Organisasi di Era Pengetahuan Membutuhkan Manusia Baru
Pada tahun 1973, David McLelland, dalam makalahnya yang ia muat di American Psychologist Journal, menyatakan bahwa tes-tes yang menyangkut intelejensia dan ujian-ujian akademis yang dilakukan di universitas tradisional, bukan merupakan alat ukur yang efektif untuk memperkirakan bahwa seseorang akan berhasil dalam karir dan pekerjaannya, bahkan dalam kesuksesan hidupnya. Mendapat predikat lulusan cum laude dari suatu universitas bukan menjadi jaminan untuk bisa langsung bekerja. Mendapat Indeks Prestasi (IP) di atas 3,5 pun bukan jaminan bagi para sarjana untuk segera mendapatkan pekerjaan. Mereka harus keluar masuk kantor mengantarkan lamaran dengan harapan adanya lowongan pekerjaan. Tidak jarang, dengan alasan mencari pengalaman dulu, para sarjana baru rela bekerja apa saja meski mendapat gaji kecil dan tugas jabatan tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan yang dipelajari di universitas. Jika kita tanya kepada mereka dan para orang tuanya, jelas mereka tidak ingin mendapat gelar baru, yakni “sarjana pengangguran”.
Pada saat memasuki dunia kerja, banyak lulusan universitas yang meskipun secara akademis dinyatakan sudah memenuhi syarat untuk bekerja, tetapi banyak diantara para sarjana baru justru mengalami kesulitan atau bahkan menciptakan kesulitan di tempat kerjanya yang baru. Dra. Lisa Narwastu, Kepala Pusat Karir Universitas Kristen Petra menjelaskan, “hasil need assessment menunjukkan bahwa para lulusan pencari kerja dinilai kurang siap untuk menerima tanggung jawab dan tuntutan dunia kerja, baik dari segi keterampilan kerja, karakter, maupun kompetensi lain yang dibutuhkan dalam dunia kerja.”
Dalam dialog antara alumni dengan mahasiswa dan dosen dari universitas swasta di Yogyakarta, terungkap beberapa pengalaman para alumni dalam melamar pekerjaan atau selama bekerja. “Banyak diantaranya yang telah mengikuti tes, namun harus terhenti pada tahap tes wawancara, karena kebanyakan dari mereka dinilai lemah dalam kemampuan bahasa Inggris, keterampilan komputer, komunikasi, inisiatif dan kreativitas – yang sangat dibutuhkan oleh dunia kerja masa kini”, demikian kata salah seorang alumni. Di samping itu, disebutkan juga beberapa hal yang sangat diperlukan untuk pengembangan karir seseorang, seperti: motivasi, keuletan, dan kemauan untuk selalu belajar hal yang baru – yang sering disebut sebagai aspek soft skills. Sampai di sini, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa indeks prestasi seseorang semasa kuliahnya, meskipun penting namun tidak cukup untuk menghantarkan seseorang menjadi sukses di karirnya, dan bahkan bukan hal dominan yang dibutuhkan oleh dunia kerja saat kini. Aspek-aspek soft skill seperti tersebut di atas, justru menjadi yang lebih menentukan sukses karir seseorang di tempat kerjanya.
Disarikan dari buku: Knowledge Management dalam Konteks Organisasi Pembelajar, Penulis: Jann Hidayat Tjakraatmadja, Donald Crestofel Lantu, Hal: 28-29.