SDM sebagai Pintu Masuk
Posisi unik SDM yang pertama adalah sebagai pintu gerbang masuk ke perusahaan. Posisi sebagai penerima karyawan membuat orang-orang SDM memiliki wewenang memilih mana pelamar yang akan dipanggil dan mana yang akan diteruskan prosesnya. SDM jugalah yang memiliki semua data pribadi karyawan.
Apabila wawancara telah dilakukan oleh “calon atasan”, kembali SDM memainkan peranan penting karena dialah yang akan memanggil kembali calon yang telah diwawancara. Bila dia “lupa” memanggil seseorang sampai berkali-kali, tamatlah riwayat lamaran orang yang bersangkutan.
Sebagai pintu masuk, SDM memang dituntut untuk jeli guna meneruskan proses rekrutmen calon karyawan yang bersangkutan atau tidak. Abraham Lincoln pernah mengatakan bahwa setiap orang bertanggung jawab untuk keindahan wajah mereka setelah mereka mencapai usia 35 tahun. Tetapi kini, dengan menjamurnya produk personal care dan fitness, keindahan fisik seseorang tidak selalu berhubungan dengan ketepatannya bekerja di perusahaan kita.
Tes IQ dan EQ tentu membantu. Namun, para pakar SDM percaya bahwa wawancaralah yang akan dapat menunjukkan apakah seorang calon memang tepat untuk itu. Sangatlah penting bagi SDM bagian perekrutan untuk memiliki kemampuan menilai apakah sang calon memang memiliki nilai, sikap, dan kemampuan yang dibutuhkan perusahaan.
SDM tidak harus merupakan satu-satunya pihak yang ingin menyaring sang calon karyawan. Dia harus memberitahukan situasi perusahaan dengan jujur sehingga sang calon karyawan sendiri bisa memikirkan apakah dia benar-benar ingin bekerja dalam suasana yang dijelaskan. Di sinilah komunikasi pertama terjadi, terutama tentang nilai-nilai yang dipercaya perusahaan dan praktiknya.
Sekarang ini, proses rekrutmen, di mana SDM sering membual tentang kehebatan perusahaan dan calon karyawan membual tentang kelebihannya, merupakan proses yang perlu diperbaiki karena dapat merugikan kedua belah pihak.
Disarikan dari buku: Mengapa Departemen SDM Dibenci?, Penulis: Steve Sudjatmiko, Hal:15-17.