Seorang Laki-laki Tua di Pasar
Beberapa tahun yang lalu, di suatu tempat nun jauh di sana, hiduplah seorang laki-laki tua, berjalan dengan pelan melewati sebuah pasar. Ketika ia hendak melewati pasar, seorang pemuda tiba-tiba muncul dari balik sebuah bangunan dan berdiri di depannya, menghadang jalannya.
Merasa curiga, laki-laki tua itu berkata, “Biarkan saya lewat.”
Akan tetapi, pemuda itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Saya menginginkan sesuatu dari anda, Pak Tua,” jawabnya.
“Baiklah,” jawab laki-laki tua itu. Sambil membaca mantra, jarinya menunjuk ke seekor ayam yang sedang berlari melintasi jalan di depan mereka. Seketika ayam itu berhenti berlari dan, dalam sekejap mata, berubah menjadi emas. Laki-laki tua itu mengambil emas dan memberikannya kepada pemuda itu sembari berkata, “Sekarang, biarkanlah saya lewat.”
Pemuda itu mengambil ayam emas tersebut, tetapi dia tetap tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Saya menginginkan lebih banyak dari Anda, Pak Tua,” jawabnya.
“Baiklah,” jawab pak tua, dan sekali lagi dia membaca mantra dan jarinya menunjuk ke sesuatu, kali seekor anjing, yang sedang berusaha membebaskan dirinya menerobos dinding. Sekali lagi, anjing itu membeku dan berubah menjadi patung emas (dengan kaki dan badannya yang melengkung). Laki-laki tua itu mengambil anjing tersebut dan memberikannya kepada pemuda itu sambil berkata, “Ambilah. Sekarang, biarkanlah saya lewat.”
Pemuda itu mengambil anjing emas tersebut, tetapi tetap menggelengkan kepalanya dan berkata, “Ini tidak cukup. Saya menginginkan lebih banyak dari Anda, Pak Tua.”
“Baiklah,” jawab pak tua, dan sekali lagi jarinya menunjuk ke sesuatu, kali ini ke sebuah rumah di ujung pasar. Keduanya melihat satu per satu bata rumah itu berubah menjadi emas yang berkilauan terkena sinar matahari. “Ambillah,” jawab pak tua sambil menunjuk rumah tersebut. “Sekarang, pasti Anda membiarkan saya lewat.”
Akan tetapi, pemuda itu tetap berdiri di tempatnya, di depan laki-laki tua itu. “Ini masih tidak cukup,” jawabnya.
Dengan kesal laki-laki tua itu berteriak, “Tapi apa lagi yang bisa saya berikan?”
Pemuda itu melangkah, mendekat, dan meraih tangan pak tua sambil berkata, “Saya menginginkan … jarimu.”
Jika anda memberi seseorang ikan, Anda telah memberinya makan untuk sehari. Namun, jika Anda mengajarinya untuk memancing ikan, Anda telah memberinya makan untuk seumur hidupnya.
Disarikan dari buku: Tales for Change, penulis: Margaret Parkins.