Penyusunan Kerangka Kerja Logis (LFA) Langkah 5 – 6

Nov 22, 2011 No Comments by

Berdasarkan pada langkah-langkah dasar dalam menyusun Kerangka Kerja Logis (Logical Framework Analysis – LFA) yang telah diuraikan sebelumnya dalam artikel Pedoman Penyusunan Kerangka Kerja Logis (LFA) Secara Bertahap dan artikel Penyusunan Kerangka Kerja Logis (LFA) Langkah 1 – 4, di bawah ini merupakan uraian spesifik bagi lanjutan langkah ke 5 – 6 dalam mengembangkan LogFrame.

 

Langkah 5: Melakukan verifikasi logika secara vertikal dengan “Jika …/ Maka ….”

Struktur LogFrame didasarkan pada konsep Sebab dan Akibat. Jika sesuatu terjadi atau dicapai, maka sesuatu yang lain akan terjadi sebagai akibatnya.

Sesuai definisi, tiap proyek yang dijabarkan dengan sebuah LogFrame didasarkan pada If / Then (Jika / Maka) ini atau logika sebab dan akibat.

Didalam sebuah LogFrame yang direncanakan dengan baik, pada tingkatan-tingkatan paling bawah dari LogFrame anda dapat mengatakan bahwa jika aktivitas-aktivitas tertentu dilaksanakan maka anda dapat mengharapkan akan terjadinya Output-output tertentu pula. Disana hendaknya terjadi juga hubungan logis yang sama antara Output dan Tujuan, dan antara Tujuan dan Sasaran.

Sebagai contoh, anda boleh berdebat bahwa jika anda mencapai output yaitu menyediakan bibit yang lebih baik bagi para petani maka Tujuan untuk meningkatkan produksi pertanian akan kelihatan.

Begitu anda membuat hubungan-hubungan sebab dan akibat yang lebih kuat antara sasaran-sasaran pada setiap tingkatan yang berlainan, maka rancangan proyek anda akan menjadi lebih baik.

LogFrame memaksa anda untuk membuat logika ini menjadi lebih tegas / eksplisit. Hal itu tidak menjamin akan berhasilnya sebuah rancangan yang bagus karena validitas logika dari sebab dan akibat tergantung pada kwalitas dan pengalaman dari tim perancang.

Langkah 6: Menetapkan Asumsi tiap jenjang / tingkat

Meskipun mungkin ada hubungan logis yang jelas antara pernyataan-pernyataan didalam kolom “Ringkasan Narasi(Narrative Summary), selalu ada saja kemungkinan bahwa faktor lain bisa memutuskan hubungan-hubungan ini. Asumsi adalah pernyataan-pernyataan mengenai faktor-faktor yang belum pasti yang mungkin mempengaruhi hubungan antara tiap tingkat/ jenjang sasaran. Ini bisa merupakan faktor-faktor eksternal yang tidak bisa anda kendalikan didalam proyek atau faktor-faktor yang anda tentukan untuk tidak anda kontrol. Inilah yang disebut logika eksternal dari proyek itu.

Asumsi-asumsi itu mungkin menguraikan tentang kondisi-kondisi alam yang penting, misalnya seperti curah hujan 20 sentimeter antara bulan Mei dan Oktober. Asumsi-asumsi itu bisa merupakan faktor-faktor manusia seperti tidak ada pemogokan buruh selama proyek baru pada tahap permulaan, anggaran yang keluar tepat waktu, para petani ingin mencoba metode-metode baru, para petani berminat menggunakan mekanisme kredit yang baru. Asumsi-asumsi itu bisa jadi adalah merupakan faktor-faktor ekonomi eksternal seperti harga-harga panen pangan tetap stabil. Asumsi-asumsi itu juga mungkin berkaitan dengan proyek-proyek lain yang harus dilaksanakan bersamaan dengan proyek ini, seperti misalnya sebuah proyek irigasi dengan dana berasal dari Bank Dunia tetap berlangsung sesuai jadwal, atau proyek pupuk dari dana UN yang diselesaikan dengan cepat sekali.

Ringkasan narasi menguraikan logika IF / THEN (jika / maka), yaitu kondisi-kondisi seperlunya yang menghubungkan setiap tingkatan. Asumsi-asumsi melengkapi gambar itu dengan menambahkan logika IF / AND / THEN (jika / dan / maka). Asumsi-asumsi itu menguraikan keadaan-keadaan yang diperlukan guna mendukung hubungan sebab dan akibat diantara setiap tingkatan. Asumsi-asumsi itu juga dikenal sebagai kondisi-kondisi yang cukup.

Jika sebab dan akibat adalah konsep inti dari rancangan proyek yang baik, maka akibat wajar yang ditimbulkannya ialah kondisi-kondisi yang perlu dan cukup. Kondisi-kondisi seperlunya menjelaskan hubungan sebab dan akibat antara sasaran-sasaran aktivitas – terhadap –Output, Output – terhadap – Tujuan dan Tujuan – terhadap – Sasaran guna mencapai sasaran-sasaran proyek. Ini adalah logika internal, tetapi ia tidak mendefinisikan kondisi-kondisi yang berbeda pada setiap tingkatan guna menyelesaikan tahapan berikut yang lebih tinggi.

Kondisi-kondisi yang lain ini adalah asumsi-asumsi. Ini adalah logika eksternal. Sasaran-sasaran (kondisi-kondisi yang perlu) ditambah dengan asumsi-asumsi (kondisi-kondisi yang cukup) memberikan kepada kita suatu pemahaman yang lebih jelas tentang rancangan proyek tersebut.

Menurut definisinya, tim proyek tidak bertanggungjawab atas asumsi-asumsi. Asumsi-asumsi ini berada diluar kendali mereka. Tim itu bertanggungjawab dalam memproduksi Output – output. Bilamana asumsi-asumsi itu meleset atau berubah, maka persesuaian pengelolaan / ketatalaksanaan ini tidak berlaku lagi. Tim proyek setuju untuk melakukan pemantauan atas perubahan-perubahan dari asumsi-asumsi, dan jika ini harus terjadi maka anda harus membuat asumsi-asumsi sespesifik mungkin. Hal ini bisa berarti bahwa menetapkan indikator-indikator pada semua asumsi agar mereka dapat dengan lebih mudah ditelusuri, tetapi bukanlah merupakan tanggungjawab tim proyek untuk memproduksinya.

Kendatipun pada kenyataannya bahwa mereka tidak bertanggungjawab atas Asumsi-asumsi itu, tim-tim dari berbagai proyek yang mempunyai prestasi yang baik sekali menghabiskan banyak sekali waktu mereka dalam upaya untuk mempengaruhi probabilitas dari asumsi-asumsi untuk tidak meleset.

Pentingnya memperjelas asumsi-asumsi
Asumsi-asumsi adalah kondisi-kondisi eksternal dimana proyek memilih untuk tidak mendesak atau tidak mempunyai kendali terhadap mereka, tetapi keberhasilan mencapai sasaran-sasaran akan tergantung pada asumsi-asumsi tadi.

Anda bisa menentukan asumsi-asumsi dengan bertanya, “Kondisi-kondisi apa yang harus terjadi sebagai tambahan atas tujuan saya (pada tingkatan-tingkatan Aktivitas, Output, Tujuan dan Sasaran) agar supaya bisa berhasil mencapai tingkatan berikutnya?”

Didalam contoh yang kami berikan, kita boleh membuat Asumsi bahwa akan turun curah hujan yang cukup. Tanpa curah hujan seperti yang diharapkan ini, bibit-bibit tidak akan bisa memberikan hasil yang meningkat sesuai harapan kita. Jika anda mau mengukur derajat ketidak-pastiannya, anda perlu mengetahui probabilitas kebenaran yang tetap dari Asumsi-asumsi itu. Jika curah hujan mencapai 20 sentimeter selama musim tanam adalah persyaratan minimum untuk hasil tanaman pangan yang diproyeksikan, dan hal ini sudah terjadi hanya dalam tiga tahun dari sepuluh tahun sebelumnya, maka probabilitas kebenaran dari Asumsi untuk proyek ini menjadi suram (probabilitasnya 30%).

Anda tidak akan pernah mempunyai 100% kepastian bahwa Output-output proyek akan menjadi penyebab dari Tujuan atau Tujuan menjadi sebab dari Sasaran. Didalam bekerja dengan proyek-proyek kita membuat asumsi-asumsi tentang derajat ketidakpastian diantara tingkatan-tingkatan dari semua sasaran. Dengan ketidak-pastian yang lebih rendah maka rancangan proyek menjadi lebih mantap. Siapapun manajer proyek yang sudah berpengalaman banyak akan sependapat bahwa asumsi-asumsi yang mematikan, yaitu asumsi-asumsi yang membawa akibat fatal terhadap sebuah proyek, dapat menggelincirkan proyek sama seringnya dengan ketika output-output tidak dilaksanakan dengan baik.

Program dan Kegiatan, Rencana Strategis, Rencana Taktis, Sasaran dan Pendekatan

About the author

lingkarLSM hadir untuk menemani pertumbuhan. Kami mengidamkan masyarakat sipil yang jujur dan punya harga diri. Kami membayangkan ribuan organisasi baru akan tumbuh dalam tahun-tahun perubahan ke depan. Inilah mimpi, tujuan dan pilihan peran kami. Paling tidak, kami sudah memberanikan diri memulai sebuah inisiatif; dan berharap langkah kecil ini akan mendorong perubahan besar.
No Responses to “Penyusunan Kerangka Kerja Logis (LFA) Langkah 5 – 6”

Leave a Reply