Kampanye Mengakhiri Deforestasi Masih Dibutuhkan

Okt 21, 2013 No Comments by

Jakarta, Kompas — Benturan antara pertumbuhan ekonomi dan upaya menghentikan perusakan hutan serta lingkungan akan semakin tak terelakkan. Greenpeace terus meminta pemerintah dan industri berperan menghentikan perusakan hutan dan perubahan iklim.

Demikian benang merah diskusi buku menandai kampanye 10 tahun Greenpeace di Indonesia, ”Menuju Nol: Bagaimana Greenpeace Berkampanye Mengakhiri Deforestasi di Indonesia 2003-2013 dan Selanjutnya”, di Jakarta, Selasa (8/10).

Dalam sambutan yang disebut ”curhat”, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengungkap berbagai fakta terkait posisi Kementerian Kehutanan. ”Di satu sisi, pertumbuhan ekonomi harus dipercepat,” ujarnya.

”Dalam berkali-kali rapat, semua instansi pemerintah diminta mempermudah perizinan kalau sesuai undang-undang. Di Kementerian Kehutanan sekarang, perizinan diurus satu pintu. Dulu, untuk mengurus hutan tanaman industri (HTI) bisa 10 kali naik turun,” kata Zulkifli.

 

Bersuara Keras

Meski sepakat soal kemudahan, Zulkifli mempertanyakan perizinan terkait eksplorasi sumber daya alam. ”Persoalannya bukan pada izin, tetapi bagaimana kalau hutannya sudah habis?”

Ia juga mengungkap 12.000 izin usaha pertambangan yang dikeluarkan di Indonesia. Untuk itu Zulkifli meminta Greenpeace, Jaringan Advokasi Tambang, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, dan LSM lingkungan lain terus bersuara keras. ”Silakan demo supaya saya punya alasan untuk mengerem,” ujarnya.

Sebelumnya, ia memaparkan upaya moratorium yang dilakukan Kementerian Kehutanan sejak Januari 2010 meski tak sesuai peraturan perundang-undangan pada saat itu. ”Inpres moratorium baru keluar Mei 2011,” kata Menhut. Ia mengklaim deforestasi turun dari 3,5 juta hektar sampai tahun 2006 menjadi 450.000 hektar setelah moratorium.

Agus Purnomo, Kepala Sekretariat Dewan Nasional Perubahan Iklim sekaligus Staf Khusus Presiden untuk Perubahan Iklim, mengingatkan, ”Pendahulu Bapak mengeluarkan 50 izin dalam dua minggu sebelum masa tugas berakhir.”

Bubur Kertas dan Sawit

Buku Menuju Nol mengungkap detail kerja kampanye Greenpeace menyelamatkan hutan alam Indonesia tersisa. Kampanye dimulai tahun 2003 ketika hutan hujan menghilang cepat oleh masifnya bisnis bubur kertas dan minyak sawit.

Kepala Greenpeace Indonesia Longgena Ginting menyatakan, ratusan ribu hektar hutan dan lahan gambut kaya karbon yang turut terbakar akibat penebangan hutan serta pembukaan lahan untuk sektor perkebunan memusnahkan berbagai spesies dan habitat satwa liar.

”Dalam 10 tahun ini, Greenpeace aktif mendorong pemerintah memastikan perusahaan-perusahaan menggunakan prinsip-prinsip bertanggung jawab dalam operasinya,” ujarnya.

Kepala Juru Kampanye Greenpeace Internasional Bustar Maitar menambahkan, sekitar 20 persen emisi gas rumah kaca berasal dari deforestasi hutan hujan tropis di Indonesia, Brasil dan Kongo. (MH/ISW)

Sumber: KOMPAS, Rabu, 9 Oktober 2013.

Berita

About the author

lingkarLSM hadir untuk menemani pertumbuhan. Kami mengidamkan masyarakat sipil yang jujur dan punya harga diri. Kami membayangkan ribuan organisasi baru akan tumbuh dalam tahun-tahun perubahan ke depan. Inilah mimpi, tujuan dan pilihan peran kami. Paling tidak, kami sudah memberanikan diri memulai sebuah inisiatif; dan berharap langkah kecil ini akan mendorong perubahan besar.
No Responses to “Kampanye Mengakhiri Deforestasi Masih Dibutuhkan”

Leave a Reply