Critical System Thinking
Pemikiran sistem (systems thinking) yang diargumentasikan oleh Checkland (1981), dapat dipandang sebagai suatu reaksi terhadap kegagalan ilmu pengetahuan alam, ketika dihadapkan pada perihal yang kompleks seperti permasalahan kemanusiaan dari aspek sosial. Dalam situasi yang aktual, para ahli sistem lebih menyarankan untuk menggunakan pendekatan yang utuh (holistic) dibandingkan menggunakan metode berpikir reduksionisme. Mengapa demikian? Itu karena metode pendekatan holistik tidak berusaha untuk memecah situasi yang kompleks menjadi bagian-bagian kecil yang dapat kita pelajari secara mendalam dan kita selesaikan. Metode ini berusaha untuk melihat kompleksitas secara utuh. Metode ini mencoba untuk menemukan keterkaitan antarelemen, berfokus pada hubungan antara setiap elemen, dan mencoba memahami bagaimana interelasi tersebut sering kali memberikan hasil yang mengejutkan dengan memunculkan sifat baru dan inovasi.
Pemikiran sistem lebih cenderung menggunakan model daripada menggunakan eksperimen laboratorium untuk berusaha mempelajari perilaku dunia. Pemikiran sistem ini pun tidak berusaha untuk menjatuhkan batasan arbitrer secara keseluruhan, yaitu subjek yang menjadi perhatian kita dalam model ini dan lingkungan di mana hal tersebut berlokasi. Pemikiran sistem kontemporer juga ditujukan untuk memberikan metode apresiatif yang berbeda, karena dalam pemikiran ini, individu dibawa untuk melihat kompleksitas dunia dan melakukan penilaian mengenai situasi tertentu. Agar apresiasi holisitik dari perihal situasi ini dapat dilakukan, maka cara pandang yang berbeda mengenai alam dan resolusi yang memungkinkannya harus didukung. Semakin besar kreativitas yang diberikan, maka akan menghasilkan pemahaman bersifat apresiatif sistem yang lebih baik.
Masih terkait pembahasan tentang pendekatan sistem, apabila kita menilik sejarahnya, pendekatan sistem atau pemikiran holistik mempunyai sejarah yang sangat panjang. Publikasi karya ilmiah dari Weiner (1948) mengenai Cybernetics dan Von Bertalanffy (1968) mengenai General System Theory, telah membentuk pendekatan sistem ini menjadi suatu disiplin ilmu. Pendekatan ini kemudian menjadi populer dan berhasil pada tahun 1950-1970. Pada akhirnya, pendekatan ini pun dinilai sebagai metode yang paling memengaruhi ilmu pengetahuan manajemen dan membawa perubahan di beberapa bidang ilmu lainnya.
Kemudian pada akhir tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an, lahir pemikiran sistem lunak (soft-system thinking) dan cybernetic organizational. Dan pada akhir tahun 1980-an, lahir pemikiran yang kritis atau Critical System Thinking (CST). Kecenderungan baru dalam pemikiran sistem ini adalah, pemikiran ini menemukan dirinya sendiri bukan hanya dari pendekatan tradisional, tetapi juga dalam kaitannya dengan sifat dan tujuan disiplin ilmu tersebut. Pemikiran sistem kritis (CST) ini pun menarik reaksi dari berbagai kelompok, karena memberikan penekanan yang berbeda mengenai subjek permasalahan dan konsep kuncinya, dan kadang-kadang juga memberikan interpretasi yang berbeda mengenai fungsi dari pemikiran sistem.
Pemikiran sistem pun terus berkembang selama tahun 1990-an. Senge (1990), dengan bukunya The Fifth Discipline yang dikembangkan dari dinamika sistem, telah menjadi dasar bagi “pembelajaran organisasi”. Pemikiran sistem lunak terus berkembang dan kemudian mendapatkan dasarnya, terutama dalam bidang sistem informasi. Pemikiran sistem kritis yang disebut sebagai “paradigma radikal” telah dibuka dalam pemikiran sistem, sebagai usaha untuk merekonstruksi pemikiran sistem dengan landasan pluralis. Sejumlah orang berusaha menemukan kembali suatu versi pendekatan sistem melalui popularisasi debat kusir dan teori kompleks. Dan pada akhirnya, seluruh pemikiran sistem masuk ke dalam milenium ketiga pada posisi yang cukup aman di dalam ilmu sosial, dibandingkan dengan posisinya pada tiga puluh tahun yang lalu.
Disarikan dari buku: Solusi Bisnis untuk Kemiskinan, Penulis: Prof. Dr. Eriyatno & Moh. Nadjikh, Hal: 33-36.
Maaf saya mau tanya apakah critical system thingking itu perkembangan terakhir dalam system thinking?
apa perlunya siswa sma atau remaja mempelajari system thinking?