Industri Terintegrasi Harus Dilindungi
Pangkalan Kerinci, Kompas — Pemerintah pasti melindungi investasi sektor kehutanan, terutama yang terintegrasi seperti industri pulp dan kertas yang berorientasi ekspor dan menyerap ribuan tenaga kerja. Pemerintah meminta para pemangku kepentingan turut menciptakan iklim investasi yang kondusif demi mencegah Indonesia terseret lebih parah dalam krisis global.
Hal itu ditegaskan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan saat mengunjungi dua raksasa industri pulp dan kertas Asia Tenggara di Riau, Senin (26/8). Menhut didampingi Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Bambang Hendroyono dan Wakil Gubernur Riau R Mambang Mit. Mereka mengunjungi Pusat Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat PT Arara Abadi, anak usaha kelompok Sinar Mas, di Kabupaten Siak, pusat riset Raja Garuda Emas, dan Balai Pelatihan dan Pengembangan Usaha Terpadu PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Kabupaten Pelalawan.
”Kami berkeliling meninjau perusahaan-perusahaan, termasuk industri pulp dan kertas yang merupakan andalan Indonesia. Dalam situasi sekarang, saya minta kita kompak untuk menciptakan iklim investasi yang nyaman agar pertumbuhan ekonomi dan penyerapan lapangan kerja terjaga,” kata Zulkifli.
Kelompok usaha Sinar Mas dan Raja Garuda Emas merupakan dua produsen utama pulp dan kertas nasional yang mengelola hutan tanaman industri (HTI) untuk bahan baku pulp dan kertas. Iklim tropis membuat Indonesia mampu memanen kayu tujuh kali lebih cepat daripada produsen pulp dan kertas lainnya di kawasan Skandinavia seperti Finlandia dan Swedia.
Indonesia memiliki 14 pabrik bubur kertas dan 79 pabrik kertas. Saat ini ada 247 unit izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu hutan tanaman industri (IUPHHK-HTI) dengan konsesi seluas 10 juta hektar.
Menhut mengatakan, pengembangan industri pulp dan kertas terintegrasi dalam 20 tahun mendatang dapat menghasilkan devisa sektor kehutanan sampai 100 miliar dollar AS (Rp 1.100 triliun). Karena itu, Zulkifli meminta investor mematuhi regulasi dan menjalankan manajemen hutan lestari demi menjaga kesinambungan lingkungan dan bisnis.
Dalam kesempatan ini, Mambang Mit mengatakan, perekonomian Riau tumbuh 7,8 persen pada tahun 2012 yang merupakan tertinggi di antara provinsi lainnya. Menurut Mambang, pulp, kertas, dan kelapa sawit merupakan komoditas ekspor unggulan dan berperan positif dalam perekonomian Riau.
Presiden Direktur RAPP Kusnan Rahmin menyambut baik dukungan pemerintah terhadap industri pulp dan kertas. Menurut Kusnan, pasar global pulp dan kertas memang terus berfluktuasi mengikuti perkembangan perekonomian China, India, Eropa, dan Amerika Serikat.
China memimpin pertumbuhan kebutuhan pulp dunia sekitar 7,7 persen sejak tahun 2011 sampai 2016. Adapun Eropa Barat, Eropa Timur, Amerika Latin, Amerika Utara, Australia, Asia, dan Afrika hanya tumbuh kurang dari 3,4 persen dalam periode yang sama.
”Sebenarnya ini peluang bagi Indonesia untuk masuk pasar China lebih agresif lagi,” kata Kusnan. (HAM)
Sumber: KOMPAS, Selasa, 27 Agustus 2013.