Pengetahuan dan Kecerdasan
Dari uraian tentang pengetahuan di atas, tersirat bahwa pengetahuan memiliki karakteristik:
- Pengetahuan tersimpan dalam otak manusia, yang tersusun dari pengamatan maupun pengalaman di masa lalunya, berasal dari informasi yang ia rekam dan ia simpan dalam neuron-neuron di otaknya, sebagaimana database pada sebuah memori komputer.
- Orang yang memiliki banyak pengetahuan adalah orang yang memiliki neuron aktif (berisi informasi dan sering digunakan saat proses berpikir) dalam jumlah banyak. Bagaimana keajaiban otak manusia dalam mengelola pengetahuan, dan bagaimana hubungan antara pengetahuan yang dimiliki manusia dengan proses berpikir dan perilaku manusia? Pertanyaan itu akan diijelaskan pada sub bab Keajaiban Otak Pembelajaran Manusia.
- Pengetahuan manusia akan terbentuk jika struktur informasi yang dimiliki dalam neuron-neuronnya, cukup untuk memahami makna akan sebuah masalah yang dihadapinya, atau ia mampu membentuk model untuk memahami lingkup permasalahan, yang selanjutnya disebut pengetahuan.
- Berpikir adalah suatu proses dalam membentuk pengetahuan yang ditentukan oleh struktur informasi yang Dapat dikatakan bahwa struktur informasi yang ada dalam otak seorang manusia akan menentukan (atau membatasi) kemampuan berpikirnya.
Mengacu pada konsep pengetahuan dan berpikir sebagaimana diuraikan di atas, selanjutnya mari kita bahas tentang kecerdasan. Kecerdasan (intelligence) seorang manusia menggambarkan kemampuan mental seseorang untuk menghasilkan/ memperoleh/ mendapatkan/ mengintegrasikan pengetahuan yang dimilikinya. Kecerdasan seseorang menentukan kemampuan membuat keputusan dan/ atau menentukan kemampuannya untuk bertindak efektif. Orang yang cerdas, berarti orang tersebut mampu membuat keputusan atau mampu bertindak efektif dengan cepat dan akurat, ketika dihadapkan pada suatu masalah. Orang yang cerdas mampu memberikan argumentasi, mampu memecahkan masalah, mampu berpikir abstrak, mampu mempelajari dan memahami materi baru, dan mampu mengambil manfaat dari pengetahuan/ pengalaman yang dimilikinya.
Kecerdasan dapat diukur melalui berbagai pendekatan psikologis (atau kita melakukan “pengukuran” dengan serangkaian tes psikologis), baik melalui tindakan atau perilakunya, karena kecerdasan seseorang akan diekspresikan dalam berbagai aspek di kehidupan manusia.
Kecerdasan seseorang bersumber dari pengetahuan yang dimilikinya, ditentukan oleh kapasitas memorinya, dan diperoleh melalui proses pelatihan, atau pembelajaran. Kecerdasan seseorang tergambar dalarn kemampuannya untuk berpersepsi, atau kemampuannya untuk berpikir saat menentukan keputusan. Namun, sejatinya misteri kecerdasan manusia masih banyak yang belum terungkap, sehingga para ahli masih terus berdebat dan berusaha menemukan fenomena ini agar lebih jelas.
E. G. Boring, seorang psikolog terkenal dari Harvard, pada tahun 1920-an mendefinisikan kecerdasan sebagai whatever intelligence tests measure. Wechsler, seorang peneliti yang paling berpengaruh dalam bidang kecerdasan, mendefinisikannya sebagai kapasitas global dari seseorang untuk bertindak secara benar, berpikir secara rasional, dan berperilaku secara efektif sebagai reaksi terhaclap lingkungannya. Banyak buku psikologi modern yang rnenerima definisi praktis dari kecerdasan sebagai kemampuan general seseorang untuk melakukan tugas-tugas kognitif (bertindak efektif). Namun, tampak dari definisi kedua ahli psikologi tersebut bahwa kecerdasan masih dibatasi oleh berpikir secara rasional dan kognitif. Memang pada tahun 1920-an, pemahaman kecerdasan rnasih dibatasi oleh IQ saja, sehingga para ahli lainnya lebih menyukai definisi kecerdasan agar juga mengacu pada perilaku, sehingga ada dua dimensi dari kecerdasan, yaitu:
- Kapasitas untuk belajar dari pengalaman sebelumnya – belajar dari informasi yang ada di dalam otaknya – learning how to learn.
- Kapasitas untuk beradaptasi dengan lingkungannya – belajar dengan mengintegrasikan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan informasi-informasi baru yang la peroleh dari lingkungannya – learning how to unlearn.
Sternberg (1994) mendefinisikan kecerdasan, yaitu “Kemampuan kognitif dari individu untuk belajar dari pengalaman hidupnya, berargumentasi secara logis, mengingat Informosi penting, dan untuk mengatasi berbagai persoalan hidup.” Sternberg menyadari bahwa kecerdasan merupakan salah satu hal yang dapat menjelaskan mengapa beberapa orang berhasil, sementara orang lain tidak. Riset-riset Sternberg mengenai kecerdasan menghasilkan daftar periksa perilaku cerdas (adaptive behavior checklist), yang menunjukkan daftar keterampilan atau perilaku manusia yang dapat dimodifikasi/ dikembangkan, lihat tabel-3.1.
Dari uraian singkat tentang kecerdasan di atas, tampak masih banyak yang bersifat misteri. Kiranya cepat kita simpulkan bahwa kecerdasan merupakan potensi dasar seseorang untuk mampu berpikir, menganalisis, dan mengelola tingkah lakunya atau bertindak efektif di dalam lingkungan kerjanya. Sebagai proses berpikir, seorang yang cerdas berarti orang itu mampu menjelaskan sesuatu dengan argumentasi yang baik, mampu memberi makna dan/atau membuat keputusan secara cepat, tepat dan akurat. Keputusan atau tindakannya sedemikian kokoh, dapat dipertanggungjawabkan, sebab didasarkan pada kelengkapan pengetahuan atau pengalaman yang dimilikinya.
Tabel – 31: Daftar Periksa Adaptif dari Sternberg (1994)
Kemampuan Memecahkan Masalah Praktis |
|
Kemampuan Verbal |
|
Kompetensi Sosial |
|
Kecerdasan seseorang akan makin tajam, jika orang tersebut memiliki pengetahuan/ pengalaman yang makin luas dan dalam, serta ditunjang oleh runcingnya keyakinan (kalbu yang bersih). Nabi Muhammad SAW selain memiliki sifat shiddiq (benar), amanah (dapat dipercaya) dan tabligh (transparan), juga dikenal sebagai seorang yang memiliki sifat fathanah (cerdas). Baik dalam kapasitasnya sebagai manusia biasa, maupun sebagai seorang Rasul; semua ucapan, pikiran, tindakan dan perasaannya mampu dikemukakan dengan dasar argumentasi yang mendalam dan meyakinkan. Tidak hanya diakui oleh para sahabat dan kaum mukmin pada umumnya, namun kecerdasan Muhammad SAW juga diakui oleh para pemuka Yahudi dan Nasrani.
Disarikan dari buku: Knowledge Management dalam Konteks Organisasi Pembelajar, Penulis: Jann Hidayat Tjakraatmadja, Donald Crestofel Lantu, Hal: 68-72.