Daerah Bisa Turut Selamatkan Kekayaan Hayati
Bedugul, Kompas – Aspek ekologi di Indonesia terbagi dalam 47 wilayah ekoregion yang idealnya memiliki kebun botani atau kebun raya minimal sejumlah itu. Saat ini, 21 kebun raya masih dibangun, sedangkan 4 kebun raya beroperasi sejak tahun 1817 yang dikelola Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
”Kebun raya bahkan harus diwujudkan untuk merealisasi bagian dari ruang terbuka hijau 30 persen di tiap kota dan kabupaten,” kata Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lukman Hakim pada pembukaan Diklat Perkebunrayaan Tingkat III Kelas Manajemen dan Teknis di Kebun Raya Eka Karya Bedugul, Bali, Rabu (3/4).
Pendidikan dan pelatihan (diklat) perkebunrayaan diikuti perwakilan pemerintah daerah yang akan membangun 21 kebun raya. Setiap perencanaannya didampingi peneliti LIPI.
Saat ini, Indonesia terbagi dalam 33 provinsi dan 497 kota/ kabupaten. Kebun raya yang ada dan sedang dibangun baru mewakili 17 provinsi.
Oleh karena itu, setiap pemerintah daerah disarankan memanfaatkan kompetensi ilmiah para peneliti LIPI untuk merealisasikan kebun raya. Masyarakat juga banyak dihadapkan pada kehilangan jenis tumbuhan khas atau endemik.
”Kebun raya tak asal menanam berbagai pohon, tetapi harus ditunjang informasi dari hasil riset ilmiah,” kata Lukman.
Menurut Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI Siti Nuramaliati Prijono, pembangunan kebun raya tidak hanya mengonservasi. Perlu ditunjang mempelajari dan memanfaatkan. ”Abad ke-21 itu abad biologi. Industri yang maju akan berbasis kekayaan hayati,” kata dia.
Peneliti LIPI Sugiarti, pendamping Kebun Raya Samosir, mengatakan, tiap kebun raya punya keistimewaan. Kebun Raya Samosir, Sumatera Utara, seluas 100 hektar itu hibah warga. Tema koleksinya konservasi tumbuhan dataran tinggi Sumut.
Adapun Kebun Raya Batam seluas 80,5 ha untuk menyelamatkan tumbuhan pulau kecil. Kebun itu dirintis sejak 2008.
Savana dan karst
Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor LIPI Mustaid Siregar mengatakan, konservasi koleksi tumbuhan ekoregion savana dan karst saat ini belum masuk dalam perencanaan 21 kebun raya ataupun 4 kebun raya yang ada. Pembangunan kebun raya selanjutnya ingin dipercepat untuk penyelamatan jenis-jenis tumbuhan khas.
”Saat ini kita dihadapkan pada laju kepunahan tumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan upaya konservasi dan kegiatan risetnya,” kata Mustaid. (NAW)
Sumber: KOMPAS, Kamis, 04 April 2013.