Kebudayaan Masih Terpinggirkan
Kongres Kebudayaan Diharapkan Buat Terobosan
Yogyakarta, Kompas — Dalam pembangunan bangsa, posisi kebudayaan masih terpinggirkan. Indonesia masih menganut paradigma lama yang menempatkan ukuran ekonomi dan politik sebagai standar keberhasilan sebuah negara. Padahal, jika ingin maju, paradigma lama ini harus diubah.
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti mengatakan hal itu dalam jumpa pers menjelang pembukaan Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI) 2013, Selasa (8/10), di Yogyakarta. Ia mengatakan, kebudayaan sebagai panglima atau penentu utama dalam pembangunan adalah pembangunan yang menjadikan manusia sebagai fokus utama.
”Kongres kebudayaan diharapkan dapat memberikan rangsangan agar menghasilkan terobosan-terobosan baru,” ujar Wiendu.
Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kacung Marijan menambahkan, pihaknya sedang mempersiapkan cetak biru pembangunan kebudayaan hingga tahun 2045.
Kemauan Politik
Secara terpisah, sejarawan Anhar Gonggong mengatakan, kebudayaan tidak akan menjadi panglima dalam pembangunan bangsa tanpa kemauan politik pemimpin negara.
Kongres Kebudayaan Indonesia 2013 berlangsung di Yogyakarta hingga 11 Oktober dan dihadiri setidaknya 500 budayawan serta pemikir kebudayaan dari seluruh Indonesia.
Ketua Pengarah KKI 2013 Mukhlis Paeni mengatakan, KKI didahului 10 pertemuan yang, antara lain, digelar di Jakarta, Yogyakarta, Makassar, Kupang, dan Kendari. Sepuluh pertemuan tersebut menghasilkan kesimpulan sama bahwa bangsa Indonesia tengah mengalami pancaroba di seluruh sektor kehidupan yang salah satunya ditunjukkan dengan banyaknya konflik antarkelompok dan antaretnis.
Terkait hal itu, KKI 2013 akan membahas lima hal, yakni pemahaman multikulturalisme, membangun demokrasi yang berbudaya, meningkatkan pengelolaan kebudayaan, meningkatkan diplomasi kebudayaan Indonesia di dunia internasional, dan meningkatkan kemitraan di antara pemangku kepentingan kebudayaan. (DOE)
Sumber: KOMPAS, Rabu, 9 Oktober 2013.