Persepsi dan Kenyataan
Dua laki-laki muda sudah sejak lama bekerja di organisasi yang sama. Keduanya terkejut ketika, tanpa tanda-tanda peringatan yang jelas, organisasi mereka tutup dan keduanya menjadi penganggur. Keduanya lalu mulai mencari pekerjaan.
Laki-laki yang pertama sangat prihatin. Dia tidak suka dengan gagasan adanya perubahan, harus mempelajari hal-hal baru, dan bertemu dengan orang-orang baru—tetapi dia mengingatkan dirinya sendiri bahwa dia harus melakukannya jika ingin mendapatkan uang. Laki-laki yang kedua lebih filosofis dan menganggap perubahan sebagai peluang untuk maju. Tanpa diketahui satu sama lainnya, kedua orang tersebut di panggil wawancara untuk suatu posisi di organisasi yang sama. Organisasi itu sangat serupa dengan organisasi tempat mereka dahulu bekerja.
Laki-laki yang pertama duduk dengan gelisah selama wawancara, dan pada akhir wawancara ditanya apakah ada hal yang dia ingin tanyakan.
“Ya,” jawabnya, “dapatkah Anda menggambarkan seperti apa orang-orang di organisasi ini ?”
Sang pewawancara, seorang laki-laki tua yang bijaksana dan merupakan salah seorang pendiri organisasi tersebut, bersandar ke meja dan membalas, “sebelum saya menjawab pertanyaan Anda, tolong jelaskan lebih dahulu tentang organisasi tempat Anda dahulu bekerja. Seperti apa orang-orang di sana ?”
“Tidak begitu menyenangkan, saya rasa, “jawab laki-laki muda itu, sambil mengingat-ingat. “Mereka orang-orang yang sulit, suka bertengkar dan keras kepala.”
“Kalau begitu, dengan berat hati saya harus mengatakan bahwa Anda akan menemukan orang-orang yang sama di sini,” jawab laki-laki tua itu.
Hari berikutnya, laki-laki yang kedua datang untuk diwawancara, juga ditanya apakah ada hal yang ingin dia tanyakan.
“Oh, ada,” jawabnya dengan riang, “ dapatkah Anda menggambarkan seperti apa orang-orang di organisasi ini?”
Sekali lagi, laki-laki tua itu menjawab, “Sebelum saya menjawab pertanyaan Anda, tolong jelaskan lebih dahulu tentang organisasi tempat Anda dahulu bekerja. Seperti apa orang-orang disana?”
“Oh, mereka sangat menyenangkan,” jawab laki-laki muda itu dengan antusias. “Mereka orang-orang yang hangat dan menerima dengan senang hati, sopan juga baik. Saya sangat sedih harus meninggalkan mereka.”
Laki-laki tua itu menjawab dengan tersenyum, “ Kalau begitu, dengan senang hati saya mengatakan bahwa Anda akan menemukan orang-orang yang sama seperti mereka di organisasi ini.”
Perilaku menghasilkan perilaku