati air bersih melalui perusahaan daerah air minum di setiap daerah.

Bepergian ke pedesaan di Pulau Flores, Sumba, Timor, atau sejumlah pulau lebih kecil lainnya di provinsi ini, keluhan yang selalu mengemuka bahkan mendominasi dari setiap percakapan dengan masyarakat adalah krisis air bersih. Tidak sedikit dari mereka, terutama selama kemarau, harus menghabiskan 3-5 jam dalam sehari hanya untuk mengambil air bersih di lokasi yang jauh. Dengan demikian, sepantasnya dimaklumi jika NTT tetap menjadi provinsi tertinggal atau miskin. Salah satu sumber penyebabnya adalah warganya kehilangan waktu untuk urusan air dibandingkan kegiatan produktif lainnya.

Salah satu contohnya adalah krisis air bersih yang sejak lama mendera warga Kampung Tanggo di Kabupaten Manggarai Timur (Flores). Hingga kini warga setempat masih mengandalkan sumber air Sungai Waebobo. Perjalanan dari kampung hingga alur sungai, dan sebaliknya, membutuhkan waktu sedikitnya lima jam karena harus menyusuri tanjakan tajam berjarak sekitar empat kilometer.

Seperti diakui sejumlah warga, krisis air bersih tidak hanya selama kemarau. Saat musim hujan pun, kesulitan yang sama tetap mendera karena di sekitar kampung itu tidak ada sumber airnya. ”Kampung Tanggo termasuk kampung dengan kesulitan air bersih sangat parah, baik saat kemarau maupun musim hujan, kebutuhan air warga tetap mengandalkan sumber air Sungai Waebobo. Kami tidak tahu kapan krisis ini berakhir,” kata Bernadus Rigo (67), tetua Kampung Tanggo, Minggu (29/9).

Kompas Gramedia melalui Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) setidaknya sejak tiga tahun lalu memberikan perhatian serius atas krisis air bersih daerah pedesaan di NTT. Perhatian pertama bagi masyarakat Kampung Taitnama di Desa Kuanheum, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang, Pulau Timor.

Dengan dukungan dana dari para pembaca Kompas, DKK telah mengalirkan air dari Sungai Kuanheum hingga mengucur melalui sejumlah bak distribusi di kampung itu. Pelontaran air dari alur dalam mengandalkan pompa hidran berteknologi ”air tolak air”. Berkat teknologi itu, warga nyaris bebas dari biaya pengoperasian pompa.

Pengerjaan proyeknya telah rampung dan sudah diserahkan kepada masyarakat setempat, akhir November 2011. Seperti disaksikan dua pekan lalu, air bantuan DKK itu juga mendorong petani setempat mengembangkan usaha sayuran di sekitar pekarangan rumah.

”Berkat air bantuan DKK, kampung kami sudah berubah menjadi salah satu sentra sayuran di Kecamatan Amabi Oefeto. Hampir setiap hari selalu saja ada pedagang keliling yang datang membeli sayuran petani untuk dibawa ke pasar-pasar di kota,” kata Jonisius Sae, anggota DPRD Kabupaten Kupang asal Naimata.

Saat menjelang perampungan pembangunan sarana air bersih bagi warga Taitnama di Kabupaten Kupang, tim DKK pimpinan HM Nasir menjajaki kemungkinan bantuan serupa bagi masyarakat pedesaan di Flores. Setelah melalui proses penelitian detail dan mendalam, DKK akhirnya memutuskan bantuan sarana air bersih bagi masyarakat pedesaan di pulau tersebut. Didukung mitranya, Bank Mandiri, bantuan dengan total Rp 6 miliar, tersalur melalui empat lokasi, yakni bagi warga Kampung Tuwa (Desa Goloronggot, Kecamatan Welak, Kabupaten Manggarai Barat), Dusun Lada (Desa Pong Ruan, Kecamatan Kota Komba, Manggarai Timur), dan Kampung Tengkel Wuntun (Desa Ria, Kecamatan Riung Barat, Ngada).

 

Dua Mobil Tangki

Satu paket lainnya bagi warga Desa Teka Iku dan sekitarnya di Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka. Paket bantuan ini tersalur berupa dua mobil tangki karena tidak ada sumber air di sekitarnya. Khusus di Tuwa, bangunan menampung air dari sumur tandem di Waerubeng. Air tampungan dialirkan hingga ke kampung menggunakan pompa hidran. Pompa sejenis dimanfaatkan untuk mengalirkan air dari Sungai Alolain bagi warga di Desa Ria.

Sarana air bersih bagi warga Dusun Lada bersumber dari hasil pengeboran pada dinding tebing di hulu kampung. Selanjutnya, air dialirkan secara gravitasi melalui jaringan pipa hingga perkampungan.

Ketiga lokasi sarana air bersih bantuan DKK dan Bank Mandiri itu akan diserahterimakan kepada masyarakat setempat, Selasa (1/10). Penyerahan dilakukan Pemimpin Redaksi Kompas Rikard Bagun bersama Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Pahala N Mansury dan pejabat humas, Iskandar Tumbuan. Bank Mandiri adalah mitra DKK untuk sarana air bersih di Flores.

Paket bantuan berupa dua mobil tangki untuk warga Desa Teka Iku dan sekitarnya di Kecamatan Kangae (Sikka) sudah diserahkan Wakil Pemimpin Umum Kompas St Sularto kepada Direktur CV Pembangunan St Yosef Keuskupan Maumere, Rm Arkadius Dhosando Pr di Maumere, Minggu (25/11/2012). Ketika itu penyerahan disaksikan Uskup Maumere Mgr Gerulfus Kherubim Pareira.

Meski jumlahnya sangat terbatas, mereka kini masuk kelompok sekitar 1,4 juta jiwa warga NTT yang telah menikmati air bersih. Jumlah itu separuh dari sekitar 3,2 juta jiwa warga provinsi ini yang belum lepas dari masalah klasik tersebut.

Seiring upaya penanggulangannya yang masih sangat terbatas, kesulitan akan air bersih saban tahun terus meluas, terutama selama kemarau. Upaya mengatasi kesulitan air bersih masih merupakan tantangan melalui jalan menanjak dan terjal!

Sumber: KOMPAS, Selasa, 1 Oktober 2013.

Berita

About the author

lingkarLSM hadir untuk menemani pertumbuhan. Kami mengidamkan masyarakat sipil yang jujur dan punya harga diri. Kami membayangkan ribuan organisasi baru akan tumbuh dalam tahun-tahun perubahan ke depan. Inilah mimpi, tujuan dan pilihan peran kami. Paling tidak, kami sudah memberanikan diri memulai sebuah inisiatif; dan berharap langkah kecil ini akan mendorong perubahan besar.
No Responses to “Jalan Terjal Atasi Krisis Air Bersih”

Leave a Reply