Sulit Mempertahankan Sawah dari Alih Fungsi
PURBALINGGA, KOMPAS – Pemerintah Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, mengakui alih fungsi lahan pertanian menjadi lokasi industri padat karya merupakan persoalan dilematis. Kendati mengancam ketahanan pangan lokal dan keseimbangan lingkungan, pabrik-pabrik tersebut dapat menyerap ribuan tenaga kerja sehingga mengurangi angka pengangguran.
Bupati Purbalingga Heru Sudjatmoko, Rabu (27/3), mengatakan, alih fungsi lahan sawah memang menjadi ancaman ketahanan pangan. Namun, di sisi lain, angka pengangguran dan rendahnya minat pemuda menjadi petani membuat alih fungsi sawah menjadi pabrik sebagai sebuah solusi.
”Anak-anak muda sudah tidak tertarik lagi menjadi petani. Angka pengangguran tinggi. Satu hektar sawah biasanya hanya menyerap beberapa pekerja, itu pun jarang yang masih muda. Sementara 1 hektar pabrik padat karya bisa menyerap ribuan pekerja usia produktif,” katanya.
Pesatnya pertumbuhan investasi di Purbalingga menyebabkan beberapa lahan pertanian mulai beralih fungsi. Terakhir sebagian sawah di lahan depan Markas Batalyon 406 Bojong seluas 65 hektar sudah beralih fungsi terutama menjadi permukiman. Secara keseluruhan, alih fungsi lahan pertanian di Jateng berkisar 2.000-2.500 hektar per tahun.
Padahal, angka pengangguran di Purbalingga relatif masih tinggi. Pada 2012, jumlah pengangguran terbuka di Purbalingga tercatat 15.725 orang atau 3,7 persen dari total angkatan kerja sebanyak 425.000 orang. Para penganggur di Purbalingga selama ini diserap pabrik-pabrik wig (rambut palsu) dan bulu mata palsu.
Kepala Kantor Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Purbalingga Sidik Purwanto mengatakan, pada 2013 dua investor penanaman modal asing (PMA) asal Korea Selatan kembali berniat menanamkan investasi senilai Rp 35 miliar.
Kedua perusahaan ini bergerak dalam industri rambut (wig dan bulu mata palsu) dan sudah mengurus perizinan.
Selain dua PMA tersebut, hingga awal bulan Maret 2013 juga ada satu perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang bergerak dalam bidang industri kayu.
Menurut Sidik, dua investasi asing dan satu investasi lokal tersebut merupakan perusahaan padat karya yang bakal menyerap banyak tenaga kerja. Sebagai contoh, satu pabrik bulu mata rata-rata mempekerjakan 500 orang-1.000 orang.
Sidik menjelaskan, dua perusahaan asing tersebut adalah PT Yejin Beauty Ornament dan PT Du Dream. Adapun satu perusahaan PMDN adalah PT Bangkit Makmur Abadi (industri kayu) di Desa Kembangan, Kecamatan Bukateja.
Maraknya investasi pabrik padat karya menyebabkan pemerintah kabupaten setempat kesulitan mempertahankan lahan sawah yang luasannya kini tinggal 27.600 hektar. (GRE)
Sumber: KOMPAS, Kamis, 28 Maret 2013.