Masyarakat Kita Terobsesi oleh Kejayaan Masa Lalu
Persoalan terbesar manusia di era yang berubah ini sebenarnya hanya satu, yaitu tidak berani menerima realita-realita baru, karena mereka terjebak oleh kejayaan masa lalu. Sebagian besar karyawan, eksekutif maupun birokrat yang ada di negara kita, masih terbelenggu pada kisah sukses di masa lalu mereka masih memiliki keyakinan bahwa solusi atau metode yang mereka temukan dan biasa digunakan di masa lalu adalah solusi atau metode yang masih baik dan bisa digunakan saat kini. Buktinya mereka bilang di masa lalu kita masih menikmati bonus dan kesejahteraan, atau dulu lebih aman, tidak ada demonstrasi atau tidak ada konflik horizontal.
Mengapa kita memakai cara yang sama untuk mengatasi masalah hari ini? Seperti menemui jalan buntu, banyak orang yang tiba-tiba mulai menggunakan kata “Dulu ketika memulai pembicaraannya untuk mengacu pada keberhasilan di masa lalu.
Sinar terang yang menyinari suatu usaha bisa berarti manfaat, tapi juga bisa menjadi mudharat. IBM contohnya, sukses dengan komputer mainframe di tahun 1970-an membuatnya menyangkal realita baru pasar PC. Motorola bahkan lebih gawat lagi. Setelah sukses dengan celluler analog, ia menyangkal kehadiran digital handphone dengan melakukan investasi-investasi baru pada bidang analog. Xerox juga sempat megap-megap saat menyangkal kenyataan munculnya pasar personal-copier yang dirilis Minolta, Canon dan Ricoh. Ensiklopedia Britanica juga menyangkal realita baru munculnya buku pintar yang dihasilkan oleh Microsoft (Encarta).
Di Indonesia sendiri ada ribuan pelaku usaha yang juga menyangkal realita-realita baru. Teman-teman di perkebunan teh tengah menyangkal kenyataan bahwa rnasyarakat dunia sudah mulai minum teh tanpa daun teh sama sekali. Sulit dibayangkan dewasa ini masih banyak orang yang hidup di zaman kemarin dan dibiarkan terus memimpin berbagai kegiatan untuk membawa organisasi ke masa lalu, dan semua ini seolah sengaja dibiarkan agar organisasi dikuasai oleh kalangan “pedalaman” yang sepanjang hari menghabiskan waktunya di dalam kantor tanpa berinteraksi dengan dunia luar sama sekali. Dalam setiap institusi, kita dapat dengan mudah membedakan mana kalangan “pedalaman” dan mana yang “pesisir”. Kalangan pesisir selalu berinteraksi dengan dunia luar, sehingga ia lebih rnudah menerima fakta-fakta baru, sehingga ia banyak membawa hal-hal baru. Sebaliknya kalangan “pedalaman” cenderung memelihara tradisi. Seorang usahawan senior, bahkan pernah menyatakan bahwa pada saat ini, “tradition is a number one killerr!”.
Ada demikian banyak realita-realita baru yang bermunculan dan mereka terus berdebat dengan menggunakan ukuran-ukuran lama untuk menilai hari esok. Mereka menggunakan pengalaman-pengalaman lamanya untuk dibingkaikan pada generasi baru, yang bergerak dengan cara yang berbeda. Padahal, Albert Einstein pernah menyatakan, “the measure of intelligence is the ability to change” (ukuran kecerdasan seseorang ditentukan oleh kemampuannya untuk berubah, berani menerima kenyataan baru).
Sebaiknya tradisi dan kebiasaan-kebiasaan buruk kita di masa lalu haruslah ditinggalkan, perubahan dimulai dari diri kita sendiri, jika kita menginginkan adanya suatu perubahan yang lebih baik. Perubahan-perubahan ini terus akan terjadi dan berlanjut, bahkan pada saatnya nanti dalam hitungan detik dunia bisnis, dunia pemasaran dan kehidupan ini akan berubah begitu cepat.
Penulis berkeyakinan, manusia sesungguhnya bukan enggan berubah, melainkan perlu menyadari perubahan itu justru menjadi tuntutan bagi dirinya. Kata johann Von Goethe, “Life belongs to the living, and he who lives must be prepared for changes”. Masa depan hanyalah dapat dipersiapkan.
Seperti kata Herb Kelleher dari Southwest Airline. “Pada hari kita merasa bahwa kita telah sukses, maka pada hari itulah kita berhenti menjadi sukses”. Maka semua esensi dari perbaikan manajemen adalah sebuah kemauan untuk belajar dan belajar lagi, serta berubah dan berubah lagi. Sebuah perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang selalu siap meninggalkan cara yang dulu membuatnya sukses dan mencari cara baru untuk menjadi lebih sukses, karena waktu telah berubah dan zaman telah berubah. Misi kita jelas, dan waktu perbaikan adalah sekarang, agenda telah disiapkan. Masa depan perusahaan ada di tangan Anda. Di era sekarang itu berarti berubahlah sebelum Anda disuruh (dipaksa untuk) berubah.
Disarikan dari buku: Knowledge Management dalam Konteks Organisasi Pembelajar, Penulis: Jann Hidayat Tjakraatmadja, Donald Crestofel Lantu, Hal: 50-52.