Aplikasi dari System Thinking

Okt 02, 2013 No Comments by

Donella Meadows, penulis pendamping Beyond the limits to Growth, menjelaskan bahwa restrukturisasi adalah mengubah sistem kebiasaan masyarakat lebih dahulu untuk bisa memperbaiki lingkungannya. Sebuah sistem akan bekerja secara ideal saat semua komponen bekerja bersama dengan optimal mengikuti suatu pola yang sama tujuannya. Bila ada komponen yang tidak berfungsi dengan baik, keseluruhan sistem dapat terpengaruh. Begitu pula bila salah satu komponen bekerja sangat cepat, jauh melebihi komponen lain, sistem juga tidak berfungsi dengan benar.

Agar sebuah sistem dapat berjalan lancar, setiap komponen harus berkomunikasi untuk mendapatkan hubungan yang serasi antara komponen-komponen yang terlibat. Karena itulah memperbaiki satu komponen saja (perusahaan) dan melupakan komponen lain (masyarakat dan lingkungan), tidak dapat memperbaiki keadaan. Untuk bisa tumbuh kembang dengan haromonis bersama lingkungannya, perusahaan harus memerhatikan prinsip industrial ecology, ecologi lingkungan dimana perusahaan itu berada.

Misalnya, kita sering menemukan masalah limbah pabrik yang diproses masyarakat sekitarnya karena mereka bisa melihat keuntungan yang tersembunyi di dalam limbah tersebut, tetapi akibatnya hasil proses dari limbah tersebut menjadi semakin berbahaya. Pihak pabrik yang berpikir sektoral merasa sudah melakukan kewajibannya dengan masalah limbah tersebut, tetapi tidak melakukan tindakan lanjut mengenai dampak limbah baru tersebut lebih jauh. Itu pulalah yang terjadi dengan pengolahan sampah tambang emas oleh penambang liar disekitar lokasi penambangan resmi, mereka menggunakan lebih banyak air raksa penarik emas tanpa peduli limbah mereka itu kemana. Akibatnya, yang disalahkan tetap pihak penambang resmi, karena lokasi tersebut dibawah penguasaannya.

Aplikasi system thinking dalam manajemen yang lebih luas, dipopulerkan oleh Peter Senge melalui bukunya yang mengesankan The Fifth Disipline (1990). Sekarang system thinking telah menjadi suatu disiplin baru untuk pemecahan masalah rumit dan pengembangan kreativitas menghadapi perubahan situasi global yang tak menentu. Dengan system thinking kita lebih mudah dapat memahami, mengapa perusahaan perlu melakukan usaha pemberdayaan masyarakat (community development) agar dapat hidup berkelanjutan.

Manfaat dari cara berpikir sistem tersebut, antara lain adalah:

  1. Fenomena dasar yang berkembang dengan memerhatikan interaksi dari berbagai yang berkaitan.
  2. Penyelesaian masalah dengan pendekatan antardisiplin yang bekerja sama secara sinergis sebagai pemecah masalah (problem solver).
  3. Keterbukaan menerima hal-hal baru yang berkembang cepat, untuk meningkatkan efektivitas dari, keluarga, dan organisasi.
  4. Bekerja sebagai tim untuk menangani proyek besar yang memerlukan suatu visi, misi dan strategi yang sama untuk diterapkan menurut keahlian masing-masing.

 

Mental Model yang Menentukan Pendapat Kita

masalah lain, sebagai pengaruh kehadiran dari sebuah pabrik atau bentuk usaha lain di lingkungan yang tertinggal dari segi ekonomi, diharapkan dapat menjadi penolong bagi masyarakat sekitarnya untuk memperbaiki taraf ekonomi mereka. Bila hal itu tidak terjadi masyarakat miskin tersebut mudah dipengaruhi oleh pihak lain yang berkepentingan buruk dengan perusahaan, untuk menghasut mereka memperotes kehadiran perusahaan tersebut (tak mendapatkan izin sosial). Masyarakat yang miskin (karena kondisi hidupnya) sudah pasti rentan terhadap berbagai penyakit, sehingga bila terjadi kasus penyakit yang dihubungkan dengan limbah perusahaan, dapat menyulut kemarahan masyarakat.

Masalah tersebut disebutkan oleh mental model yang berlaku, bahwa limbah pabrik adalah berbahaya bagi lingkungan, tanpa meneliti lebih lanjut mengenai kriteria limbah yang bagaimana dapat membahayakan itu mental model, diperkenalkan oleh Kenneth Craik melalui bukunya The Nature of Explanation (1943), adalah asumsi yang sangat melekat secara mendalam dan bersifat umum, sebagai gambaran terhadap citra yang berpengaruh pada kita untuk memahami dunia dan cara mengambil tindakan.

Mental model cenderung menggiring kita kesatu pola tertentu yang kita anggap benar. Karena itu, model mental bisa menjadi penghalang terhadap sesuatu yang baru, sebelum kita menemukan segi positifnya yang belum ada dalam rekaman mental model kita. Karena itu, perbedaan mental model seseorang dengan orang lain dalam mengamati masalah yang sama, dapat menafsirkannya dengan hasil yang sangat berbeda. Setiap orang cenderung lebih memerhatikan segi-segi detail tertentu yang menarik sesuai dengan mental modelnya masing-masing.

Kita perlu program untuk mengubah mental model yang biasa kita gunaka untuk dapat memahami perubahan baru. Bila kita yakin pabrik hanya mencari keuntungan semata, apa pun kebaikan yang dilakukan suatu pabrik baru di lingkungan kita, sulit kita terima sebagai bagian yang tulus darinya. Kita masih mencari-cari apa kejahatan yang tersembunyi dari kebaikan itu (udang di balik batu). Akan berbeda halnya, bila kita tahu bahwa pabrik itu tidak seluruhnya pengejar keuntungan semata, karena pada dasarnya pabrik itu adalah juga komponen lingkungan yang saling tergantung pada komponen terkait lainnya, kita lebih mudah menerima program kemitraan dari mereka.

Disarikan pada buku: CSR dalam Praktik di Indonesia, Pengarang: Jackie Ambadar, Hal: 22-25.


Sistem dan Mekanisme

About the author

lingkarLSM hadir untuk menemani pertumbuhan. Kami mengidamkan masyarakat sipil yang jujur dan punya harga diri. Kami membayangkan ribuan organisasi baru akan tumbuh dalam tahun-tahun perubahan ke depan. Inilah mimpi, tujuan dan pilihan peran kami. Paling tidak, kami sudah memberanikan diri memulai sebuah inisiatif; dan berharap langkah kecil ini akan mendorong perubahan besar.
No Responses to “Aplikasi dari System Thinking

Leave a Reply