Peranan LSM
Menumbuhkan dan mengembangkan merupakan upaya yang rumit, karena manusia-manusia yang terlibat di dalamnya mempunyai latar belakang dan tujuan yang berbeda-beda. Selain itu, ukuran keberhasilannya tidak mudah ditentukan dan hasilnya tidak mudah dilihat secara kasat mata seperti halnya proyek fisik lainnya.
Kesulitan lain yang sering muncul adalah sikap dari pamong dan pemerintah setempat. Kalau pamong dan pemerintah setempat tidak mengerti arti penting KSM, bahkan mencurigainya, maka usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan KSM menjadi sangat sulit. Ironisnya, bila pamong dan pemerintah setempat telah menyadari arti penting KSM dan ingin membantunya, mereka terbentur pada masalah birokrasi. Karena itulah penulis berpendapat bahwa upaya pengembangan KSM merupakan tugas khas dari LSM. Sifat-sifat yang melekat dalam diri LSM, yang fleksibel (tidak birokratis) dan terbiasa menyusun program berdasarkan kebutuhan, menjadikan LSM mudah diterima oleh kelompok-kelompok dasar/kelompok swadaya.
Peranan yang bisa dilakukan oleh LSM untuk mengembangkan KSM, selain sebagai fasilitator dan katalisator. pelatih dan pendidik, dan pemacu pemupukan modal, sebagaimana dijelaskan di depan, adalah sebagai penyelenggara proyek-proyek perangsang. Untuk meningkatkan kemandirian KSM diperlukan juga proyek-proyek perangsang agar mereka bisa keluar dari isolasi “rumah keong”-nya. Proyek-proyek tersebut bisa berupa proyek teknologi tepat guna, proyek produksi dan pemasaran gaya PIR (Perusahaan Inti Rakyat), atau proyek infrastruktur lainnya. Peranan-peranan tersebut di atas, pada hakikatnya, berada pada satu jalur besar yang bisa disebut sebagai pendidikan kemandirian dalam kelompok.
Disarikan dari buku: Pemberdayaan Orang Miskin, Penulis: Bambang Ismawan, Hal: 67-69.