Strategi di Tingkat Unit Bisnis (Strategic Business Units)
Perusahaan yang menghasilkan berbagai jenis produk akan bersaing di berbagai tingkatan bisnis atau pasar. Dengan demikian, strategi bisnisnya dapat ditekankan pada Strategic Business Units (SBU), Strategic Business Groups, Strategic Business Segments, Natural Business Unit atau Product Market Units (PMU). Pada prinsipnya SBU memiliki karakteristik sebagai berikut (Hall, 1978: Abell dan Hammond, 1979);
- Memiliki misi dan strategi
- Menghasilkan produk atau jasa yang berkaitan dengan misi dan strategi
- Menghasilkan produk atau jasa secara pesifik
- Bersaing dengan pesaing yang telah diketahui dengan jelas.
SBU memiliki pengertian yang berbeda untuk setiap perusahaan yang berbeda (Haspeslagh, 1982; Wind dan Mahajan, 1981). Jadi, SBU dapat meliputi satu atau lebih divisi, lini produk, atau berupa satu jenis produk atau merek saja.
Konsep strategi berkembang mulai dari sekedar alat untuk mencapai tujuan (Chandler) kemudian berkembang menjadi alat menciptakan keunggulan bersaing (Porter, Learned, Christensen), dan selanjutnya menjadi tindakan dinamis untuk memberi respons terhadap kekuatan-kekuatan internal dan eksternal (Mintzberg, Steiner), sampai menjadi alat untuk memberikan kekuatan motivasi kepada stakeholder agar perusahaan tersebut dapat memberikan kontribusi secara optimal. Menjelang akhir abad ke-20, konsep strategi berubah menjadi pemahaman keinginan konsumen di masa yang akan datang dengan memperhatikan konsep dinamik dan pengembangan perencanaan strategis untuk merebut peluang dengan menggunakan konsep Kompetensi Inti.
Konsep Kompetensi Inti adalah sekumpulan keterampilan dan teknologi dan bukan satu keterampilan atau teknologi yang berdiri sendiri (Hamel: 1995). Misalnya, kompetensi Motorola dalam mempercepat waktu siklus produksi atau meminimalkan waktu antara tibanya pesanan pelanggan dan dipenuhinya pesanan tersebut didasarkan pada beragam keterampilan. Kompetensi itu meliputi disiplin desain yang memaksimalkan kesamaan di antara satu lini produk, manufaktur yang fleksibel, sistem pemasukan pesanan yang canggih, pengendalian persediaan dengan prinsip Just-In-Time, model MRP yang akurat, serta manajemen pemasok. Kompetensi ini mencerminkan hasil akumulasi pembelajaran dalam berbagai keterampilan dan berbagai unit organisasi. Persaingan perusahaan adalah perlombaan untuk memahirkan kompetensi serta untuk memperoleh posisi pasar dan pengaruh pasar. Untuk memiliki kompetensi inti, perusahaan harus memiliki tiga kriteria:
- Nilai bagi pelanggan (customer perceived value), yaitu keterampilan yang memungkinkan suatu perusahaan menyampaikan manfaat yang fundamental kepada pelanggan. Pertanyaan yang perlu dijawab adalah “Mengapa pelanggan bersedia membayar lebih mahal atau lebih murah untuk suatu produk atau jasa dibandingkan dengan produk atau jasa lainnya?”
- Diferensiasi bersaing (competitor differentiation), yaitu kemampuan yang unik dari segi daya saing. Jadi, ada perbedaan antara kompetensi yang diperlukan (necesarry) dan kompetensi pembeda (differentiation). Tidka layak menganggap suatu kompetensi sebagai inti jika dia ada di mana-mana atau dengan kata lain mudah ditiru oleh pesaing.
- Dapat diperluas (extendability). Karena kompetensi inti merupakan pintu gerabang menuju pasar masa depan, kompetensi ini harus memenuhi kriteria manfaat bagi para pelanggan dan keunikan bersaing. Selain itu, kompetensi inti harus dapat diperluas sesuai dengan keinginan konsumen masa depan. Dengan demikian, kompetensi tidak menjadi usang meskipun komptensi inti mungkin saja kehilangn nilainya sepanjang waktu.
Dapat disarikan dari buku: Analisis SWOT, Penulis: Freddy Rangkuti, Hal: 13-14.