Resource Mobilization Framework (1/4)
Pola dan skema ketersediaan pendanaan program bagi organisasi masyarakat sipil di Indonesia kini telah berubah. Peta dukungan global dalam waktu singkat telah begitu bergeser. Indonesia bukan lagi lapisan teratas dalam daftar sasaran lembaga donor. Krisis ekonomi AS dan negara-negara Eropa juga diyakini akan turut menyumbangkan ketidakpastian pola bantuan di masa depan. Apakah organisasi nirlaba masih bisa sepenuhnya bersandar pada dukungan lembaga donor?
Pencapaian tujuan organisasi masyarakat sipil jelas membutuhkan dukungan sumberdaya yang stabil dan kontinyu. Tapi, sejatinya, bagaimana kita harus memandang relasi kebutuhan ini? Apa yang menjadi sumberdaya utama dalam upaya mengawal inisiatif bersama? Sumberdaya tidak bisa lagi hanya didefinisikan sebagai dukungan dana. Partisipasi dan keterlibatan publik, bahkan kini telah jauh lebih berharga. Kemitraan, jejaring, aliansi ataupun sindikasi telah menjadi tuntutan strategi.
Saat upaya mobilisasi berbuah terkumpulnya sekian jenis dan bentuk sumberdaya, maka kita akan dipaksa mempelajari seni pengelolaan energi. Seni kelola butuh penyelarasan terhadap irama kehidupan, dan seni kelola pasti akan menghasilkan sentuhan yang unik, sesuai dengan karakteristik masing-masing organi(sme)sasi. Mengenalinya membutuhkan kepekaan.
Penggalangan dana publik telah menjadi salah satu alternatif potensial. Dan pengelolaannya sendiri merupakan tantangan baru bagi kita.
Energi sendiri adalah kekal. Yang terjadi adalah perubahan dari satu atau sekumpulan energi menjadi energi lain. Perubahan-perubahan yang berhasil dikreasi ini seharusnya membawa kita semakin dekat dengan visi organisasi. Mengukurnya sesekali, membuat kita memiliki daya refleksi atas apa yang sudah berhasil kita perbuat selama ini, dengan tetap punya daya koreksi kritis atas mimpi-mimpi awal pembentukan organisasi.
Pertanyaan kuncinya kemudian adalah: apakah kita telah memiliki skema atau cetak biru yang dengan jelas memaparkan bagaimana, siapa, apa, kapan, di mana dan mengapa sebuah program/kegiatan penggalangan dana publik dijalankan? Apakah gagasan yang ada cukup menjangkau segmen potensial yang spesifik? Apakah ada semacam ‘analisa pasar’ tentang siapa saja pesaing yang ada serta bagaimana kualitas produk mereka? Apakah inisiatif tersebut memiliki daya pengembangan/perluasan dan dapat diduplikasi?
Dan apakah Resource Mobilization itu? Bagaimanakah upaya penggalangan sumber daya bagi LSM di Indonesia dikerangkakan?