Pemantauan Dinamika Kelautan Tingkatkan Prediksi
Jakarta, Kompas – Pemantauan dinamika kelautan dan interaksinya dengan atmosfer meningkatkan kemampuan prediksi cuaca. Manfaat ini diperoleh melalui alat pemantauan yang dipasang di Samudra Hindia sebelah selatan Sumatera oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi serta Badan Atmosfer dan Kelautan Nasional AS.
”Dinamika kelautan di Samudra Hindia kini terpantau. Kondisi perairan ini sekarang sangat memengaruhi kondisi cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia,” kata Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Yudi Anantasena, Selasa (28/5), di Jakarta.
Perairan Samudra Hindia sebelah barat daya Lampung dan Bengkulu menjadi lokasi tumbuhnya bibit badai tropis atau pusat tekanan rendah. Kondisi ini dipengaruhi suhu permukaan laut yang masih hangat, meski posisi matahari berada di belahan bumi utara.
Menurut Yudi, anomali suhu tersebut sampai kini masih terjadi. Hal ini memasok uap air yang menimbulkan awan hujan.
”Ada empat lokasi di perairan Samudra Hindia selatan Sumatera yang dipasang alat pemantau dinamika kelautan. Semua terhubung dengan data yang diperoleh NOAA (Badan Atmosfer dan Kelautan Nasional Amerika Serikat) dari alat serupa yang dipasang di perairan lain di sejumlah negara,” kata Yudi.
Deputi Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Widada Sulistya mengatakan, hangatnya suhu muka laut hingga menimbulkan hujan menuju musim kemarau pernah terjadi pada tahun 2010. Musim kemarau pada tahun itu terlambat, bahkan musim hujan terjadi hampir setahun.
Gangguan cuaca tersebut memengaruhi hasil perkebunan, misalnya tidak terjadinya musim buah-buah tertentu. Kelembaban juga meningkatkan populasi hama tanaman pangan.
”Banyaknya hujan saat ini mungkin tidak akan sama dengan kondisi tahun 2010,” kata Widada. (NAW)
Sumber: KOMPAS, Rabu, 29 Mei 2013.