Pengembangan KSM di Kalangan Masyarakat Perdesaan
Sekarang kita perlu menjelaskan bagaimana dinamika masyarakat pedesaan dapat dibangkitkan, sehingga berbagai potensi yang ada bisa digali. Penggalian ini bisa menjadi awal dari proses penyerapan tenaga kerja di perdesaan.
Karena sumber daya manusia menjadi faktor yang paling penting dari keseluruhan faktor yang menentukan pembangunan perdesaan, maka perlu dipikirkan cara untuk mengembangkan sumber daya manusia itu. Cara yang diusulkan di sini adalah dengan mengembangkan KSM di kalangan masyarakat perdesaan. Kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan dalam KSM meliputi:
A. Pengembangan Wawasan
Masyarakat perdesaan biasanya hidup dalam alam pikiran yang agak statis atau kurang wawasan, sehingga mereka jarang melakukan inovasi atau terobosan-terobosan. Berbeda dengan lingkungan perkotaan yang menantang timbulnya kreativitas, lingkungan perdesaan biasanya membuat orang cepat puas diri. Karena itu, pengembangan wawasan menjadi bagian yang paling penting dari seluruh strategi pengembangan dinamika perdesaan. Dibandingkan dengan “suntikan modal”, pengembangan wawasan lebih mampu mendinamiskan manusia. Wawasan yang berkembang akan melahirkan proses refleksi diri, dan selanjutkan akan memunculkan berbagai pertanyaan mengenai realitas yang mereka alami. Dengan kata lain, melalui pengembangan wawasan, akan lahir sikap kritis atas kemiskinan dan keterbelakangan yang mereka tanggungkan. Pada titik inilah diharapkan muncul rasa tidak puas diri pada kondisi yang ada, yang selanjutnya akan melahirkan serangkaian tindakan guna menyingkirkan akar kemiskinan dan keterbelakangan tersebut. Rasa tidak puas diri adalah pangkal dari setiap upaya terobosan.
Wadah yang efektif untuk mengembangkan dinamika masyarakat dari dalam adalah KSM. Melalui KSM, pengembangan wawasan berlangsung dinamis, karena terjadi proses “asah-asih-asuh” atau proses “dialog-konsensus” dan “aksi-refleksi”. Tukar pikiran dan pengalaman yang terjadi di antara anggota akan mengembangkan wawasan tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk cara-cara mengatasi kesulitan yang dihadapi. Suatu kelompok yang diorganisasikan secara efektif, di mana anggota-anggotanya berorientasi maju, interaksi yang intensif dimungkinkan terjadi.
B. Pengembangan Ketrampilan Baru
Meskipun seseorang memiliki potensi dan motivasi untuk berkembang, belum tentu ia mampu melakukan terobosan terhadap situasi buruk yang menjeratnya. Berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia di perdesaan, masalah ketrampilan merupakan salah satu persoalan penting yang perlu mendapatkan perhatian. Sebagaimana sudah diuraikan di atas, variasi ketrampilan yang terdapat di perdesaan jauh lebih terbatas dibandingkan dengan di perkotaan. Hal ini mempengaruhi kemampuan penyerapan tenagakerja yang berketrampilan tinggi.
Seperti telah disinggung pula pada awal tulisan, masyarakat perdesaan menerima dampak dari proses pembangunan di perkotaan. Tenaga-tenaga yang potensial di perdesaan mengalir ke kota-kota. Tenaga-tenaga itu biasanya tidak akan kembali lagi ke desa, sebab itu berarti kemunduran bagi proses pengembangan diri yang sudah mereka tempuh. Dalam hal ini, daya tarik ekonomi merupakan unsur sangat penting yang harus diperhatikan jika tenaga-tenaga potensial itu hendak dikembalikan ke pedesaan. Upaya ini berkaitan erat dengan kebijakan politik mengenai pembangunan perdesaan.
Ketrampilan-ketrampilan yang perlu dikembangkan di perdesaan adalah ketrampilan-ketrampilan yang langsung dapat menjawab tantangan lingkungan. Dengan demikian, tidak dapat ditentukan secara seragam ketrampilan mana yang perlu dikembangkan di seluruh perdesaan di Indonesia. Karena itulah, tahap identifikasi terhadap potensi wilayah merupakan tahap yang penting dari upaya perumusan kebijakan pembangunan di perdesaan.
C. Pemupukan Modal Swadaya
Modal adalah barang langka di perdesaan. Kurangnya modal telah menyebabkan tidak berkembangnya kegiatan produktif yang variatif di perdesaan. Meskipun demikian, pengalaman membuktikan bahwa modal tersebut dapat dihimpun dari kalangan yang berpenghasilan rendah. Melalui KSM, modal-modal kecil dihimpun dan dijadikan sarana untuk menjankan kegiatan produktif. Bahkan, jika suatu KSM mempunyai hubungan dengan LSM yang bisa menyuntikkan sejumlah dana tambahan, KSM itu memiliki kemungkinan untuk mempengaruhi aktivitas ekonomi di lingkugannya.
Pengelolaan modal bersama di dalam KSM (misalnya melalui usaha simpan-pinjam) juga menjadi sarana pendidikan manajemen keuangan bagi anggota KSM. Kredit usaha yang diperoleh dari kelompok akan memaksa anggota untuk memanfaatkan kredit itu secara efisien. Kegagalan dalam menggunakan dan mengembalikan kredit akan berisiko kerugian bagi kelompok, dan karenanya si penerima kredit bisa dikenai oleh kelompok.
Pengembangan KSM di perdesaan juga memiliki makna penting bagi usaha penyaluran kredit yang lebih besar. Jika suatu KSM membuktikan dirinya mampu menyerap kredit yang ditawarkan dan mampu mengembalikan kredit itu beserta bunga yang telah disepakati, maka lebih banyak lagi kredit yang akan mengalir. Nyata sekali bahwa proses dinamis di dalam akan mempengaruhi proses dinamis di luar.
D. Keterkaitan dengan Pasar
Tidak akan ada orang yang mau memproduksi barang yang tidak dapat dijual di pasar. Dengan demikian, pemasaran merupakan salah satu aspek yang penting dari keseluruhan dunia usaha. Jika usaha-usaha produktif di perdesaan hendak dikembangkan demi penyerapan tenagakerja, maka perlu dipikirkan pemasaran produk-produknya di kota-kota, atau paling tidak, di lingkungan perdesaan itu sendiri. Tanpa memikirkan aspek pemasaran ini, setiap usaha produktif di perdesaan akan menemui kegagalan.
Pada akhirnya, kegiatan produktif yang menghasilkan barang dan jasa memang mempunyai pengaruh yang luas. Kegiatan ini menjadi titik awal dari peningkatan pendapatan. Selanjutnya, peningkatan pendapatan akan meningkatkan mobilitas sosial seseorang, karena dengan penghasilan yang lebih baik orang mempunyai ruang gerak yang lebih luas. Peningkatan mobilitas sosial ini selanjutnya akan menjadi jalan bagi terwujudnya pengembangan wawasan dan ketrampilan, sehingga orang lebih mampu mengidentifikasi dan mengelola berbagai potensi yang ada. Jika proses ini berlangsung di seluruh perdesaan di Indonesia, niscaya akan terjadi transformasi teknologi secara cepat. Tetapi, sekali lagi, pertanyaan kritis yang perlu dilontarkan: mungkinkah proses dinamis semacam itu dapat berlangsung di perdesaan? Bagaimana cara memulainya?
Disarikan dari buku: Pemberdayaan Orang Miskin, Penulis: Bambang Ismawan, Hal: 49-52.