Sang Raja Properti
Ia salah satu “maestro” properti di republik ini. Sejak 1980-an giat membangun pelbagai perumahan mewah, Ciputra dikenal karena idenya mewujudkan kompleks perumahan menjadi kota mandiri berfasilitas lengkap. Lokasi yang ia kembangkan antara lain Bumi Serpong Damai dan Bintaro Jaya di Tangerang, Pondok Indah, serta Taman Impian Jaya Ancol, dan Citra Raya di Surabaya.
Berasal dari keluarga kurang berada, Tjie Siem Hoan―demikian nama lahirnya―membidani pembentukan tiga kelompok usaha besar, yaitu Pembangunan Jaya Group, Metropolitan Development Group, dan Ciputra Group. Setidaknya ada 100 proyek real estat dan ratusan perusahaandi bawah ketiga payung perusahaan tersebut, termasuk kawasan Pantai Indak Kapuk yang kontroversial.
Ciputra resmi menyerahkan bisnisnya kepada anak dan menantunya, sejak 2002. Tapi, dia tak tinggal diam. Melihat pengangguran terus membengkak, Ciputra mengusung misi baru: mencetak wirausaha baru sebanyak-banyaknya. Menurut dia, jumlah wirausahawan di Indonesia terlalu sedikit. Pada 2006 hanya ada sekitar 400.000 orang, tak sampai0, 18 persen dari jumlah penduduk. Padahal, jumlah ideal minimal dua persen populasi.
Pada 2006, ia mendirikan Universitas Ciputra. Terletak di kawasan Citra Raya, Lakarsantri, Surabaya, khusus untuk mereka yang ingin menjadi entrepreneur. Ia membangun 12 sekolah, 3 universitas, dan mengembangkan Entrepreneurship Centre.
Penghargaan yang diterima Ciputra sejak 1970-an berjumlah 42. Museum Rekor Indonesia (MURI) mencatatnya sebagai peraih penghargaan terbanyak di bidang kewirausahaan.
Ciputra memiliki perhatian besar pada dunia olahraga. Pada 2011, pendiri Klub Jaya Raya ini mendapat penghargaan sebagai pembina olahraga terbaik dari MURI.
Surat untuk Pemimpin Masa Depan
Surat ini saya tulis untuk mereka yang akan menjadi pemimpin–pemimpin bangsa pada saat ulang tahun Indonesia ke-100 pada 2045. Akankah pada ulang tahun satu abad Indonesia, negara kita menjadi sebuah negara yang jauh lebih baik? Negara yang sukses, adil, dan sejahtera? Di tangan kita bersamaakan kita tentukan apa yang akan terjadi kelak. Kami generasi pendahulu menyediakan pundak kami untuk kalian jejak sehingga tangan kalian dapat menjangkau langit yang tak dapat kami jangkau. Kalian akan dan harus sanggup memecahkan masalah–masalah utama yang tak terselesaikan di jaman kami para pendahulu. Masalah apakah yang paling utama yang menjadi kegelisahan saya? Masalah itu adalah pengangguran dan kemiskinan. Saya ingin mengabdikan sisa perjalanan hidup saya untuk bertempur melawan pengangguran dan kemiskinan di Tanah Air tercinta dan saya mengajak kalian semua berada di medan laga yang sama bersama saya.
Sangat memilukan bila kita memikirkan pengangguran dan kemiskinan pada masa sekarang. Kita hidup di Jamrud Khatulistiwa di mana 12% dari keragaman hayati dunia berada, ini membawa kita jadi salah satu negara dengan kekayaan alam terbesar di dunia. Sumber daya manusia kita juga berlimpah lebih dari 24 juta orang, nomor lima terbanyak di dunia. Namun kenapa kita tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia? Kurangkah jumlah SDM terdidik kita?
Saya pikir tidak kurang karena saat ini lebih dari 3.000 perguruan tinggi ada di Indonesia, setiap tahun menghasilkan lebih dari 600.000 lulusan. Tapi kenapa sudah bertahun–tahun ada lebih dari satu juta lulusan perguruan tinggi harus menganggur? Kita semua bertanya kenapa manusia–manusia terdidik kita belum sanggup menolong diri sendiri dengan cara menciptakan pekerjaan bagi diri mereka sendiri? Kenapa jutaan sumber daya manusia terdidik kita belum bisa mengolah sumber daya alam dan budaya yang sudah lumpah tersedia untuk menjadi solusi bagi diri kita sendiri?
Perenungan yang mendalam terhadap perjalanan hidup saya sendiri telah melahirkan sebuah pencerahan. Saya dilahirkan dan dibesarkan dari keluarga sangat sederhana di sebuah tempat di pelosok pulau Sulawesi 80 tahun yang lalu. Kemiskinan sudah jadi masa lalu bagi saya, sekarang saya berhasil mengangkat harkat diri dan keluarga serta membuka lapangan kerja bagi ribuan orang hanya karena dalam diri saya melekat sebuah kecakapan yang saya sebut sebagai entrepreneurship. Dengan semangat dan kecakapan itu pula saya menjalani perjalanan bangsa sejak Indonesia lahir tahun 1945 sampai sekarang. Saya telah melewati nait turun gelombang dan gelora perjalanan bangsa.
Krisis dan kelimpahan ekonomi datang silih berganti namun satu hal yang konsisten terjadi dalam diri saya yaitu usaha bisnis saya terus melaju dan malah makin meluas. Ya, saya beruntung mendapatkan berkat Tuhan ini namun “keberuntungan” saya yang lain adalah saya memiliki kecakapan entrepreneurship itu. Inilah yang mencelikkan mata saya tentang sebuah strategi penting membangun Indonesia masa depan walau jumlah penduduk makin membengkak walau SDA makin menipis yaitu didik dan latih sebanyak mungkin anak bangsa untuk sanggup jadi entrepreneur. Kita membutuhkan generasi baru yang bukan sekedar terdidik namun juga memiliki semangat dan kecakapan entrepreneurship di dalam dirinya.
Sejak tahun 2006 saya sudah membentuk sebuah tim yang mengembangkan kurikulum entrepreneurship untuk memperkaya kurikulum nasional di sekolah-sekolah yang saya dirikan dan juga diUniversitas Ciputra serta perguruan tinggi yang lain yang dalam binaan saya. Saya juga membentuk UCEC (Universitas Ciputra Entrepreneurship Centre) dengan tugas menginspirasi dan mendidik anak bangsa sebanyak mungkin agar memiliki jiwa dan kecakapan entrepreneurship bagi masa depan Indonesia.
Ragam aktivitas promosi dan pemberdayaan entrepreneurship telah kami lakukan di seluruh Nusantara dan menjangkau pekerja imigran Indonesia di negara-negara tetangga. Kenapa ini semuasaya lakukan? Sebuah impian telah menggerakkan saya yaitu sebelum ulang tahun Indonesia ke-100 saya mendambakan aka ada lebih dari empat juta entrepreneur baru yang inovatif akan tercipta. Dari Sabang sampai Merauke, dari pesisir sampai pegunungan, dari desa sampai kota besar. Anak petani,anak nelayan, anak buruh, anak guru, anak pegawai negeri, anak polisi, anak tentara bisa jadi entrepreneur. Inilah cita-cita legacy saya dan inilah juga impian yang ingin saya letakkan di pundak generasiyang akan datang untuk diteruskan sampai cita-cita Indonesia yang lebih baik tercipta. Akhir kata mari kita bergan dengan tangan untuk mewujudkan bersama Indonesia yang lebih baik dengan menjadikan entrepreneurship sebagai milik sejati bangsa Indonesia.
Sumber: Surat Dari & Untuk Pemimpin, Penulis: Ciputra, Hal: 185-187.