Dipercaya Lima Presiden
Juwono Sudarsono hidup di lingkungan politik sejak kanak-kanak. Ayahnya, Soedarsono, adalah Menteri Dalam Negeri pada Kabinet Sjahrir II dan Menteri Sosial di zaman Presiden Soekarno. Dia berpindah-pindah negara mengikuti ayahnya yang kemudian menjadi diplomat. Kelak kuliahnya pun melintasi berbagai negara: S1 di Indonesia, S2 di Belanda dan Amerika Serikat, serta S3 di Inggris.
Mantan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia ini juga mengajar di berbagai kampus dalam dan luar negeri. Namanya tak hanya harum di lingkungan akademis, melainkan juga sampai ke Istana. Dia dipercaya oleh lima presiden Republik Indonesia.
Di masa Presiden Soeharto, Juwono ditunjuk menjadi Menteri Negara Lingkungan Hidup pada Kabinet Pembangunan VII. Ketika Presiden B.J. Habibie memimpin pemerintahan transisi, dia diberi pos Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Juwono lalu diangkat oleh Presiden Abdurrahman Wahid menduduki jabatan Menteri Pertahanan dan menjadi orang sipil pertama yang memimpin “pos militer” itu. Kedudukan ini diharapkan dapat mereformasi kelembagaan Tentara Nasional Indonesia menjadi lebih profesional dan modern.
Di masa Presiden Megawati Soekarnoputri, Juwono menjadi Duta Besar Republik Indonesia untuk Inggris Raya. Dia kemudian kembali ke Tanah Air untuk, sekali lagi, menjadi Menteri Pertahanan di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Jabatan-jabatan strategis di bawah lima presiden merupakan bukti Juwono mampu bersikap netral dan profesional. Tak heran dia mendapat dukungan dari kalangan sipil maupun militer.
Namun kecintaan Juwono sebenarnya adalah mengajar. Meski sudah menjelajah berbagai negara dan menempati jabatan penting, Juwono memilih “pulang” ke kampus. Selain mengajar di almamaternya, Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Indonesia ini juga turut mendirikan Universitas Presiden di Cikarang, Jawa Barat. Mengajar, bagi Juwono, adalah salah satu cara terpenting menularkan semangat keindonesiaan.
Pengabdian terbaik pemimpin muda adalah tetap menjalin kesinambungan Indonesia masa kini dan masa datang dalam memelihara kebersamaan lintas suku, agama, ayat, dan budaya yang hidup di seluruh pelosok dan lingkar adat Nusantara. Berilah harapan dan peluang kepada kalangan yang tertinggal, terpinggirkan, atau terasing dari arus utama politik, ekonomi, dan kebudayaan Indonesia.
Tugas pemimpin adalah untuk MENYADARKAN kalangan atas yang mapan dan MENYABARKAN kalangan bawah yang resah. Tekad untuk mengurangi jurang kaya-miskin masih selalu terjangkau agar mencegah ledakan sosial-ekonomi yang dahsyat memupus tali persaudaraan Bhinekka Tunggal Ika. Bangsa yang sungguh kuat adalah yang paling peduli pada sesama warganya yang terlemah, dan terpinggirkan.
Sumber: Surat Dari & Untuk Pemimpin, Penulis: Juwono Sudarsono, Hal: 111-112.