Memandang Masalah dari Berbagai Sisi
Proses membuat pandangan adalah suatu proses di mana seseorang akan mencoba memposisikan diri dan mencoba membuat suatu kesimpulan terhadap suatu objek/fenomena hidup yang dijalani. Dalam membuat suatu pandangan, tentunya didasarkan pada proses perjalanan yang telah dilalui oleh tiap-tiap individu. Dengan begitu, setiap pandangan yang telah dibuat oleh individu akan berpengaruh terhadap prinsip-prinsip yang akan diyakini dalam hidupnya. Oleh karena itu, agar tidak salah dalam membuat pandangan, kita harus dapat melihat segala sesuatu dari berbagai sisi dan sudut pandang yang ada.
Untuk dapat melihat dari berbagai sisi dan sudut pandang, kita harus belajar untuk dapat mendengar dan melihat. Artinya, kita harus membiasakan diri untuk dapat mendengar dan menghargai pendapat orang lain, dan menganggap bahwa setiap apa yang disampaikan oleh orang adalah suatu kebenaran awal bagi orang tersebut. Selain itu, kita pun harus dapat melihat dengan penuh kesabaran dan ketelitian dari setiap objek permasalahan yang dihadapi. Permasalahan itu memang selalu ada dan harus kita hadapi karena inilah proses kehidupan. Proses perjalanan dalam hidup ini diibaratkan sebuah puzzle yang disusun dan dipasangkan untuk menjadi sebuah pandangan hidup yang sempurna.
Dalam proses membuat pandangan ini, peserta dilatih untuk tidak tergesa-gesa dalam memutuskan dan menjustifikasi sesuatu. Penekanannya adalah pada kesabaran dan ketenangan dalam melihat setiap objek/fenomena yang sedang dihadapi dan dijalani. Dengan demikian, diharapkan pada akhir sesi proses membuat pandangan ini nanti, peserta dapat berpikir secara objektif dan bijaksana.
Ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh tiap peserta dalam proses pembuatan pandangan. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
- Mengetahui dengan pasti bentuk objek/fenomena yang sedang dihadapi.
- Membuat dugaan awal mengenai obejek/fenomena yang sedang dihadapi.
- Mendengarkan pandangan atau pendapat dari orang lain mengenai objek/fenomena yang sedang dihadapi tersebut.
- Mencoba melihat objek/fenomena yang sedang dihadapi dari berbagai sisi dan susut pandang yang ada.
- Mencoba menggambungkan berbagai pandangan yang telah didapatkan dan mengomparasikan dengan dugaan awal yang telah kita buat.
- Dari hasil penggambungan baru dapat dibuat kesimpulan awal yang dapat dijadikan sebagai pandangan baru yang diyakini sebagai kebenaran awal.
- Melakukan evaluasi terhadap pandangan yang telah dibuat dengan cara mengulang mulai dari tahapan pertama.
Yang dimaksud mengetahui dengan pasti bentuk objek/fenomena yang sedang dihadapi adalah benar-benar tahu bagaimana bentuk objek/fenomena yang sedang dihadapi. Jika dianalogikan pada bentuk suatu benda maka harus dipastikan bentuk benda itu seperti apa, yaitu apakah bentuknya dua dimensi atau tiga dimensi. Hal itu sangat penting untuk menuju tahapan selanjutnya. Dengan mengetahui secara pasti bentuk objek/fenomena yang dihadapi maka akan bisa menentukan apa sebenarnya yang akan dicari dari objek/fenomena tersebut. Sebagai contoh, jika benda dua dimensi, mungkin yang dicari hanya nilai keliling dan luas. Akan tetapi, jika benda tiga dimensi, mungkin yang dicari bisa nilai keliling, luas dan volume. Jadi yang dimaksud di sini adalah tiap bentuk objek/fenomena memiliki dimensi dan pencarian penyelesaian yang berbeda-beda.
Catatan penting yang harus diperhatikan dan selalu dilakukan dalam tahapan-tahapan diatas adalah pada tahapan evaluasi, karena dalam setiap objek/fenomena kehidupan, situasi dan kondisi yang dihadapi selalu mengalami dinamika-selalu mengalami perubahan seiring dengan berjalannya waktu yang dijalani dengan adanya penambahan sudut pandang yang dilakukan. Sebagai contoh, terdapat sebuah balok kayu berbentuk kubus yang memiliki tiga warna, yaitu warna putih, abu-abu, dan hitam. Ketika ada tiga orang berada pada tiga posisi yang berbeda ditanya mengenai warna balok kayu tersebut maka pasti penyebutannya berbeda-beda, sesuai dengan posisi masing-masing. Jika posisinya berada pada sudut pandang sisi kanan maka akan mengatakan balok kayu tersebut berwarna hitam. Dari sudut pandang sisi depan pasti akan mengatakan balok tersebut berwarna putih. Dari sudut pandang sisi atas pasti akan mengatakan abu-abu. Karena masing-masing pada posisi sudut pandang yang berbeda maka akan terdapat perbedaaan penyebutan pada warna balok kayu tersebut. Jika ditanya yang benar yang mana maka masing-masing akan menyatakan dia yang paling benar. Artinya, selama masing-masing berada pada posisi sudut pandang masing-masing maka akan tetap terjadi pertentangan yang tidak ada titik temu. Akan tetapi, jika masing-masing mencoba melihat dari posisi sudut pandang yang lainnya maka masing-masing akan dapat mengetahui bahwa balok kayu tersebut ternyata berwarna hitam, putih, dan abu-abu. Dengan demikian, masing-masing akan menyatakan dan mengakui bahwa yang dikatakan tiap-tiap posisi adalah benar adanya. Mereka pun akan saling menghormati dan menghargai pendapat masing-masing tanpa mempertentangkannya.
Akan tetapi, permasalahan yang sering terjadi adalah di saat seseorang berada pada posisi yang berbeda, mereka tidak mau berusaha untuk melihat dan memahami posisi yang lainnya. Hal ini menimbulkan pemikiran yang keluar cenderung sempit dan selalu membesar-besarkan perbedaan sudut pandang yang ada. Jadi, setiap pandangan yang dibuat dan dikeluarkan cenderung subjektif dan selalu memaksakan kehendak bahwa sudut pandang pada posisinyalah yang paling benar, dan yang lain harus mengikutinya. Hal seperti inilah yang sering terjadi sehingga perlu dilakukan perubahan dalam membuat sebuah pandangan.
Untuk itu, dalam sesi proses membuat pandangan ini, peserta diharapkan berlatih untuk dapat belajar melihat pendapat orang lain dari sudut pandang yang berbeda- memahami pandangan orang lain dari sudut dari sisi masing-masing. Di samping itu, peserta berlatih berusaha mencoba mencari sebuah penyelesaian yang objektif terhadap setiap permasalahan bersama yang dihadapi. Dengan demikian, rasa saling menghormati dan menghargai pandangan dari masing-masing peserta dalam kelompok akan dapat terbangun dengan baik. Peserta juga akan terbiasa menyelesaikan permasalahan dengan cepat karena dalam membuat sebuah pandangan, masing-masing peserta tidak merasa kesulitan dan tidak merasa terkekang, serta merasa bebas dalam batasan menghormati dan menghargai pandangan orang lain.
Peralatan yang dibutuhkan adalah telur ayam mentah dan pecahan bambu. Dalam proses permainannya adalah sebagai berikut.
- Tiap-tiap kelompok diminta untuk mempertahankan telur yang diberikan dalam permainan agar tidak pecah
- Telur akan digelindingkan diatas bambu mulai dari titik start yang telah ditentukan ketitik finish dengan jarak minimal 50 m.
- Potongan bambu yang diberikan pada masing-masing kelompok hanya sebanyak 5 buah dengan ukuran masing-masing bambu 60 cm.
- Tiap-tiap anggota kelompok harus dapat menahan laju telur yang mengelinding di atas bambu agar tidak jatuh dan pecah. Jika telur sampai pecah maka kelompok dianggap gagal.
- Agar telur tidak terjatuh maka anggota kelompok harus terus menyambung bambunya sehingga dapat mencapai titik finish. Maksudnya setelah satu bambu dilewati oleh telur maka bambu tersebut harus diletakan setelah bambu yang terakhir. Sebagai contoh, bambu 1 adalah B1, bambu 2 adalah B2 dan seterusnya maka urutannya adalah B1B2B3B4B5. Setelah B1 terlewati maka B1 pindah di belakangnya B5 jadi urutannya B2B3B4B5B1. Setelah B2 terlewati maka B2 pindah di belakang B1 jadi urutannya B3B4B5B1B2, dan seterusnya.
- Setelah itu, tiap-tiap kelompok diminta untuk memberikan pandangan mengenai maksud dari permainan yang telah dilakukan.
- Selanjutnya, peserta diminta untuk melakukan perbandingan dari tiap-tiap pandangan yang dibuat masing-masing.
- Tiap-tiap peserta diminta untuk menyimpulkan dari setiap perbandingan yang telah dilakukan masing-masing.
- Tiap-tiap peserta diminta untuk memberikan alasan dari kesimpulan yang telah dibuat.
- Dari kesimpulan yang dibuat, seluruh peserta diminta untuk membuat prinsip-prinsip mendasar apakah yang dapat diterapkan dalam permainan yang telah dilakukan.
Disarikan dari buku: 24 Jam Mengubah Perilaku dengan Training Outbound, Penulis: Rudianto, Halaman: 67-73.