Politik Sepanjang Hayat

Mei 10, 2014 No Comments by

Dunia politik seakan melekat sepanjang perjalanan hidup Sarwono Kusumaatmadja. Sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar, ia sudah terbiasa mendengar perdebatan politik antara ayahnya dan tamu-tamunya di rumah. Menjelang Pemilihan Umum 1971, Sarwono terpaksa terjun ke Golkar karena paksaan militer. “Masuk ke Golkar jadi calon, atau kalian kami tangkap,” demikian ia menirukan “intimidasi” yang ia terima pada waktu itu. Dari pada masuk tahanan militer, bersama belasan rekannya, ia terjun dan terpilih menjadi anggota Dewan Perwakian Rakyat. Sarwono awet duduk di Senayan hingga 17 tahun.

Keluar dari Dewan Perwakilan Rakyat, ia masuk kabinet, mula-mula sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, kemudian Menteri Lingkungan Hidup. Setelah Reformasi, Sarwono masih sempat duduk sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.

Baginya, politik merupakan panggilan hidup, bukan semata karir. Sama halnya dengan “jabatan” kiai. “Tanya saja kiai yang umurnya 70 tahun, kok masih jadi kiai terus?” katanya.

Pada 2007, dia maju mencalonkan diri untuk jabatan Gubernur DKI Jakarta, melalui Partai Demokasi Indonesia Perjuangan. Dari semua calon di PDI -P, dia peringkat pertama. Sayang, ia kemudian kandas dengan alasan tak jelas.

Sarwono mendukung kehadiran calon independen dari luar partai dan mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi, agar partai terhindar dari gejala kartel politik. Menurut dia, politik itu menganut logika pasar. Kalau pasarnya dikuasai oleh kartel, tidak ada kompetitornya, tentu ongkos politiknya jadi tinggi.

 

Kepada Para Rekan Muda Indonesia

Ada beberapa pelajaran yang dapat saya petik dari perjalanan hidup saya. Yang pertama, pikirkan apa yang ingin dikerjakan. Karena apa yang dapat dan harus kita kerjakan berada dalam kendali kita. Oleh karenanya jangan bertanya pada anakmu: “Engkau ingin jadi apa?” Karena kedudukan yang kita dapat ditentukan oleh kehendak banyak orang. Kita tidak punya kendali kalau “menjadi apa” adalah target hidup kita. Tanyakanlah pada anakmu: “Kau ingin berbuat apa?” pertanyaan ini akan membuat sang anak berupaya untuk kreatif dan berguna. Perkara sang anak nantinya bernasib baik dan menduduki posisi terhormat, akan menjadi soal lain. Tidak perlu ditargetkan, tidak perlu dipikirkan.

Landasilah perbuatan pada keyakinan tentang apa yang baik, apa yang berguna, dan apa yang sesuai di hati dan pikiran. Biasakan menumbuhkan sikap ulet dan berdaya mampu (Resourceful). Jadilah orang Indonesia yang baik, mengharhagai keberagaman budaya, geografi, dan kekayaan lingkungan kita. Jadilah orang yang toleran, teguh dalam prinsip, luwes dalam cara.

Selamat memimpin dirimu sendiri dan memimpin keluarga, lingkungan dan bangsamu.

Sumber: Surat Dari & Untuk Pemimpin, Penulis: Sarwono Kusumaatmadja, Hal: 126-127.

Cerita Perubahan, Mengawal Perubahan

About the author

The author didnt add any Information to his profile yet
No Responses to “Politik Sepanjang Hayat”

Leave a Reply