Pemerintah Usul Kaji Asumsi Energi
Jakarta, Kompas – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menggulirkan wacana penetapan asumsi produksi siap jual (lifting) energi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dengan memasukkan asumsi produksi sumber energi lain di luar minyak dan gas bumi, terutama batubara. Hal ini untuk meningkatkan ketahanan energi dan mempermudah kontrol produksi berbagai jenis sumber energi.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik menyampaikan hal itu saat menjadi pembicara kunci dalam diskusi panel ”Jurus Alternatif Penghematan Konsumsi Bahan Bakar Minyak”, Minggu (17/2), di Hotel Mulia, Jakarta. Acara itu juga dihadiri Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Sugiharto dan Wakil Sekretaris Jenderal Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia Yani Witjaksono.
Semula asumsi makro APBN hanya mencantumkan lifting minyak. Kemudian dalam APBN 2013 diperhitungkan lifting minyak dan gas bumi. Hal ini seiring tren penurunan produksi minyak nasional yang saat ini hanya 850.000 sampai 900.000 barrel per hari (bph). Target produksi minyak nasional diperkirakan baru menembus angka 1 juta bph setelah proyek Blok Cepu mencapai puncak produksi 165.000 bph pada Juli 2014.
Tahun 2012 merupakan titik terendah produksi gas dan tahun 2013 merupakan titik terendah produksi minyak. Diperkirakan, kumulatif produksi migas ke depan akan meningkat dan mencapai 2,57 juta setara barrel minyak pada 2015.
”Produksi gas bumi saat ini 1,2 juta sampai 1,3 juta setara barrel minyak per hari dan akan terus meningkat seiring mulai beroperasinya sejumlah proyek gas. Jadi, lifting minyak dan gas bumi saat ini berkisar 2 juta setara barrel minyak per hari,” kata Jero Wacik.
Ke depan, pemerintah berencana memasukkan sumber energi lain, yaitu batubara, dalam asumsi makro APBN yang produksinya saat ini sekitar 3 juta setara barrel minyak per hari. ”Dulu kita waswas soal pencemaran lingkungan karena pembangkit berbasis batubara menghasilkan gas buang yang besar. Sekarang ada teknologi pembersihan batubara setelah dibakar dan ada teknologi baru yang menangkap gas buangnya untuk diolah lagi,” ujarnya.
Jika asumsi lifting migas dalam APBN dialihkan menjadi lifting energi dengan memasukkan sumber energi lain seperti batubara, pemerintah akan mulai percaya diri bisa memenuhi kebutuhan energi nasional dengan total produksi energi dari minyak, gas, dan batubara mencapai 6 juta setara barrel minyak per hari. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan penerimaan negara dan agar produksi migas serta batubara dan sumber energi fosil lain lebih terkontrol.
Selain itu, potensi energi baru terbarukan seperti panas bumi, tenaga surya, dan tenaga air akan terus dikembangkan. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, potensi panas bumi di Indonesia mencapai 29.038 megawatt, potensi tenaga air 75.670 megawatt, biomassa 49.810 megawatt, dan tenaga surya 4,8 kWh per meter persegi per hari.
”Jadi sebenarnya kita punya stok energi sangat banyak. Meski demikian, konsumsi energi tetap harus dihemat,” kata Jero Wacik.
Pada kesempatan sama, Yani Witjaksono menilai Indonesia masih fokus pada energi fosil skala besar, seperti pengembangan minyak dan gas bumi. Padahal, seiring terus meningkatnya konsumsi energi di Indonesia, sumber-sumber energi fosil akan cepat habis cadangannya jika dikuras habis-habisan tanpa ada pengelolaan yang berkelanjutan. (EVY)
Sumber: KOMPAS, Senin, 18 Februari 2013.