Tidak Mengerjakan Apa-apa Lebih Baik daripada Membuat Kesalahan?
Menarik rasanya mengamati bahwa perilaku di setiap tingkat di sebuah organisasi sangat ditentukan oleh apa yang dianggap “dapat diterima” oleh orang yang berada di tingkat yang lebih tinggi. Beberapa waktu yang lalu, saya bekerja di sebuah lembaga manufaktur besar yang kulturnya dikenal dominant bergaya autokratis. Para manajer tingkat pertama, pemimpin tim dan apa yang berlaku di organisasi itu adalah informasi yang secara tradisional diberikan oleh para manajer senior dengan dasar benar-benar pada “apa yang perlu diketahui,” dan semua informasi lainnya tetap menjadi rahasia.
Sebagai bagian dari lokakarya yang saya adakan tentang ketrampilan memimpin, kelompok para manajer tingkat pertama itu diberikan serangkaian latihan kepemimpinan. Mereka menunjuk Anne untuk menjadi pemimpin aktivitas, mereka diinstruksikan (apa maksudnya tidak jelas) untuk “menyortir sekumpulan kepingan puzzle” selama waktu yang telah di tentukan. Setelah menerima instruksi tersebut, sambil berpikir, Anne kembali ke kelompoknya dan berkata, “Saya diberi tahu bahwa kita harus menyortir kumpulan puzzle ini.
Akan tetapi, saya tidak tahu apa yang mereka ingin kita lakukan. Mungkin ada maksud yang tersembunyi. Lebih baik kita menunggu dan melihat apa yang akan terjadi.”
Kelompoknya setuju dengan keputusan Anne—dan menunggu tanpa berbuat apa-apa.
Dua menit sudah berlalu dari sepuluh menit waktu yang disediakan. Anne akhirnya meminta beberapa klarifikasi tentang instruksi yang diberikan dan ketika diberitahu, “Anda dan tim Anda dapat memutuskan bagaimana cara melakukannya,” dia terdiam dan tampak bimbang. Anne kembali ke kelompoknya dan berkata, “tetap tidak jelas apa yang mereka inginkan kita lakukan; Saya tidak yakin kita dapat membuat sebuah keputusan.” Dan sekali lagi, seperti yang mungkin sudah diduga, para anggota kelompok setuju untuk mengikuti pendapat Anne. Mereka duduk lagi selama lima menit—tanpa membuat sebuah keputusan dan tanpa melakukan apa-apa.
Saya sangat ingin tahu apa umpan balik dari mereka setelah aktivitas ini berakhir, khususnya dalam menjawab pertanyaan saya, “Menurut Anda, apakah Anda berhasil menyelesaikan tugas?” Kelompok ini tidak ragu-ragu untuk kembali lagi menyetujui, lalu mulai menjelaskan pemikiran mereka bahwa apa yang mereka lakukan itu sesuai dengan “aturan organisasi mereka.
“Apa aturan organisasi Anda?” saya bertanya dengan penuh rasa ingin tahu. Dan dengan cepat di jawab, “tidak mengerjakan apa-apa akan lebih baik daripada membuat suatu kesalahan.”
Staf dapat belajar banyak tentang kepemimpinan dengan cara memerhatikan perilaku orang lain.
Disarikan dari buku: Tales for Change, penulis: Margaret Parkins.