Peta Kebebasan: Indeks Pembangunan Manusia
Pembangunan manusia, sebagai pendekatan, sesungguhnya berkaitan dengan apa yang saya yakini sebagai gagasan dasar pembangunan, yaitu memajukan kekayaan hidup manusia ketimbang kekayaan ekonomi di mana manusia hidup. Itu (kekayaan ekonomi) hanyalah satu bagian dari keseluruhan gagasan tersebut.
(Prof Amartya Sen, penerima Hadiah Nobel Ekonomi 1998)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pertama kali ditemukan dalam Laporan Pembangunan Manusia tahun 1990 yang diterbitkan oleh Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP).
Laporan bertema Konsep dan Pengukuran Pembangunan Manusia itu secara eksplisit mengusulkan perubahan fokus pembangunan ekonomi dari perhitungan pendapatan nasional kepada kebijakan yang berpusat pada manusia.
Premis pembuka ini menjadi panduan dari Laporan-laporan Pembangunan Manusia yang terbit setiap tahun dengan tema-tema terkait.
Pendekatan pembangunan manusia muncul sebagai bagian dari berkembangnya kecaman para ekonom terhadap pendekatan utama pembangunan pada tahun 1980-an, yang menganggap ada keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi nasional dan perluasan pilihan-pilihan individual.
Ekonom Pakistan, Dr Mahbub ul Haq, adalah salah satu yang memainkan peran kunci dalam memformulasikan paradigma pembangunan manusia. Ia menyimpulkan kebutuhan akan model ekonomi alternatif karena beberapa faktor.
Di antaranya, semakin banyaknya bukti yang tidak mendukung keyakinan awal tentang kekuatan trickle down dari kekuatan pasar untuk meratakan manfaat ekonomi dan menghapuskan kemiskinan.
Selain itu, biaya yang harus ditanggung rakyat terkait program-program penyesuaian struktural (structural adjustment program) semakin jelas, penyakit sosial (kriminalitas, melemahnya jaringan sosial, HIV/AIDS, pencemaran) terus menyebar meskipun pertumbuhan ekonomi cukup kuat dan konsisten. Juga karena gelombang demokratisasi awal tahun 1990-an dan meningkatnya tuntutan terhadap model-model yang berpusat pada manusia.
Perancang konsep IPM, Dr Mahbub ul Haq, meyakini, ukuran komposit sederhana dari pembangunan manusia dibutuhkan untuk meyakinkan publik, akademisi, dan para pengambil keputusan agar dapat mengevaluasi pembangunan bukan hanya dari kemajuan ekonomi, melainkan juga dari peningkatan kesejahteraan warga. Haq yakin, indeks tunggal akan mengubah perhatian para pembuat keputusan dari konsentrasi ekonomi kepada kesejahteraan rakyat.
Amartya Sen membantu Haq mengembangkan IPM untuk melengkapi dasar konseptual bagi pendekatan pembangunan manusia yang lebih luas.
Ia mendefinisikannya sebagai proses untuk memperluas pilihan-pilihan orang dan meningkatkan kapabilitas serta kebebasan yang memungkinkan orang hidup panjang dan sehat, memiliki akses kepada pengetahuan dan standar hidup yang layak, serta berpartisipasi di dalam kehidupan komunitas dan dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada kehidupan mereka.
IPM saja tak bisa mengukur tingkat pembangunan di suatu negara karena konsep pembangunan manusia jauh lebih luas dari apa yang bisa ditangkap IPM dan indeks-indeks komposit IPM.
Namun, dengan komponen-komponen dan metode yang terus direvisi dan disempurnakan, IPM mampu menajamkan gambaran disparitas antarkelompok sosial, antaretnis, antarkota-desa, dan antarjender, yang membuat IPM menjadi perangkat bagi pembangunan partisipatif.
Analisis fraksi-fraksi dalam IPM dapat membantu memandu kebijakan dan tindakan untuk menjawab masalah kesenjangan dan ketidaksetaraan.
Menandai 20 tahun Konsep Pembangunan Manusia, indikator dan metode penghitungan IPM tahun 2010-2011 direvisi, untuk menekankan bagaimana pemerataan, pemberdayaan, dan keberlanjutan memperluas pilihan dalam hidup orang sekaligus menggarisbawahi tantangannya.
Laporan Pembangunan Manusia juga meredefinisi konsep dan indikator ”keamanan manusia” dalam penerbitan tahun 1995 dan mulai memasukkan indeks terkait jender pada tahun 1996. (MH/NMP)
Sumber: KOMPAS, Jumat, 18 November 2011, Halaman 1.