Terobosan untuk Indonesia
Pada 1973, saat tol Jagorawi hendak dibangun, seorang insinyur muda dengan dua kawannya berjalan selama tujuh hari dari Kramat Jati hingga Ciawi, menyusuri sungai, rawa dan jalanan desa untuk mengkaji kelayakan pembangunan tol pertama di Indonesia itu. Insinyur muda itu di kemudian hari dikenal sebagai salah satu ahli konstruksi terkemuka Indonesia; Wiratman Wangsadinata.
Pengalaman pertamanya menangani gedung tinggi adalah saat dipercaya pemerintah menjadi pengawas untuk perencanaan dan pelaksanaan Gedung Wisma Nusantara, Jakarta. Inilah gedung tinggi pertama di Indonesia. Di proyek ini, dia banyak belajar tentang ilmu dinamika gedung tinggi dan teknik kegempaan.
Sejak itulah Wiratman terlibat dalam banyak proyek pembangunan, mulai dari gedung jangkung hingga waduk. Jejaknya ada di banyak proyek, antara lain Wisma Dharmala, Dukuh Atas Tunnel, Hotel Arya Duta, pemugaran Candi Borobudur, serta Keuliling Dam di Aceh. Wiratman dianggap berjasa dalam meletakkan dasar peraturan Beton Bertulang yang memasukkan unsur kegempaan.
Meski Wiratman kemudian menggeluti bisnis perencanaan dan konstruksi, Wiratman masih meluangkan waktu untuk mengajar dan melakukan riset. Ia menyelesaikan program doktor di ITB dengan predikat Cum Laude. Wiratman juga menjadi guru besar di almamaternya, sembari terus menjalankan bisnisnya di Wiratman & Associates, konsultan multidisiplin, yang didirikannya pada 1976.
Banyak terobosan dilakukannya untuk mengatasi berbagai masalah di lapangan. Salah satunya ketika menangani pembangunan Bendungan Keuliling, di Aceh Besar. Proyek itu terancam gagal karena tanahnya tembus air dan tingkat kegempaan yang tinggi. Dua masalah itu akhirnya berhasil dipecahkannya. saat Aceh dilanda gempa 9,3 skala richter pada 2004, Keuliling masih bertahan.
Surat untuk Pemimpin Masa Depan
Di dalam engineering, setiap permasalahan harus dipecahkan dengan suatu solusi yang khas sesuai dengan persoalan tersebut. Namun, dalam setiap proyek selalu ada masalah yang baru, sehingga setiap proyek berpeluang melahirkan inovasi baru. Selanjutnya saya selalu mengatakan agar dalam setiap masalah dicoba solusi yang baru agar meningkat nilai tambahnya. Jangan persoalan sejenis selalu dipecahkan dengan cara yang sama berkali-kali, apalagi kalau hasilnya kurang memuaskan. Semangat inovasi atau mencari solusi baru inilah yang saya tanamkan ke dalam diri saya, kepada para rekan, pembantu dan para mahasiswa sewaktu saya mengajar.
Ada beberapa karya yang saya banggakan dalam bidang yang saya geluti ini, seperti Wisma Nusantara, gedung tinggi pertama di Indonesia yang saya tangani tahun 1970. Sebelumnya belum ada keahlian membangun gedung tinggi di Indonesia. Dalam pembangunan Wisma Nusantara yang melibatkan banyak tenaga ahli dari Jepang, saya berhasil mengorek pengetahuan mereka. Kemudian ilmu baru ini berhasil saya aplikasikan sendiri dalam pembangunan gedung-gedung tinggi berikutnya dan saya ajarkan kepada mahasiswa saya, sehingga jadilah mereka generasi pertama perancang gedung tinggi di Indonesia.
Kemudian ada ide pembangunan Bendungan Keuliling di Aceh tahun 2001. Karena tingkat kegempaan yang tinggi dan tanah bawah bendungan yang lolos air, ide itu sudah hampir ditinggalkan. Namun saya tidak menyerah. Ketahanan terhadap gempa berhasil saya atasi dengan membuat geometri bendungan dengan kemiringan tepi yang sangat landai, sedangkan kelolosan air tanah bawah berhasil saya atasi dengan membuat dinding kedap (cut−off wall) air berupa soldier piles. Saya juga mengadakan penelitian bagaimana campuran pasir, semen dan lempung untuk dinding kedap air ini, sehingga tidak retak atau pecah saat gempa. Alhamdulillah, sewaktu gempa besar terjadi di Aceh tahun 2004, bendungan tersebut tidak runtuh, dan dinding kedap air di bawahnya tidak pecah, sehingga bendungan tetap berfungsi sebagaimana mestinya.
Kita tidak bisa menghindari bahwa tanah air kita adalah wilayah yang rawan gempa. Yang perlu kita lakukan adalah melakukan mitigasi dan membangun bangunan yang tahan gempa, serta menguasai teknologi itu.
Saya mencapai status seperti sekarang ini bukannya tanpa perjuangan. Saya tidak pernah puas dengan apa yang dicapai, saya harus bisa melakukannya dengan lebih baik. Hal itu tercermin dari karya-karya saya yang mengedepankan hal-hal yang inovatif. Meskipun skalanya kecil, namun hal yang lebih baik dari sebelumnya.
Saya memulai usaha bidang konsultan ini di sebuah rumah sederhana di Jalan Kaji, dengan 10-15 personil saja. Seiring waktu makin banyak pekerjaan yang datang, maka kami harus menambah kantor di Tebet, Suryopranoto dan Gondangdia. Karena masih tidak cukup, kami juga membeli ruko di daerah Bendungan Hilir. Akhirnyakami membeli kantor yang cukup besar di Jalan Letjen TB Simatupang tahun 1996 yang kami tempati hingga sekarang ini.
Namun perjalanan ini bukannya tanpa menghadapi halangan. Pada krisis ekonomi tahun 1998, kami terpukul habis-habisan. Dari karyawan 1000 orang terpaksa harus dirumahkan dua pertiganya. Namun berkat kegigihan, kami bisa bertahan. Faktanya banyak para pemberi tugas yang tetap percaya kepada kami. Kuncinya untuk tetap mendapatkan kepercayaan itu adalah selalu menghasilkan karya yang bermutu dan memberi nilai tambah.
Pesan saya kepada pemimpin masa depan sederhana saja: apapun yang dilakukan, lakukanlah dengan sebaik-baiknya. Usahakan yang dilakukan itu meningkatkan nilai tambah bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Dengan begitu kita berjasa bagi bangsa, lingkungan dan sesama. Apa yang kita lakukan dalam hidup ini harus diamalkan kepada generasi muda. Karena merekalah para penerus yang akan menjamin kelangsungan negara kita selanjutnya.
Sumber: Surat Dari & Untuk Pemimpin, Penulis: Wiratman Wangsadinata, Hal: 268-270.