Menciptakan Peluang Kerja di Perdesaan: Pendekatan dan Alternatif
Pembangunan perdesaan merupakan salah satu unsur penting dari pembangunan nasional, terlebih saat perekonomian Indonesia terpuruk akibat krisis ekonomi seperti saat ini. Dalam konteks ini, membangun perdesaan berarti membangun potensi ekonomi dalam skala luas, karena 70-80 persen penduduk Indonesia tinggal di perdesaan.
Akan tetapi, sebelum melaksanakan pembangunan itu, kita mesti bertanya secara kritis: benarkan perdesaan mengandung potensi yang belum digali secara optimal? Potensi yang mana? Tahap identifikasi ini sangat penting, sebab identifikasi yang keliru atas potensi dan kendala yang ada akan menghasilkan pendekatan yang keliru pula.
Soal penyaluran kredit kecil kepada golongan ekonomi lemah, misalnya, dapat dijadikan salah satu contoh identifikasi yang kurang cermat. Ada asumsi yang menyatakan bahwa dengan menyalurkan kredit kecil kepada golongan ekonomi lemah, serta-merta dapat meningkatkan taraf hidup mereka. Asumsi ini jelas melupakan satu hal, bahwa penyaluran kredit kecil akan berjalan efektif sepanjang kita mampu mengidentifikasi secara cermat berbagai peluang dan hambatan yang ada, baik pada lembaga pengelola kredit maupun sasaran pelayanan itu. Jadi, persoalan pelayanan kredit tidak lantas selesai dengan berhasil dibentuknya suatu instrumen pendukung. Kita mesti bertanya tentang kemampuan instrumen pendukung itu dalam menjangkau kalangan yang dituju; atau sejauh mana golongan ekonomi lemah memiliki kemampuan untuk menyerap kredit yang ditawarkan.
Pembangunan merupakan persoalan yang multikompleks. Karena itu, kendala dan peluangnya perlu dikaji dari berbagai sisi. Dengan demikian, perumusan strategi atau kebijakan untuk menciptakan peluang kerja dan usaha di perdesaan harus dilakukan secara cermat. Jika potensi perdesaan diakui besar, pendekatan yang kritis dan realistis masih tetap diperlukan.
Disarikan dari buku: Pemberdayaan Orang Miskin, Penulis: Bambang Ismawan, Hal: 44-45.