Ditempa Ombak
Terdampar karena belas kasihan ombak”. Ungkapan perantau Minang ini cocok mengambarkan nasib Syafi’i. Awalnya, dia hendak belajar di SMU Muhammadiyah di Yogyakarta. Niatnya kandas karena SMP -nya di Desa Lintau, Sijunjung, Sumatera Barat, dianggap tak bermutu.