SDM sebagai Satpam bagi Karyawan Lain
Pernahkan Anda bekerja di sebuah perusahaan dan karyawan ternyata melakukan pelangaran, pengelapan, penipuan atau pencurian? Mungkin tidak satu pun dari kita yang belum bekerja di perusahaan yang mengalami masalah seperti itu. Kalau perusahaan anda belum pernah memiliki karyawan yang melakukan pelangaran, kemungkinan perusahaan anda masih baru.
Kita tidak ingin suatu pelangaran terjadi. Tetapi, seorang yang sangat baik sekalipun bisa mendapati dirinya dalam keadaan yang sangat sulit secara finansial dan terpaksa melakukan hal yang tidak terpuji. Bila hal ini terjadi, siapa yang harus menangani hal ini? Pihak keamanan.
Ketika demo terjadi, ketika karyawan berkelahi, ketika bawahan sakit hati kepada atasan menghilangkan dokumen pentingnya, ketika mendadak tiga orang luar masuk dengan membawa kayu, siapa yang harus siaga? Pihak keamanan.
Di berbagi perusahaan, bagian keamanan ada di bawah SDM dan itu menunjukan bahwa departemen ini dianggap bertanggung jawab untuk penegakan hukum. Kaena itu pula, banyak manajer SDM yang memiliki latar belakang sarjanah hukum. Tulisan SH di belakang manajer memang bisa membuat orang berpikir berkali-kali sebelum berdebat tentang hukum dengan yang bersangkutan.
Tapi memiliki SH dan sejenisnya bukan berarti bahwa perusahaan bisa melakukan segalanya sesuai rencana. Mereka yang belum pernah menangani SDM dalam jangka waktu panjang cenderung meremehkan kesulitan yang dapat ditimbulkan oleh sebuah masalah. Beberapa praktisi bisnis bahkan menyukai tindakan garis keras untuk memberikan contoh pada yang lain. Mereka menganggap orang-orang departemen SDM “lembek” kalau tidak secepat mereka. Mereka bisa saja benar. Beberapa orang departemen sangat lambat.
Sebaliknya, SDM yang dapat mengantisipasi dampak yang mungkin terjadi harus benar-benar siap melakukan konflik. SDM harus memiliki masalah apa yang harus diperjuangkan mati-matian dan mana yang harus didamaikan.
Namun, adakah saat-saat di mana orang-orang SDM diminta untuk melangar peraturan perusahaan? Sangat sering. Baik oleh pemilik perusahaan, atasan, maupun sesama karyawan, Misalnya, banyak karyawan yang menitipkan CV keluarganya, kekasihnya atau temannya agar diterima bekerja.
Memberikan CV pada SDM adalah hal baik karena SDM selalu membutuhkan orang yang mampu. Tetapi setiap CV yang dibarengi dengan kata-kata atau ”imbuan” memiliki potensi memporak-porandakan kebijakan, struktur,dan sistem SDM.
Banyak pula karyawan yang meminta nasihat HR agar dapat menemukan cara untuk mempromosikan orang tertentu dengan lebih cepat dari yang lain. Ada pula yang meminta agar HR dapat membantu memecat anak buahnya tanpa memberikan pesangon sama sekali karena “Saya ingin membuatnya menderita”. Untuk kasus-kasus begini, SDM lebih baik mengingat nilai-nilai perusahaan yang tidak sesuai dengan hal itu. Jarang ada perbuatan yang tidak berbuah kelak, dan SDM harus menjaga agar perusahaan tidak menuai buah yang masam kelak.
Sumber: Mengapa Departement SDM Dibenci?, Penulis: Steve Sudjatmiko, Hal: 104-106.