Resep Umur Panjang Organisasi di Era Pengetahuan
Studi yang dilakukan Ellen de Rooij dari Stratix Group di Amsterdam mengindikasikan bahwa rata-rata ekspektasi hidup perusahaan-perusahaan di Eropa (dengan tidak memandang ukuran perusahaan), hanya 12,5 tahun (De Geus, 1997). Pada beberapa negara bahkan 40% dari semua perusahaan yang baru didirikan, hanya berumur kurang dari 10 tahun. Di sisi lain, Stora (perusahaan Swedia) kira-kira telah berumur 800 tahun, Sumitomo (perusahaan Jepang) sampai sekarang telah berumur kira-kira 400 tahun, Du Pont (perusahaan Amerika Serikat) kira-kira telah berumur 195 tahun dan Pilkington (perusahaan Inggris) kira-kira telah berumur 171 tahun.
Fenomena di atas menunjukkan bahwa kebanyakan perusahaan berumur pendek, walaupun kenyataannya ada beberapa kasus dimana perusahaan memiliki umur panjang (dalam hal ini lebih dari 150 tahun). Fenomena umur perusahaan ini mengundang pertanyaan lebih jauh, diantaranya: “Mengapa ada perusahaan yang berumur panjang?”.
De Geus menggambarkan fenomena perusahaan berumur panjang dengan karakteristik sebagai perusahaan yang hidup (the living company). Selanjutnya De Geus mengibaratkan sebuah perusahaan yang hidup sebagai suatu metafor organik atau perusahaan yang memiliki atribut-atribut sebagai mahluk hidup, yaitu seperti mahluk yang memiliki pikiran dan karakter, sehingga perusahaan tersebut mampu “bertingkah laku” seperti entitas yang hidup. Sejelasnya de Geus menyatakan bahwa ada “korelasi antara perusahaan yang berumur panjang dengan kemampuannya menjadi perusahaan yang belajar (organisasi pembelajar)”.
Selanjutnya, ia ingin mengingatkan kita, bahwa untuk membangun perusahaan agar menjadi perusahaan yang hidup (mampu belajar dan berubah), harus dimulai dari pernyataan misinya. Berkaitan dengan misi suatu perusahaan, pada kenyataannya ada 2 macam tipe misi perusahaan komersial, yaitu: economic company dan river company.
- Economic company merupakan tipe misi perusahaan yang dijalankan hanya untuk tujuan ekonomi (memproduksi hasil maksimal dengan sumber daya minimal); perusahaan ini dikelola dengan tujuan utama untuk memaksimumkan profit (mencari keuntungan ekonomi). Akibatnya, pekerja dianggap sebagai alat produksi perusahaan, sehingga investasi pada manusia (misalnya pendidikan dan pelatihan karyawan) perlu ditekan seminimal mungkin (diminimasi). Tipe perusahaan ini seperti kumpulan titik-titik air hujan yang berkumpul di suatu lubang. Jika turun hujan, titik air akan luber, sehingga volume air dalam lubang tetap tidak bertambah. Sebaliknya, pada saat matahari bersinar dan suhu meningkat, maka titik-titik air akan menguap sehingga air di lubang bisa menjadi kering. Kehidupan perusahaan seperti ini sangat tergantung pada perkembangan lingkungannya, jika lingkungan bisnisnya lagi baik, perusahaan akan mendapat keuntungan, dan sebaliknya jika lingkungan bisnis sedang tidak baik, perusahaan akan mengalami kerugian, dan mudah menjadi bangkrut.
- River company merupakan tipe misi perusahaan yang dijalankan dengan meniru falsafah sungai, yang mampu mengalirkan air sesuai dengan pasokannya dan mengalirkan air ke muara secara terus-menerus, sehingga mampu tetap hidup dalam kurun waktu yang panjang. Jika turun hujan, maka volume air di sungai meningkat, sebaliknya jika matahari bersinar maka volume air di sungai akan mengecil, namun perlu waktu yang panjang agar air di sungai tersebut habis. Perusahan berumur panjang adalah perusahaan yang mampu belajar atau mampu beradaptasi sesuai dengan perubahan zaman, identik dengan fenomena river company.
Lebih lanjut, penelitian Arie de Geus (1997) menunjukkan bahwa ada 4 (empat) karakteristik yang ditemukan pada perusahaan yang berumur panjang, yaitu:
- Sensitif terhadap lingkungan: yang direpresentasikan pada kemampuan perusahaan untuk belajar dan beradaptasi, menyesuaikan diri dengan arah perubahan lingkungan bisnisnya.
- Memiliki identitas/jati diri yang kuat: yaitu kemampuan perusahaan untuk membangun integritas atau jati diri, yang melekat dan tergambar pada sikap dan perilaku para anggota komunitasnya sehari-hari, sehingga tumbuh sense of belonging yang tinggi terhadap perusahaannya.
- Memiliki sikap toleran terhadap perbedaan dan mampu melaksanakan proses desentralisasi kewenangan berdasarkan rasa saling percaya: yaitu memiliki kemampuan untuk membangun hubungan yang konstruktif dengan berbagai entitas yang berbeda, baik diantara anggota organisasi maupun dengan institusi di luar perusahaan.
- Melaksanakan manajemen investasi yang rasional: yaitu melaksanakan kebijakan penggunaan uang (khususnya investasi yang berasal dari hutang) dengan hati-hati dan didasarkan pada rasionalitas, bukan spekulasi. Kalaupun terpaksa mereka melakukan pinjaman untuk investasi, mereka sudah menganalisis dengan cermat dan akan disiplin untuk dapat mengembalikan pinjaman atau cicilannya dengan tepat waktu.
Disarikan dari buku: Knowledge Management dalam Konteks Organisasi Pembelajar, Penulis: Jann Hidayat Tjakraatmadja, Donald Crestofel Lantu, Hal: 19-22.