Membangun Komitmen CSR
Komitmen CSR adalah instrumen-instrumen yang dibangun oleh sebuah perusahaan yang mengindikasikan apa yang ingin dilakukan dalam rangka memberi perhatian terhadap pengaruh sosial dan lingkungannya. Komitmen ini adalah kunci untuk memastikan bahwa budaya yang dimiliki sama dan sebangun dengan nilai-nilai CSR; selaras dan terintegrasi dengan strategi bisnis, sasaran, dan tujuan keseluruhan perusahaan; memberikan panduan yang jelas bagi karyawan mengenai bagaimana mereka harus berperilaku; serta secara akurat mengkomunikasikan CSR kepada mitra bisnis, pemasok, komunitas, pemerintah, dan publik.
Pelanggan, komunitas, mitra bisnis, investor, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) semakin “galak” dalam menuntut perusahaan untuk menjelaskan apa yang mereka lakukan guna memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan sosial dan perbaikan lingkungan. Komitmen CSR mengkomunikasikan sifat dan arah dari aktivitas sosial dan lingkungan, sehingga membantu pihak lain memahami bagaimana perilaku perusahaan dalam situasi-situasi tertentu.
Komitmen ini juga merupakan komponen vital dari setiap usaha perusahaan untuk menjadi lebih transparan dan akuntabel. Jika diimplementasikan dengan tepat, komitmen CSR dapat meningkatkan kemungkinan perusahaan untuk memberikan respons yang tepat terhadap sebuah kesempatan, serta mengurangi kemungkinan terlibat dalam perilaku yang menimbulkan masalah.
Dengan adanya komitmen CSR, menjadi jelas bagi pihakpihak lain mengenai apa yang bisa diharapkan dari perusahaan. Mengartikulasikan ekspektasi ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahpahaman. Dalam hal ini, komitmen CSR dapat memperbaiki kualitas keterlibatan perusahaan dengan pihak-pihak di mana mereka melakukan interaksi.
Dalam prosesnya, pengembangan komitmen CSR membuka peluang bagi terjadinya kesalahpahaman dan miskomunikasi mengenai ekspektasi. Berikut ini adalah cara-cara yang dapat ditempuh dalam rangka membangun komitmen CSR:
1. Lakukanlah pemindaian (scanning) terhadap komitmen CSR
Sebelum membangun komitmen CSR, bermanfat bagi perusahaan untuk mengamati instrumen komitmen CSR yang digunakan oleh pihak lain, termasuk perusahaan-perusahaan terkemuka. Namun bila perusahaan mempertimbangkan untuk menggunakannya, maka perlu dipertanyakan hal-hal seperti, apakah tujuan yang melandasi pembangunan komitmen CSR ini? Apakah tujuan yang melandasi komitmen CSR ini sama atau berbeda dengan tujuan-tujuan yang melandasi perusahaan kita sendiri? Apakah sebuah isu tertentu yang berkaitan dengan CSR yang berhasil diidentifikasikan oleh perusahaan dapat dipecahkan oleh komitmen CSR yang digunakan oleh pihak lain?
2. Lakukanlah diskusi dengan stakeholder-stakeholder utama
Masukan yang berarti dan diperoleh sejak awal oleh karyawan perusahaan adalah sangat penting. Karyawan memiliki pengetahuan terkini dan terlengkap mengenai permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan sehingga memainkan peranan yang sangat penting dalam implementasi.
Adalah sangat bermanfaat pula untuk melakukan pendekatan guna menjangkau pihak-pihak yang lebih luas yang terkena dampak dari aktivitas perusahaan, seperti pelanggan, organisasi-organisasi perburuhan dan lingkungan, kelompok-kelompok komunitas, dan pemerintah. Hal ini dapat membantu mengkonfirmasi persepsi awal mengenai kepentingan dan kepedulian mereka, sehingga memungkinkan semakin bertambahnya orang-orang dan organisasi yang membantu perusahaan membangun komitmen.
3. Ciptakanlah sebuah kelompok kerja untuk membangun komitmen
Kelompok ini harus terdiri dari orang-orang yang mencakup seluruh bagian dari organisasi. Sebaiknya cakup pula orang-orang yang sangat antusias terhadap CSR, orang-orang yang skeptis untuk “bersuara dan memberi pandangan lain”, serta orang-orang yang memiliki opini yang berbeda terhadap isu-isu yang ada.
Menempatkan orang-orang yang tepat dalam kelompok sangat penting. Mereka harus dapat diandalkan, memiliki pengetahuan yang memadai, kredibel, serta memiliki waktu dan sumber daya yang diperlukan.
Diskusi yang terbuka harus dilakukan sejak awal mengenai tujuan kelompok , tanggung jawab masing-masing anggota, antisipasi beban kerja dan hasil, serta aturan-aturan mendasar mengenai bagaimana kelompok akan beroperasi. Komunikasi dua arah secara teratur antara kelompok kerja dan perusahaan secara keseluruhan juga dapat berguna.
4. Siapkan draf awal
Komitmen CSR harus dituangkan ke dalam pernyataan dengan bahasa yang tegas dan harus berisi kewajiban-kewajiban dengan kata-kata yang jelas dan ringkas. Anggota kelompok kerja disarankan untuk mengidentifikasi siapa di dalam organisasi yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan komitmen serta melibatkan mereka dalam mempersiapkan draf.
5. Konsultasikan dengan stakeholder yang terkena dampak
Konsultasi yang dilakukan sejak awal dapat mencegah timbulnya masalah di kemudian hari. Satu pendekatan yang baik dimulai dengan orang-orang yang paling mungkin terkena dampak secara langsung dari komitmen CSR serta mereka yang telah meyadari isu-isu terkait. Kemudian kelompok kerja yang dibentuk dapat lebih banyak melakukan diskusi formal dengan kelompok-kelompok yang mungkin belum menyadari adanya inisiatif CSR.
6. Revisi dan terbitkan komitmen
Berdasarkan input yang diperoleh melalui konsultasi, kelompok kerja yang dibentuk dapat melakukan finalisasi komitmen untuk kemudian diterbitkan dan dibagikan kepada karyawan sebagai bagian dari implementasi.
Ilustrasi. Langkah Pengembangan Strategi CSR
- Lakukanlah pemindaian terhadap komitmen CSR.
- Lakukanlah diskusi dengan stakeholder-stakeholder utama.
- Ciptakanlah sebuah kelompok kerja untuk membangun komitmen.
- Siapkan drat awal.
- Konsultasikan dengan stakeholder yang terkena dampak.
- Revisi dan terbitkan komitmen.
Sumber: Reputation-Driven Corporate Sosial Responsibility (Pendekatan Strategic Management dalam CSR), Penulis: A. B. Susanto, Hal: 53-57.