Pemikiran Strategis vs Pendekatan Lain
Tahun-tahun belakangan ini banyak sekali diperkenalkan konsep-konsep baru yang mempunyai implikasi stragegis. Beberapa di antaranya memberikan sumbangan tambahan yang nyata terhadap teori dan praktik manajemen, sementara yang lain cuma menghidupkan kembali gagasan yang sudah ada, dengan label baru.
Salah satu masalah terlihat dalam hal konsep label dimana label itu sendiri membatasi masa hidupnya. Kita dapat mengetahuinya dengan ikut mencicipi keberhasilan salah satu konsep terpopuler belakangan ini: MBO-Management By Objectives-atau apa yang disebut MOR-Management By Objectives and Results. MBO adalah pendekatan terhadap perencanaan yang amat populer selama hampir dua puluh tahun (lebih lama dibandingkan banyak “label” lainnya), sampai akhirnya konsep itu pun ditinggalkan orang. Hal ini terjadi karena implementasi yang buruk atau tidak mengena dari proses itu sendiri. Banyak organisasi dewasa ini beroperasi dengan berhasil menggunakan MBO/MOR sebagai pendekatan terhadap perencanaan dengan atau tanpa harus menggunakan label khusus itu .
Ada satu pepatah lama yang mengatakan berfungsi atau tidaknya suatu alat tergantung pada orang yang menggunakannya. Obeng dapat digunakan untuk membuka kaleng bir, tetapi tidak disarankan penggunaan semacam itu. Alat manajemen tidak berbeda dari alat lain yang membutuhkan keterampilan. Untuk menggunakannya diperlukan pelatihan serta tindak lanjut yang efektif dan konsisten agar dapat diperoleh hasil yang diharapkan.
Dengan beberapa perkecualian, hampir semua konsep manajemen baru yang diperkenalkan akan memberikan hasil yang bermanfaat jika digunakan dengan sikap seperti yang dianjurkan. Setiap konsep juga bisa mempunyai konsekuensi yang tidak memuaskan atau bahkan merusak jika digunakan dengan tidak semestinya. Sayangnya, banyak konsep berakhir sebagai program manajemen satu hari. Menurut pengamatan, dengan menyebut sesuatu sebagai “program” kita seakan sejak awal sudah menentukan kegagalannya karena banyak manajer yang menganggap program adalah sesuatu yang harus dilaksanakan sebagai pekerjaan tambahan. Umumnya sebuah konsep akan benar-benar efektif jika manajer mempraktikkannya tanpa mengacu kepada labelnya .
Mari kita ambil kualitas sebagai contoh kasus. Siapa yang dapat membantah bahwa bisnis harus dioperasikan dengan memperhatikan kualitas? Penekanan di tahun-tahun terakhir ini akan perlunya TQM (Total Quality Management) dan sejumlah besar variasinya telah memberikan efek bermanfaat terhadap berkembangnya kesadaran akan kualitas pada berbagai organisasi. Namun ada keraguan apakah cara terbaik untuk mempertahankan kualitas adalah dengan pelembagaan suatu program khusus.
Sebagai contoh, misalnya, beberapa tahun yang lalu diungkapkannya bahwa sebuah organisasi terkenal berharap dapat memenangkan Malcolm Baldridge Award dalam waktu dua tahun dan bertanya apakah ada yang dapat membantu mereka membentuk program perencanaan yang akan mengantarkan mereka memenangkan penghargaan itu.
Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa akan lebih baik jika membantu mereka mengimplementasikan proses perencanaan yang akan membuat manajemen organisasi mereka lebih efektif dan akhirnya mungkin akan membuat mereka dapat meraih penghargaan itu. Walaupun demikian, dapat diindikasikan bahwa upaya memenangkan hadiah adalah motivasi yang keliru, yang akan mengirimkan tanda-tanda yang tidak tepat terhadap orarg-orang di dalam organisasi itu maupun di lain tempat.
Banyak konsep manajemen diperkenalkan akhir-akhir ini, seperti TQM, rekayasa ulang (reengineering), benchmarking. dan competitive resourcing. Masing-masing mempunyai gagasan, alat, dan teknik yang dapat membantu memperbaiki praktik manajemen. Sebagai seorang manajer, harus dapat mengikuti perkembangan mengenai apa yang terjadi di dunia teori dan praktik manajemen. Walaupun demikian, agar tidak membuang tenaga secara percuma, jangan mencari sesuatu yang baru untuk dicoba hanya karena orang heboh memperbincangkannya. Sebaliknya, harus mengkaji materi semacam itu untuk memperbaiki apa yang telah dijalankan dengan baik, selain untuk mengidentifikasi cara menangani masalah yang tidak mendapat perhatian sebagaimana seharusnya. Manajemen adalah dan selalu lebih merupakan seni ketimbang ilmu pengetahuan . Jadi kenakan baju kerja anda sebagai seniman dan ciptakan karya puncak anda.
Sumber: Buku Pedoman Pemikiran Strategis, penulis: George L. Morrisey, halaman: 6-7.