Pembawa Acara yang Inspiratif

Agu 16, 2014 No Comments by

Di tengah lautan sinetron di televisi kita, ada satu program yang tak pernah bosan mencoba mencerdaskan dan memberi inspirasi buat pemirsanya. Nama programnya Kick Andy!. Sesuai nama program itu–pembawa acaranya adalah Andi Flores Noya. Ialah roh yang membuat program bincang-bincang itu hidup dan menarik.

Disiarkan MetroTV, Andi sukses mengubah sebuah program televisi menjadi ikon gerakan kultural untuk membuat negeri ini lebih baik. Dia mengundang orang-orang biasa menjadi narasumber di talkshow itu. Dari para tamunya, dia memancing kisah-kisah luar biasa serta pengalaman- pengalaman yang mencerahkan dan membuat bangga.

Mimik wajah dan respon para narasumber Andi Noya di program itu, adalah kekuatan yang membuat Kick Andy! selalu memesona. Mereka natural dan spontan. Tawa dan air mata berhamburan sepanjang acara.

Yang unik, Andi sering membagikan buku di akhir acaranya. Penonton yang datang ke studio akan pulang dengan oleh-oleh buku. Andi memang pencinta buku. Dua hal yang mengubah hidupnya adalah buku dan ibundanya. Dia bahkan sempat didaulat menjadi Duta Baca Indonesia.

Andi tidak begitu saja menjelma menjadi pembawa acara kondang. Awalnya, dia seorang wartawan biasa, lulusan Sekolah Tinggi Publisistik Jakarta. Semula dia sempat tidak diterima di sekolah calon jurnalis itu karena dia lulusan Sekolah Teknik Menengah, bukan sekolah menengah umum. Tapi dia membandel dan berhasil meyakinkan rektor kampusnya untuk menerimanya menjadi mahasiswa.

Andy dinamis dan selalu mencari tantangan baru dalam karirnya. Dia akhirnya berlabuh di Metro TV.

Puncak karirnya sebagai Pemimpin Redaksi di Media Indonesia dan Metro TV, tidak menyurutkan langkah Andi. Justru setelah itu, dia menggagas Kick Andy!. Dan selebihnya, seperti kata orang, adalah sejarah.

 

Kita Selalu Punya Alasan

Pada saat usianya baru menginjak 18 tahun, Sugeng harus kehilangan kaki kanannya. Pemuda Desa Mojosari, Jawa Timur, ini mengalami kecelakaan lalu lintas. Kakinya harus diamputasi.

Dalam kemiskinannya, Sugeng berupaya membuat kaki palsu sendiri. Bukan cuma itu, setiap ada warga yang tidak mampu membeli kaki palsu, Sugeng ringan tangan menolong. Bahan-bahan sisa dari pesanan kaki palsu orang lain, dia olah jadi kaki palsu baru dan diberikan cuma-cuma kepada warga yang tidak mampu. Begitu bertahun-tahun.

Pada saat loper susu ini tampil di Kick Andy, ribuan orang yang membutuhkan kaki palsu-tetapi tidak mampu membeli-mengajukan permohonan. Dari sana lahirlah Gerakan Seribu Kaki Palsu Gratis untuk orang-orang tidak mampu. Sampai saat ini gerakan yang difasilitasi Kick Andy Foundation itu sudah menginjak tahun keempat dengan dua ribu lebih kaki palsu yang sudah dibagikan.

Sugeng hanya satu dari sekian banyak nara sumber di Kick Andy yang memberi dalam keterbatasan. Di Temanggung, Jawa Tengah, ada Ibu Siti Fauziah, guru SMP yang mengangkat 17 anak asuh. Dengan gaji yang pas-pasan, biaya sekolah semua anak itu dia tanggung. Bukan cuma itu, kemampuannya dalam matematika dia amalkan dengan memberi les gratis pada ratusan anak desa di Temanggung dan sekitarnya. Walau untuk itu dia harus merelakan rumah gubuknya setiap hari, dari pagi sampai petang, penuh sesak oleh anak-anak yang belajar di situ.

Dalam keterbatasan ekonomi dan fasilitas, Ibu Siti memberikan “tiket” pada anak-anak tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sebagian besar dari anak-anak itu – termasuk 17 anak asuhnya – mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan karena menang dalam kompetisi matematika. Salah satu anak asuhnya-yang dulunya menggembala bebek -bahkan juara olimpiade matematika internasional dan saat ini sedang mengambil gelar doktor di UGM.

Di Semarang saya berkenalan dengan Priscila. Perempuan tunanetra ini dulu ditolak kelahirannya oleh sang ibu. Namun upaya menggugurkan kandungan sang ibu gagal. Priscila tetap lahir ke dunia tapi buta.

Sebagai anak perempuan yang tidak diinginkan dan buta, Priscilia hidup tersia-sia. Perjalanan hidupnya kelam. Bahkan sempat terjerumus ke dalam kehidupan malam dan narkoba. Pada saat hendak bunuh diri, seorang teman menyelamatkannya. Sejak itu Priscilia bangkit dari kegelapan.

Kini ada sekitar 100 anak-anak telantar, penyandang cacat, orang dengan gangguan jiwa, dan bayibayi yang dibuang orangtua mereka mendapat perlindungan dan perawatan di rumah Priscila. Walau untuk itu perempuan tunanetra-yang kini bersuami dan memiliki dua anak kandung-harus menghidupi mereka dengan berjualan minuman ringan.

Di Kebumen ada Irma, perempuan penyandang polio yang mampu bangkit setelah mengalami penolakan berkali-kali. Kini Irma memberdayakan ribuan penjahit perempuan untuk membuat keset (…. alas kaki). Banyak di antara penjahit itu penyandang cacat, waria, bahkan pekerja seks komersial.

Irma bangkit setelah berkali-kali ditolak ketika melamar kerja. Kakinya yang cacat menjadi penyebab. Bukan putus asa, perlakuan yang dia terima justru membuat Irma bertekad untuk membuktikan bahwa dirinya layak dihargai.

Jika bangsa Indonesia bangga pada Eko Yuli Irawan, atlet angkat besi yang menyumbangkan medali perunggu di Olimpiade London 2012―dan tiga medali emas SEA Games Palembang serta medali perunggu di Olimpiade Beijing―maka kita harus berterima kasih kepada Yon Haryono sang pelatih.

Sebab Yon lah yang pertama kali menemukan Eko ketika Eko masih menjadi anak penggembala kambing di Metro Lampung. Dengan segala keterbatasan, Yon mendirikan sasana angkat besi di desanya. Dari sasana yang mirip kandang kambing dengan fasilitas yang mengenaskan―barbel yang berkarat dan sepatu latihan yang koyak―itulah Yon berhasil melahirkan Eko, dan atlet-atlet angkat besi lain, yang mengharumkan nama Indonesia di kancah Internasional. Bukan cuma itu, melalui angkat besi Yon juga berhasil mengangkat anak-anak desa tersebut dari kubang kemiskinan.

Di Bekasi ada Andi Suhandi, anak jalanan yang melanjutkan sekolah hingga sarjana dari hasil mengamen, jualan kue agar-agar, dan jasa mencuci piring. Tapi, lihat sekarang. Melalui Sanggar Matahari yang dia dirikan, ratusan anak jalanan kini mendapatkan pendidikan yang layak.

Masih banyak kisah tentang “kekuatan memberi” yang bisa saya ceritakan. Ini kisah tentang pahlawan—pahlawan yang bekerja dalam sunyi. Mereka bekerja dalam keterbatasan dan dalam diam. Mereka adalah secercah sinar di kegelapan.

Mengapa melalui surat ini saya bercerita tentang mereka? Sebab banyak di antara kita percaya tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Tetapi kita selalu menunda-nunda tindakan untuk memberi. Kita selalu merasa waktunya belum tepat. Kita merasa belum cukup kaya untuk menyisihkan sebagian dari uang yang kita miliki untk membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan uluran tangan. Kita merasa tidak cukup waktu untuk berbagi ilmu dan keterampilan untuk anak-anak tidak mampu yang tidak dapat belajar di sekolah-sekolah yang layak. Kita selalu punya seribu alasan untuk menunda perbuatan baik.

Di akhir surat ini, saya ingin mengutip Bill Clinton dalam bukunya “Giving”, yang saya rasakan tepat untuk menyimpulkan kisah-kisah di atas.

“…….Setiap orang—siapa pun dia, berapa pun umurnya, berapa pun penghasilannya, berapa pun waktu yang dimilikinya, dan apa pun keterampilannya—dapat melakukan sesuatu yang berguna bagi orang lain sehingga memperkuat jalinan kemanusiaan…….”

Sumber: Surat Dari & Untuk Pemimpin, Penulis: Andy F Noya, Hal: 172-174.

Cerita Perubahan, Mengawal Perubahan

About the author

The author didnt add any Information to his profile yet
No Responses to “Pembawa Acara yang Inspiratif”

Leave a Reply