Pengetahuan dan Kompetensi Kerja
Di atas sudah dijelaskan makna hubungan antara informasi dengan pengetahuan, dimana informasi merupakan materi (bahan baku) untuk membangun pengetahuan. Selanjutnya kita akan membahas makna pengetahuan ke arah penggunaannya, khususnya dalam dunia kerja, yaitu dengan memahami hubungan antara pengetahuan dengan kompetensi kerja Sveiby (1997) menyatakan bahwa dengan memahami akan kompetensi kerja merupakan suatu cara untuk mernahami pengetahuan dan huhungannya dengan dunia kerja.
Dalam dunia kerja, kompetensi didefinisikan sebagai aspek yang penting dalam menentukan performansi pekerja. Sebagian besar dari pekerja akan menghasilkan performansi yang efektif jika mereka memiliki pengetahuan, keterampilan serta perilaku (knowledge, skill and attitude) yang cukup baik dan dapat diaplikasikan secara bersamaan. Spencer dan Spencer (1993) mendefinisikan kompetensi sebagai “karakter sikap dan perilaku, atau kemampuan individual yang relatif bersifat stabil ketika menghadapi suatu situasi di tempat kerja, yang terbentuk dari sinerji antara watak, konsep diri, motivasi internal, serta kapasitas pengetahuan kontekstual”. Berbagai tipe kompetensi kerja dapat dinyatakan dan dikelompokkan dalam 2 kategori, yaitu kompetensi teknikal dan kompetensi perilaku.
- Kompetensi Teknikal – adalah tipe kompetensi yang diekspresikan dalam keterampilan kerja, atau sering juga disebut hard competence atau hard skills. Keterampilan teknikal seseorang tergambar dari kemampuannya untuk menyelesaikan tugas-tugas utamanya, atau kompetensi yang berkaitan dengan pekerjaan untuk menghasilkan kinerja yang terbaik. Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk bekerja dengan skills tertentu, atau kemampuannya dalam memahami detail dari suatu pekerjaan. Mengingat setiap pekerjaan pada dasarnya memiliki detail yang berbeda, maka jenis kompetensi teknikal ini memiliki daftar yang sangat panjang, karena bersifat unik tergantung jenis pekerjaannya.
- Kompetensi Perilaku – adalah tipe kompetensi yang diekspresikan dalam perilaku seseorang saat bekerja, atau sering juga disebut soft competence atau soft skills. Kompetensi perilaku akan memiliki daftar yang lebih sedikit dibandingkan dengan kompetensi teknikal, karena dari beberapa pekerjaan yang berbeda mungkin memerlukan kompetensi perilaku yang sama. Sebagai contoh: peduli terhadap pelayanan pelanggan (customer care) adalah salah satu jenis dari kompetensi perilaku, dimana seorang pekerja harus memutuskan tentang bagaimana ia harus bersikap ketika menghadapi pelanggan. Sikap atau kompetensi pelayanan pada pelanggan (customer care) yang harus dimiliki seorang pekerja, mungkin dibutuhkan juga oleh pekerja tersebut ketika menghadapi tugas pelayanan yang berbeda, baik saat melayani rekan kerja yang berbeda departemen atau saat melayani pelanggan di tempat kerja.
Lebih jauh, Spencer dan Spencer (1993) menjelaskan bahwa kompetensi seseorang terbentuk dara lima unsur sebagai berikut (lihat gambar-3.1):
- Motif (motives), yaitu sesuatu yang dipikirkan atau diinginkan seseorang secara konsisten dan merupakan dorongan dari dalam dirinya untuk mewujudkan sesuatu dalam bentuk tindakan tindakan motif seseorang akan “mendorong, mengarahkan, dan menentukan pilihan” perilaku untuk bertindak menentukan soft skills.
- Watak (traits), yaitu karakteristik mental dan menentukan konsistensi respon seseorang terhadap rangsangan dari luar, atau tekanan, atau situasi yang dihadapinya menentukan soft skills.
- Konsep diri (self concept), yaitu tata nilai luhur yang dijunjung tinggi seseorang, yang mencerminkan tentang bayangan diri atau sikap diri terhadap masa depan yang dicita-citakan atau terhadap suatu fenomena yang terjadi di lingkungannya menentukan soft skills.
- Pengetahuan (knowledge), yaitu informasi-informasi yang saling terhubungkan dan terstruktur secara sistematik, sehingga pekerja akan memiliki model untuk memahami pemasalahan yang dihadapinya menentukan soft skills maupun hard skills.
- Keterampilan (hard skills), yaitu kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan fisik atau mental.
Dari interaksi kelima unsur kompetensi individu tersebut di atas, terbentuklah kompetensi kerja seseorang, yang akan menentukan kualitas tindakannya saat bekerja. Proses terbentuknya tindakan, dan akibat tindakan akan menentukan hasil kerja.
Disarikan dari buku: Knowledge Management dalam Konteks Organisasi Pembelajar, Penulis: Jann Hidayat Tjakraatmadja, Donald Crestofel Lantu, Hal: 72-75.