Mendiagnosa Penolakan Perubahan
Upaya perubahan dalam suatu organisasi kerap kali terkendala oleh adanya penolakan dari orang-orang di dalam organisasi itu. Meskipun sudah banyak makan asam-garam, para manajer umumnya sadar betul akan kenyataan yang satu ini. Sungguh mengherankan, hanya sedikit waktunya sebelum melakukan perubahan organisasi untuk menilai/memperhitungkan secara sistematis siapa saja yang mungkin menjadi penghalang bagi gagasan perubahan itu serta atas alasan apa mereka menolaknya. Sebaliknya, dengan menggunakan pengalaman masa lalu sebagai batu penjuru, para manajer sering kali menerapkan seperangkat keyakinan sederhana-seperti pemikiran bahwa “para insinyur mungkin saja menolak perubahan karena mereka merasa diri mandiri dan menaruh curiga terhadap pihak manajemen.” Pendekatan picik ini bisa menimbulkan masalah yang serius. Karena begitu beragamnya cara individu dan kelompok dalam bereaksi terhadap perubahan, perhitungan/penaksiran yang lurus-lurus saja kerap kali tidak memperjelas masalah secara intuitif sehingga masih diperlukan pemikiran yang mendalam.
Tentu saja, semua orang yang terkena dampak perubahan akan mengalami sedikit kegalauan emosional. Bahkan perubahan yang tampaknya membawa dampak positif dan rasional pun mau tidak mau mengakibatkan suatu rasa kehilangan serta ketidakpastian. Meskipun demikian, berdasarkan sejumlah alasan yang berbeda, individu-individu atau kelompok dapat saja memberikan reaksi secara sangat berbeda terhadap perubahan mulai dari menolaknya secara pasif, mencoba menggembosinya secara agresif, hingga menerimanya dengan sepenuh hati.
Untuk mengantisipasi bentuk-bentuk penolakan yang mungkin terjadi, para manajer perlu menyadari empat alasan utama mengapa orang menolak perubahan. Keempat alasan tersebut adalah: (1) ketakutan akan kehilangan sesuatu yang berharga, (2) salah pengertian terhadap perubahan serta segala implikasinya, (3) keyakinan bahwa perubahan tidak akan membawa perbaikan bagi organisasinya, dan (4) toleransi yang rendah terhadap perubahan.
Disarikan dari buku: Kepemimpinan dan Perubahan, Penulis: John P. Kotter.