Ciri dan Jenis Indikator LFA
Masih melengkapi artikel Penyusunan Kerangka Kerja Logis (LFA) Langkah 7 sebelumnya, artikel berikut mencoba memaparkan ciri-ciri dan jenis indikator.
Ciri-ciri indikator
Agar bermanfaat, indikator harus memiliki sifat sebagai berikut:
- relevan dan penting, yaitu: harus menangkap inti dari suatu tujuan. Karena itu berarti untuk tujuan yang kompleks, kemungkinan besar dibutuhkan lebih dari satu indikator;
- spesifik dan dapat diukur, dalam hal: kualitas kuantitas, waktu, lokasi dan kelompok atau organisasi sasaran
- sensitif terhadap perubahan yang akan terjadi sebagai akibat dari proyek atau program;
- dapat diverifikasi dan tersedia; informasi harus dapat dikumpulkan pada saat yang direncanakan;
- logis pada tingkat tujuan dimana merupakan salah satu bagian. Tujuan pada tingkat tertentu dari kerangka kerja logis, bersama dengan indikatornya, dibutuhkan dan cukup untuk mencapai tingkat di atasnya.
Jenis-Jenis Indikator
Ada banyak jenis indikator, ada yang lebih umum sifatnya, ada yang lebih baik, ada yang lebih mudah dikumpulkan, dan ada yang lebih dikenal daripada yang lain. Penyusunan indikator sudah menjadi bidang pekerjaan pengembangan yang utama, sebuah indikasi dari praktek yang kurang baik di masa lalu maupun saat ini.
Indikator Langsung dan Tidak Langsung
Indikator langsung digunakan untuk tujuan yang berkaitan dengan perubahan yang dapat diamati langsung. Hal ini biasanya terjadi di tingkat Keluaran dan Kegiatan di dalam kerangka kerja logis. Indikator langsung hanyalah pernyataan kembali tujuan dalam bentuk yang lebih tepat, komprehensif dan operasional. Indikator tidak langsung atau proxy dapat digunakan sebagai tambahan terhadap indikator langsung.
Indikator ini dapat digunakan jika pencapaian tujuan:
- tidak dapat diamati secara langsung seperti kualitas hidup, pengembangan organisasional, atau kapasitas kelembagaan,
- dapat diukur secara langsung tapi dengan biaya yang tinggi yang tidak dijustifikasi,
- dapat diukur hanya setelah jangka waktu yang lama di luar masa berlangsungnya proyek.
Indikator Proses dan Hasil/Produk
Penting mengukur bukan hanya apa yang dilakukan, tapi bagaimana dilakukan; bukan hanya hasil dari proyek, tapi juga ‘proses’nya. Penekanan di dalam kegiatan pengembangan kini semakin terletak pada proses; alat dianggap penting, jika tidak lebih penting daripada apa yang dicapai.
Hal ini terjadi di dalam proyek ‘proses’, dimana ditekankan proses iteratif. Fokus terhadap proses umumnya akan membimbing ke arah penetapan sasaran kegiatan secara lebih baik pada masalah dan kebutuhan yang sebenarnya, pelaksanaan yang lebih baik dan sustainabilitas yang meningkat. Pada permulaan proyek proses, menetapkan keluaran proyek secara tepat mungkin sangat sulit dan tidak menyenangkan. Sebaliknya, keluaran dan kegiatan dapat direncanakan untuk tahap pertama atau tahun pertama; kemudian keluaran dan kegiatan ditetapkan berdasarkan pelajaran yang sudah dipetik oleh proyek. Oleh karena itu, proyek proses lebih sering dimonitor dan ditelaah ulang.
Indikator-indikator produk dapat mengukur tingkat teknologi yang digunakan, manual pelatihan yang dicetak dan disebarluaskan, dan peningkatan penghasilan. Indikator proyek biasanya bersifat kualitatif, dan akan menilai bagaimana teknologi dikembangkan dan diterapkan, bagaimana menyusun manual dan bagaimana penghasilan ditingkatkan, serta siapa yang terlibat. Sekurang-kurangnya beberapa indikator ini bersifat subyektif. Pengguna dan peserta dapat diminta untuk memverifikasinya, tapi alat verifikasinya mungkin masih kurang obyektif.
Indikator Kualitatif dan Kuantitatif
Penggunaan QQT untuk menyusun sebuah indikator biasanya berhasil dengan baik. Tapi jika aplikasinya yang kaku, dapat mengakibatkan kinerja dan perubahan yang sulit dihitung. Bahwa sebuah perubahan sulit dihitung atau bahwa analisis data kualitatif tidak bersifat langsung, bukan alasan untuk menyembunyikannya dari kenyataan. Usaha dan perhatian khusus perlu diberikan untuk menyusun indikator kualitatif. Keseimbangan indikator dibutuhkan dengan beberapa yang berfokus pada aspek kuantitatif dan beberapa lainnya berfokus pada aspek kualitatif.
Indikator kuantitatif berkaitan dengan:
- frekwensi rapat, jumlah orang yang terlibat
- angka pertumbuhan
- data iklim
- panen, harga
- keringanan di dalam input proyek, misalnya: pinjaman, pendaftaran sekolah, bibit, kunjungan ke klinik, anak-anak yang divaksinasi
- penggunaan/pelaksanaan keluaran proyek; misalnya: teknologi, manual/newsletters/petunjuk yang digunakan.
Indikator kualitatif berkaitan dengan:
- tingkat partisipasi kelompok Pihak Terkait
- Pihak Terkait/pendapat konsumen; kepuasan
- penilaian estetika; misalnya: rasa, tekstur, warna, ukuran, bentuk, daya jual
- kemampuan membuat keputusan
- perubahan sikap
- munculnya kepemimpinan
- kemampuan memonitor sendiri
- pengembangan kelompok dan solidaritas
- perubahan perilaku
- adanya kemufakatan
Umumnya lebih mudah mengukur perilaku daripada perasaan karena perilaku dapat diamati. Misalnya, jika sebuah tujuan adalah ‘untuk meningkatkan kepercayaan orang terhadap pertemuan’, maka mungkin akan mudah untuk mengukurnya dengan mengamati seberapa sering mereka menyampaikan pendapat dan apakah penyampaiannya jelas.
Indikator Lintas Sektoral
Indikator yang didasarkan pada sektor atau indikator teknis harus dibuat seimbang dengan memasukkan indikator-indikator lain yang lebih bersifat lintas sektoral; misalnya berkaitan dengan hal-hal kemasyarakat, gender, lingkungan dan peningkatan kemampuan.
Indikator Formatif dan Summatif
Indikator formatif ditetapkan dengan jangka waktu yang harus diukur selama berlangsungnya satu tahapan atau proyek, sehingga sama dengan milestones. Indikator summatif digunakan untuk mengukur kinerja pada akhir proyek.