Kunci untuk Menguasai Perubahan
Perubahan diciptakan secara konstan dan pada banyak level dalam organisasi. Sesekali ada peristiwa yang mengguncang, yang seringkali disebabkan oleh kekuatan luar; ada juga tindakan sehari-hari dari orang-orang yang terlibat dalam pekerjaan mereka. Dalam organisasi yang mahir menghadapi perubahan, orang-orang hanya merespon dan maju ke proyek atau peluang berikutnya. Mereka tidak perlu merubah asumsi mereka tentang bagaimana organisasi beroperasi, tetapi mereka terus belajar dan beradaptasi, menyebarluaskan pengetahuan, membagi ide-ide. Dengan menjadikan perubahan sebagai cara hidup, orang-orang dalam istilah terbaik, “hanya melakukan tugas mereka”.
Organisasi yang mahir menghadapi perubahan mempunyai tiga cirri yang sama, masing-masing berkaitan dengan peran tertentu bagi pemimpin.
- Imajinasi untuk berinovasi. Untuk mendorong inovasi, pemimpin yang efektif membantu mengembangkan konsep-konsep baru, ide-ide, model, dan aplikasi teknologi yang memisahkan sebuah organisasi.
- Profesionalisme dalam berkinerja. Pemimpin menyediakan kompetensi pribadi dan organisasi, yang didukung oleh pelatihan dan pengembangan tenaga kerja, untuk bekerja tanpa kesalahan.
- Keterbukaan untuk berkolaborasi. Pemimpin membuat koneksi dengan para mitra yang dapat memperluas jangkauan organisasi.
Aset tak nyata ini, konsep, kompetensi, dan koneksi secara alamiah mendatangkan keuntungan bagi organisasi yang sukses, seperti halnya untuk individu sukses. Semua itu mencerminkan kebiasaan, bukan program keahlian pribadi, perilaku, dan relasi.
Ketika hal-hal tersebut tertanam dalam suatu organisasi, perubahan menjadi begitu alamiah sehingga perlawanan biasanya rendah. Namun jika kekurangan asset organisasi ini, pemimpin cenderung bereaksi untuk mengubah secara defensive dan tidak efektif. Perubahan yang dipaksakan oleh krisis biasanya dilihat sebagai ancaman, bukan kesempatan.
Disarikan dari buku: On Leading Change, Penulis: Frances Hesselbein, Rob Johnston, Halaman: 57-59.