Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pengukuran aktivitas ekonomi yang paling banyak dipakai. Ada standar internasional untuk mengukur PDB, dan banyak pemikiran telah dicurahkan mengenai basis statistik dan konseptualnya. PDB kerap diperlakukan sebagai ukuran kesejahteraaan ekonomi.
Salah satu alasan mengapa ukuran uang atas kinerja ekonomi dan standar hidup memegang peranan penting dalam masyarakat kita adalah bahwa valuasi moneter atas barang memudahkan kita menjumlahkan kuantitas barang dengan ciri yang sangat berlainan. Bila kita tahu harga jus apel dan pemutar cakram DVD, kita dapat menjumlahkan nilainya dan membuat pernyataan tentang produksi dan konsumsi dalam satu angka tunggal. Namun harga pasar lebih dari sekedar perkakas akunting. Teori pasar mengajarkan bahwa ketika pasar berfungsi baik, rasio antara satu harga pasar dan lainnnya mencerminkan apresiasi relatif pembeli terhadap dua barang tersebut. Lebih lanjut, PDB mencakup semua barang final dalam perekonomian, baik yang dikonsumsi oleh rumah tangga, organisasi, maupun pemerintah. Oleh karena itu, menilainya berdasarkan harganya tampak seperti cara untuk merangkum, dalam satu angka tunggal, seberapa sejahtera suatu masyarakat pada waktu tertentu. Lebih lanjut, menjaga harga tidak berubah sembari mengamati bagaimana kuantitas barang dan jasa yang menyusun PDB berubah dari waktu ke waktu agaknya menjadi cara untuk membuat pernyataan perihal perubahan standar hidup masyarakat dalam term riil.
Agar harga pasar mencerminkan apresiasi konsumen atas barang dan jasa, penting kiranya agar konsumen bebas memilih, dan agar mereka terpasok informasi yang relevan. Nyatanya, dengan mudah bisa dibayangkan bahwa tidak senantiasa demikian keadaannya. Produk-produk finansial yang kompleks adalah contoh bahwa ketidaktahuan konsumen membuat harga pasar tidak bisa memainkan perannya sebagai pengirim sinyal ekonomi yang benar. Paket-paket layanan yang rumit dan terus berubah yang ditawarkan usaha telekomunikasi adalah contoh lain yang memperlihatkan sulitnya memastikan transparansi dan keterbandingan sinyal-sinyal harga.
Semua pertimbangan di atas menyiratkan bahwa sinyal harga harus diinterpretasi secara hati-hati dalam perbandingan temporal dan spasial. Atas sejumlah alasan, sinyal tersebut bukanlah sarana yang berguna bagi agregasi kuantitas. Ini tidak berarti bahwa penggunaan harga pasar untuk menyusun pengukuran kinerja ekonomi pada umumnya salah. Namun, kehati-hatian memang diperlukan, khususnya terkait dengan satuan ukur yang ditekankan: PDB.
Untuk itu diusulkan lima cara untuk menanggulangi beberapa kekurangan PDB sebagai indikator standar hidup. Pertama, tekankan indikator-indikator baku lainnya selain PDB dalam perhitungan pendapatan nasional. Kedua, tingkatkan pengukuran empiris atas aktivitas-aktivitas produksi utama, khususnya pengadaan layanan kesehatan dan pendidikan. Ketiga, utamakan perspektif rumah tangga, perspektif yang paling relevan dalam mempertimbangkan standar hidup. Keempat, tambahkan informasi mengenai distribusi pendapatan, konsumsi, dan kekayaan pada data perubahan rata-rata unsur ini. Terakhir, perluas cakupan bidang-bidang yang diukur. Secara khusus, porsi signifikan aktivitas ekonomi berlangsung diluar pasar, dan kerap tidak tercermin dalam perhitungan pendapatan nasional yang baku. Namun demikian, bila pasarnya tidak ada, maka harga pasarnya pun tidak ada, dan menilai aktivitas-aktivitas tersebut memerlukan estimasi (“imputasi”). Imputasi ini berguna, namun ada juga kerugiannya.
Disarikan dari buku: Mengukur Kesejahteraan, Penulis: Joseph E. Stiglitz, dkk, Halaman: 29-32.