Konsep Ekonomi Hijau

Okt 27, 2011 No Comments by

Beberapa krisis bersamaan telah bermunculan secara cepat selama satu dekade terakhir: krisis iklim, keanekaragaman hayati, energi dan bahan bakar, pangan, air, dan juga krisis sistem keuangan dan perekonomian global. Meskipun penyebabnya bervariasi, kini muncul kesimpulan bahwa seluruh krisis yang timbul tersebut diakibatkan oleh kesalahan dasar dalam penempatan (mis-alokasi) modal.

Selama dua dekade terakhir, sebagian besar modal disalurkan ke dalam sektor properti, bahan bakar fosil dan struktur aset keuangan derivatif, namun relatif sedikit dibandingkan investasi di sektor energi terbarukan, efisiensi energi, transportasi umum, pertanian berkelanjutan, ekosistem dan keanekaragaman hayati serta perlindungan dan konservasi lahan dan air. Memang, selama ini strategi pembangunan ekonomi akan dapat secara cepat mendorong akumulasi pertumbuhan fisik, keuangan dan sumber daya manusia, tetapi dengan pembiaran atas terjadinya penipisan sumber daya alam secara berlebihan. Pola pembangunan dan pertumbuhan telah memiliki dampak merugikan pada kesejahteraan generasi saat ini dan juga generasi mendatang.

Kebijakan dan insentif pasar yang kini ada telah berkontribusi besar pada masalah mis-alokasi modal, karena telah memberikan kemung-kinan bagi para pemodal untuk mengabaikan faktor sosial dan lingkungan secara signifikan. Saat ini, dibutuhkan kebijakan publik yang lebih baik, termasuk intervensi regulasi, untuk mengubah mis-alokasi modal selama ini di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang.

UNEP mendefinisikan Ekonomi Hijau sebagai salah satu upaya peningkatan kesejahteraan manusia dan keadilan sosial, sembari mengurangi risiko lingkungan dan kelangkaan ekologi secara signifikan. Dalam kalimat lain, Ekonomi Hijau dapat dianggap sebagai konsep pembangunan rendah emisi, efisien dalam pengelolaan sumber daya dan menjunjung tinggi kesetaraan sosial. Dalam konsep ini, pertumbuhan lapangan pekerjaan dan pendapatan harus didorong oleh investasi publik dan swasta yang mengurangi emisi dan polusi, meningkatkan efisiensi pemanfaatan energi dan sumber daya, dan mencegah hilangnya keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem.

Konsep “ekonomi hijau” tidak menggantikan konsep “pembangunan berkelanjutan”, namun sekarang telah berkembang kesadaran bahwa keberlanjutan terletak hampir sepenuhnya pada konsep ekonomi yang tepat.


Gambar 1. Keberlanjutan terletak pada ketepatan pemilihan konsep ekonomi

Konsep Ekonomi Hijau menurut UNEP, memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:

  • mengakui nilai dari dan investasi pada sumber daya alam,
  • mengurangi kemiskinan,
  • meningkatkan lapangan pekerjaan dan kesetaraan sosial,
  • mengalihkan penggunaan bahan bakar fosil ke energi terbarukan dan rendah emisi,
  • meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya dan energi,
  • mendorong pola hidup yang rendah emisi dan berkelanjutan,
  • bertumbuh lebih cepat sembari melestarikan sumber daya alam.

Sedangkan menurut Surna TD, dkk, Mei 2011, terdapat sepuluh prinsip Ekonomi Hijau, sebagai berikut:

  • mengutamakan nilai guna, nilai intrinsik dan kualitas,
  • mengikuti aliran alam,
  • sampah adalah makanan (keluaran suatu proses menjadi asupan untuk proses yang lain),
  • rapi dan keragaman fungsi,
  • skala tepat guna/skala keterkaitan,
  • keanekaragaman,
  • kemampuan diri, organisasi diri dan rancangan diri,
  • partisipasi dan demokrasi yang langsung,
  • kreativitas dan pengembangan masyarakat,
  • peran strategis dalam lingkungan buatan, lanskap dan perancangan spasial.
Konsep dan Proposal, Program dan Kegiatan

About the author

The author didnt add any Information to his profile yet
No Responses to “Konsep Ekonomi Hijau”

Leave a Reply