Membaca Pencapaian Indonesia dalam Laporan Pembangunan Manusia PBB
Pembangunan manusia merupakan perluasan kebebasan dan kapabilitas orang untuk memiliki pilihan-pilihan hidup yang bernilai. Makna dari pembangunan manusia lebih luas dari sekadar kebutuhan dasar.
Sejak tahun 1990, Program Pembangunan PBB (UNDP) menerbitkan Laporan Pembangunan Manusia (Human Development Report) dan menghitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berdasarkan kategori-kategori tertentu. IPM memiliki tiga dimensi dasar pembangunan manusia, yakni kehidupan yang panjang dan sehat, akses pada pengetahuan, dan standar kehidupan yang layak.
Sampai tahun 2009, IPM diukur dengan indikator usia harapan hidup saat kelahiran (kesehatan), angka melek huruf dan rasio kasar masuk sekolah (pendidikan), serta produk domestik bruto per kapita (standar hidup).
Menandai 20 tahun konsep pembangunan manusia, penekanannya adalah bagaimana pemerataan, pemberdayaan, dan keberlanjutan memperluas pilihan-pilihan dalam hidup orang sekaligus menggarisbawahi tantangannya.
Indikator dan metode penghitungan IPM tahun 2010-2011 pun direvisi. Status kesehatan diukur dengan usia harapan hidup saat kelahiran, status pengetahuan diukur dengan lama sekolah, dan standar kehidupan yang layak diukur dari pendapatan nasional bruto (PNB, gross national income) per kapita.
Pendapatan nasional bruto dihitung berdasarkan nilai total barang dan jasa yang dihasilkan di suatu negara (seperti menghitung PDB) ditambah kiriman pendapatan dari orang atau usaha negara itu di negara lain (misalnya dari TKI di Arab Saudi), dikurangi pembayaran untuk barang dan jasa yang dibayarkan ke negara lain. Penghitungan ini dianggap lebih menggambarkan situasi ekonomi suatu negara, terutama bila memiliki utang luar negeri yang besar seperti Amerika Serikat.
Tak bisa dibandingkan
Dalam LPM 2011, negara yang diukur IPM-nya berjumlah 187 dari 169 pada tahun sebelumnya. Dengan sejumlah revisi pada komponen indikator dan tambahan 18 negara, IPM 2010 tak bisa dibandingkan demikian saja dengan IPM 2011.
”Peringkat tahun ini tak bisa dibandingkan dengan peringkat tahun-tahun sebelumnya,” ujar Deputi SDM dan Kebudayaan Bappenas Nina Sarjunani.
Indonesia berada pada peringkat 124 dengan IPM 0,617 dalam HDR 2011. Kalau diukur dengan cara sama, IPM Indonesia tahun 2010 adalah 0,613, di peringkat 125. Dengan perhitungan lama, IPM Indonesia tahun 2010 adalah 0,600, tetapi peringkatnya 108 dari 169 negara.
IPM Indonesia meningkat secara bertahap pada 1980-2011. Umur harapan hidup bertambah 11,8 tahun. Lama rata-rata sekolah naik 2,7 tahun (dari 3,1 menjadi 5,8 tahun untuk kelompok usia di atas 25 tahun). Adapun lama sekolah yang diharapkan naik 4,5 tahun menjadi 13,2 tahun.
Lama sekolah rata-rata saat ini 7,6 tahun. PNB per kapita naik 181,8 persen dari 1.318 dollar AS menjadi 3.716 dollar AS dengan angka dasar 2005 berdasarkan purchasing power parity alias daya beli yang dibandingkan di setiap negara.
LPM 2011 juga menyertakan indikator baru untuk ketidaksetaraan, yakni Indeks Kesenjangan Jender (Gender Inequality Index/IKJ). GII diukur dengan ketidaksetaraan berdasarkan jender dalam tiga dimensi, yakni kesehatan reproduksi, pemberdayaan, dan kegiatan ekonomi.
Kesehatan reproduksi diukur dengan angka kematian ibu melahirkan serta angka fertilitas remaja dan orang muda. Pemberdayaan tak hanya diukur dari kursi perempuan dan laki-laki di parlemen, tetapi juga pendidikan dan kualitas partisipasinya. Kegiatan ekonomi diukur dengan angka partisipasi laki-laki dan perempuan di pasar kerja.
Di ASEAN, hanya Malaysia yang naik tiga peringkat. Singapura, Brunei, Thailand, dan Vietnam tak mengalami kenaikan peringkat. Indonesia bersama Filipina dan Myanmar naik satu peringkat. (MH/NMP)
Sumber: KOMPAS, Jumat, 18 November 2011, Halaman 45.